"Si-siapa?"
Amara sempat beberapa kali mengedipkan kedua matanya secara bersamaan memastikan kalo tidak ada yang salah dengan penglihatan nya.
"Iya ini papa nak!"
Orang yang menyebut dirinya papa itu melebarkan kedua tangan berniat menyambut pelukan hangat dari putrinya.
Sebagai bentuk ungkapan rindu, tapi bukannya mendekat Amara malah mundur ke belakang membuat Kenan yang tau kondisi pacarnya langsung menahan lengan Mara supaya gadisnya itu tak bisa melarikan diri dari masalahnya sendiri.
"Nggak! Aku ngga kenal orang itu nan ngga kenal!" Amara menatap garang Kenan berusaha memerintah
Dia untuk melepas cekalan di tangannya hanya lewat tatapan mata."AUdah lah ra, kamu ngga boleh kaya gini, selama ini kamu selalu ngeluh ke aku kan katanya kangen sama papa nah sekarang dia disini tapi kamu apa? Mau ngehindar? sampe kapan?" Ujar Kenan yang mati matian menahan emosinya supaya tidak meledak disaat suasana hati Amara juga panas.
"Lepasin aku Kenan! Kamu tau seberapa bencinya aku ke dia" tunjuk Mara ke papanya.
"Jaga sopan santun kamu Amara!! " kata orang yang kini menjadi sumber amarah Mara.
"Diam! Kamu ngga berhak ngatur-ngatur Aku!"
Setelah menatap papanya penuh kebencian Amara beralih menatap Kenan tajam.
"Lepasin tangan aku Kenan!" teriak Amara lagi.
Bahkan sekarang mereka bertiga sudah menjadi tontonan bagi orang-orang yang berlalu lalang dan juga mbak mbak resepsionis yang tak mau ketinggalan.
Sebelum Amara berniat menendang aset paling berharga milik Kenan dua orang satpam sudah terlebih dahulu menyuruh mereka ketiga untuk keluar menjauhi lokasi jika mau menyelesaikan masalah.
"Pulanglah ke rumah" ujar Dion- papa Amara dengan lirih berharap anaknya yang bengal itu tiba-tiba jadi penurut.
"Rumah aku disini!! Percuma kamu mau bujuk aku sampai seratus kali pun aku tak sudi pulang ke rumah itu lagi!" Amara menggeram kesal seraya menarik tangan Kenan untuk beranjak dari sana.
Bukannya menuruti keinginan Amara yang sedang badmood ini Kenan malah diam saja ditempat bahkan kakinya serasa dipaku, sekalipun Mara mengerahkan seluruh tenaganya tapi itu sia-sia karena Kenan malah balik menatap Mara tajam.
"Pulang Amara!" Seru Dion yang terpaksa menaikkan suaranya beberapa oktaf.
"Ngga bakal! Jangan harap aku mau serumah sama orang yang udah bunuh mama, cih ngga sudi!" Ujar Amara sinis.
"Semua bukan salah tante Bona tapi juga mamamu yang kurang hati-hati, mengertilah"
"Berani sekali kamu nyalahin mama, asal kamu tau ya selama ini yang berkorban banyak di keluarga itu siapa ha?! Siapa lagi kalo bukan mama?! Tapi nyatanya apa yang menikmati semua hasil kerja keras mama adalah kamu dan selingkuhanmu yang menjijikan itu"
"Siapa yang ngajarin kamu jadi anak seperti ini hah?! Kamu kira papa ngga tau semua kelakuan anak papa di sekolah? Apa karena dia kamu jadi berubah kaya gini? Jawab Mara!" Tunjuk Dion kearah Kenan yang masih setia berdiri di samping Amara.
Amara membulatkan mata tak percaya.
"Ngga usah ngadi-ngadi deh bukannya yang udah buat aku bandel gini itu pembunuh mama?" sindir Amara tajam dengan tangan yang sudah mengepal kuat.
Kenan mengelus bahu Amara naik turun berusaha sebisa mungkin membuat emosi mara dan emosi dirinya secara bersamaan turun.
"Putusin dia Amara dia bukan cowo yang baik buat kamu" tegur Dion yang lagi-lagi menyulut amarah.
