Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.*Sebelum baca, dari chapter awal sampai sekarang author lupa kasih nama Ayah sama Bundanya Azkiya. Jadi dari chapter ini sampai berikutnya akan ada namanya buat Ayah sama Bundanya. Jadi nama Ayah Azka Maulida Alvian. Nah untuk nama Bunda Kiya Nurhajatul Khoer. Nah segitu aja deh pengumumannya. Selamat menikmati ceritanya.*
Sebelum baca ada baiknya kita baca
BismillahirrahmanirrahimSaat Azkiya membukakan pintu tak hanya Ayahnya saja yang berada di ambang pintu ada seseorang juga disana yang tak lain dan tak bukan ialah...
"Loh San kok bisa bareng Ayah?" Tanya Azkiya bingung.
"Kita tadi papasan dijalan, mobilnya Om Azka mogok ya aku puter balik deh." Ucapnya sambil nyengir kuda.
Sedangkan Azkiya hanya mengangguk-anggukan kepalanya pertanda mengerti, tiba-tiba Bunda muncul dibelakang Azkiya.
"Loh ada Ikhsan, ayo masuk. Ayah mau bersih-bersih dulu atau mau langsung makan?" Tanya Bunda.
"Ayah bersih-bersih dulu aja bentar lagi maghrib. Ikhsan sholat maghrib aja disini yah" pinta Ayah.
"Iya Om, saya sholat disini aja" ucap Ikhsan.
"Ayo San, duduk aja dulu" kata Azkiya.
"Iya makasih sahabatku" celoteh Ikhsan yang membuat dahi Azkiya berkerut.
"San, Aku malah bukan nganggep kamu sahabat lagi" ujar Azkiya sendu.
Lantas Ikhsan melirik Azkiya seketika dengan perasaan terkejut. "Hah? Kenapa Azki?" Tanyanya bingung.
Sedangkan Azkiya tersenyum manis dihadapan Ikhsan. "Kamu bukan hanya sahabatku tapi kamu sudah kuanggap keluarga sendiri San, saat aku kecil dulu kamu selalu ada saat aku kesusahan. Kamu selalu datang untuk menghiburku jika aku sedih, bahkan kau selalu ada di barisan depan saat aku tengah dijaili oleh anak-anak nakal untuk membelaku. Tapi saat kau melanjutkan pendidikan kedokteranmu kamu jadi jarang disini kita seperti berpisah begitu saja." Cerita Azkiya panjang lebar.
"Maaf Azki, terimakasih telah menganggapku seperti keluarga" ucap Ikhsan tulus disertai senyuman yang tersungging di bibirnya.
"Terimakasih juga Ikhsan karena telah memberikan kenangan yang manis dalam kehidupan Azki" balas Azkiya.
"O iya kamu wudhu duluan di sebelah sana" tunjuk Azkiya menunjukkan kamar mandi.
"Oke aku wudhu duluan" ucapnya sambil berlalu pergi.
Setelah semua anggota keluarga sudah berwudhu termasuk Ikhsan mereka berkumpul di mushola rumah untuk melaksanakan sholat maghrib.
"Bagaimana kalau nak Ikhsan saja yang menjadi imam sholat kali ini" ujar Ayah.
"Ih Ayah, kenapa suruh Ikhsan" ucap Azkiya.
"Gak papa Azki, iya Om biar Ikhsan aja yang jadi imam kali ini" ucap Ikhsan enteng.
Sholat pun dimulai dengan awalan niat yang dilanjutkan dengan takbir. Entah apa yang terjadi didalam hati Azkiya, rasanya tenang saat Ikhsan melafazkan surat Al-fatihah dalam sholat. Merdunya suara sahabatnya ini. Tak terasa sholat telah di penghujung akhir yang hanya tinggal mengucap salam. Salam pun sudah rampung dilaksanakan tinggal pembacaan do'a didalam hati masing-masing. Setelah selesai mereka menuju ruang makan.
"Azki, tolong siapkan empat piring dimeja makan yah" titah Bunda.
"Iya Bunda" singkat Azkiya.