"Harus berapa kali aku bilang ngga usah ikut campur urusanku!!"
"Ini papa, papa punya hak buat ngelarang kamu"
"Jadi tujuan yang sebenarnya menemui aku setelah 2 taun menghilang hanya untuk ini? Nyuruh aku putus sama orang yang udah jagain aku, iya?! Sia-sia tau ngga karena Mara ngga bakalan putus dari Kenan" ucap Amara mantap membuat Kenan diam-diam menahan senyumnya.
"Kalo gitu pulanglah maka papa akan ijinin kamu sama dia" kata dion masih berusaha membujuk Amara agar mau ikut pulang bersamanya.
"Siapa juga yang butuh ijin dari kamu ha? aku skip kali"
Dion tak percaya dengan ucapan anaknya yang makin lama makin parah. Mulutnya sungguh seperti tidak pernah disekolahkan.
Plakkk!!!
"Silahkan om menghina saya tapi tolong jangan pernah nyakitin Mara om!" ujar Kenan dengan mata yang sarat akan kilat kemarahan seraya mengusap pipi Amara bekas tamparan calon mertuanya yang brengsek.
"Seberapa jauh kamu mau ngebela anak saya ha?" tantang Dion membuat emosi Kenan sampai ke ubun-ubun.
"Kita pergi sekarang Mara! Permisi om"
Kenan menarik tangan Mara hendak meninggalkan Dion namun Amara segera menepis genggaman hangat itu, dan Ia berbalik kembali menghadap Dion dengan sebelah pipinya yang memerah.
"Pa- papa?" Panggil Amara lirih.
Mendengar Amara akhirnya mau memanggil Dion dengan sebutan papa membuat rasa bersalah tiba-tiba hadir di benak pria paruh baya tersebut karena tadi sempat menampar anak gadisnya.
Amara tiba-tiba jatuh terduduk di tanah yang beralaskan paving.
"Amara ngga nyangka papa setega itu buat nampar aku hiks.. Selama ini papa kemana aku kangen aku sendirian disini apa papa ngerasain itu hiks.. Papa dimana saat aku sakit? Saat aku ambil rapot? Saat aku lagi sedih dan butuh temen cerita papa dimana pa.. Aku bener-bener kesepian.."
Ujar Amara yang akhirnya bisa dengan leluasa menumpahkan segala keluh kesahnya didepan papanya satu satunya orang tua yang masih Ia miliki di dunia.
"Amara minta maaf selama ini nyusahin papa dan jadi anak bandel di sekolah hikss... Aku ngga tau lagi kalo ngga ada Kenan aku mau jadi apa pa.. Selama papa ngga ada cuma Kenan yang negur aku, Kenan yang nemenin aku sampe aku bisa bertahan selama ini hiks... Papa jahat karena papa udah tinggalin aku!! Tante Bona juga jahat dia udah bunuh mama pa! Percaya sama aku"
Tangis Amara semakin kencang Ia sudah tak peduli jika orang satu gedung akan mendengar tangisannya, mengambil video lalu memviralkan di media sosial biar saja biar semua orang tau kalo papanya yang bernama Dion itu jahat dan tidak berperikeanakan!
Kenan meraih tangan Amara lantas menggenggam nya kuat guna menyalurkan kekuatan. Jujur, baru kali ini Kenan tau seberapa pentingnya Ia buat Amara dibalik sikap cueknya gadis itu.
Dion yang sedari tadi berusaha menguatkan hati akhirnya menangis juga seraya menatap sedih ke arah Amara yang tengah hancur tepat dibwah kakinya.
"Berdirilah di rumah ada adikmu yang menunggu"
Saat itu juga kedua bahu Amara menegak.
"A-adik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend is Troublemaker #Wattys2021
Novela Juvenil[Sudah Diterbitkan] Bocah minggir dulu wkwk Kenan immanuel, bad boy yang tobat balapan liar gara gara jatuh cinta sama bad girlnya SMA Nusa Bangsa, pinter tapi suka sombong, hobi pamer kemesraan depan umum, musuh bebuyutannya semua guru. "Jika kamu...