"Loh tante, gak usah repot-repot. Lagipula Ikhsan mau langsung pulang" ujar Ikhsan sopan.
"Loh kok langsung pulang San, mending makan dulu" sergah Bunda.
"Makasih tante tapi Ikhsan sudah dihubungi orang rumah suruh cepet pulang" jelas Ikhsan."Yah padahal tante udah masak loh" ucap Bunda lesu.
"Iya San mending makan aja dulu" ucap Azkiya.
"Makasih tante, Azki. Tapi beneran loh Ikhsan harus pulang sekarang, mungkin lain kali kita bisa makan bareng." Jelasnya.
"Ya udah deh, tapi kamu janji yah makan bareng nanti" pinta Bunda.
"Iya siap tante" balasnya.
"Azki tolong anterin Ikhsan dulu yah" titah Bunda.
"Iya Bunda" ujar Azkiya singkat.
"Makasih yah Ikhsan, udah anterin Om sampe rumah" kata Ayah.
"Gak papa kok Om, kalo gitu Ikhsan pamit yah. Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" jawab Ayah dan Bunda.
Saat Ikhsan sudah memasuki mobilnya. "Makasih yah San, udah mau repot-repot nganterin Ayah" ujar Azkiya tak enak.
"Gak papa kok, gak ngerepotin malah" balas Ikhsan.
"Lain kali main lagi kesini" ajak Azkiya.
"Sipp lah, kamu juga main dong ke rumah aku. Jangan sibuk terus berkutat sama papan tulis dan ngurusin anak orang" ujar Ikhsan sambil terkekeh.
"Kamu sendiri jangan terlalu sibuk sama alat-alat operasi Dr. Ikhsan!" Tegas Azkiya.
"Hahaha... Iya siap Bu guru. Kalo gitu aku pamit, Assalamualaikum" ucapnya.
"Waalaikumsallam" jawabnya.
Setelah mendapatkan jawaban salam, Ikhsan pun mulai melajukan mobilnya itu dijalanan. Azkiya pun masuk kedalam rumah.
"Gimana, udah nganterin?" Tanya Bunda.
"Udah Bunda" jawab Azkiya singkat.
"Ya udah, kita makan aja dulu" ujar Ayah.
Makan pun dimulai, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu. Inilah tatacara makan di keluarga Azkiya. Tak boleh ada yang mengobrol saat makan, kecuali sesudah makan baru boleh berbicara. Setelah acara makan selesai Ayah memulai pembicaraan dengan serius, yang membuat Azkiya terkejut setengah mati.
"Azki, kapan kamu menikah nak" ucap Ayah lembut.
"Saat sudah waktunya Ayah" jawab asal Azkiya.
"Kapan waktunya itu?" Tanya Ayah.
"Azkiya sendiri juga tidak tahu Yah" ujarnya lesu.
"Anak Ayah ini, mau Ayah jodohin sama anak temen Ayah?" Tanya Ayah.
"Hah? Dijodohin?" Kaget Azkiya.
"Nah Bunda setuju" ujar Bunda ikut nimbrung.
"Ih, Bunda apa-apaan sih" kesal Azkiya.
"Ya ampun, Az. Kamu sudah waktunya menikah" tegas Bunda.
"Tapi Azkiya gak tau sifat dia kayak gimana, Yah!" Ujar Azkiya lesu.
"Ayah gak mungkin sembarangan jodohin kamu, kalo Ayah gak tau sifatnya aslinya" jelas Ayah.
"Kalo memang itu yang terbaik buat Azki, Azki setuju" final Azkiya.
🌹 Assalamualaikum, hai-hai para kesayangan Author. Author kembali lagi dengan kisah Azkiya Nur Alvian. Gimana nih pendapat kalian. So, jangan lupa Share and Vommentnya. Love you all😘🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Azkiya Nur Alvian
RandomTak ada yang istimewa dari sebuah kisah monoton antara seorang gadis dan lelaki yang cukup klasik tentunya. Namun, cinta diam-diam yang dilakukan oleh gadis ini akankah berakhir seperti kisah Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidah Fatimah Az-Z...