Dengan langkah terseok sambil menahan perih pada lengannya Kenan terus berusaha untuk tetap berdiri tegak walaupun masih agak kesusahan.
Raka beserta para antek anteknya sudah di amankan oleh pihak kepolisian, sedangkan Vigo sama Reno bodo amat Kenan ngga mikirin mereka berdua yang nyatanya sekarang malah ilang tanpa jejak.
Kenan mengerahkan hampir seluruh tenaganya untuk berusaha membuka pintu yang terkunci rapat.
Ngga tau kenapa Ia yakin seyakin yakinnya kalo Mara tuh ada di sana nyatanya memang hanya itu satu-satunya pintu itu yang terkunci.
Karena lengan kanannya robek dan belum di obati Kenan terpaksa menggunakan lengan kiri untuk mendobrak pintu.
Kenan memberi aba-aba pada dirinya sendiri, dan,
Brakkkk!!!
Namun nihil, kondisi tubuhnya yang dalam keadaan terluka ditambah seluruh energi yang habis karena baru saja melawan pasukan Raka tak mampu membobol paksa pintu tersebut.
Dalam hati Kenan terus berdoa sambil merapalkan nama Amara berulang kali, berharap keajaiban itu datang.
Dan benar saja, pintu terbuka setelah Kenan tendang dan Kenan hantam dengan kursi kayu.
Matanya langsung fokus pada satu titik.
"MARA!!"
Amara sudah terbaring lemas dengan jejak darah yang telah mengering di punggung tangan kirinya karena infus yang dicabut secara paksa.
Matanya kerap kali terbuka dan tertutup sayu seakan Ia telah pasrah dengan apa yang akan dunia ini lakukan terhadapnya.
"Mara sayang bangun Ra!"
Entahlah Kenan yang awalnya hampir kehabisan kesadaran karena telah kekurangan bayak darah tiba-tiba energinya kembali full.
"Nan...."
Perlahan Amara membuka mulutnya, Kenan yang begitu antusias tersenyum lebar seakan senyum itu mampu menutup luka yang bisa kapan saja terinfeksi debu karena tak kunjung mendapat penanganan.
"A-aku kotor Nan.." desis Mara pelan.
"Engga Ra kamu ngga kotor yang kotor itu aku" ujar Kenan lirih.
"Aku ngga tahan lagi"
"Kamu kuat, percaya sama aku, aku yang bakal nemenin kamu"
Kenan meraih kedua bahu Amara berusaha meyakinkan.
Bibir amara tiba-tiba bergetar membuat Menan dengan sigap langsung memeluk gadisnya erat.
"Kamu kedinginan hm?"
Kenan merasa kepala Amara yang tepat berada di cengkuk lehernya mengangguk perlahan membuat Ia lalu sadar seberapa tersakitinya Mara sekarang.
Amara perlahan menaikan tangannya ke atas semakin erat memeluk tubuh pemuda didepannya.
Seiring berjalannya waktu tubuh Kenan tiba-tiba bergetar hebat, bahkan Amarapun sekarang sadar dengan adanya luka sobekan di lengan Kenan.
Untuk teriakpun Ia seakan sudah tidak sanggup dan Mara hanya bisa menangis terisak sambil terus memeluk tubuh yang sudah kehilangan kesadaran itu.
Tak lama kemudian Amara juga menutup mata menyusul Kenan tak sadarkan diri.
****
"Lah gimana sih lo?! Kan semalem Kenan bareng lo" umpat Alvin yang tengah memaki Vigo dan Reno di depan ruang IGD.
Mereka kini tengah berada di rumah sakit setelah memboyong Kenan serta Mara dari medan pertempuran menuju lokasi peristirahatan.
"Udah-udah ini tuh di rumah sakit kalo kalian mau berantem inget tempat kek!" Omel Sisi yang sudah muak mendengar perdebatan ketiga temannya.
"Lagian ini sih dua curut ngga tanggung jawab banget! Bukannya jagain Kenan tapi malah ninggalin" ujar Alvin bersungut sebal.
"Gue semalem pingsan Alpin astaga!" Teriak Reno frustasi.
"Lemah banget sih gitu aja pingsan biasanya juga lo ngegarap si Dina ampe 5 ronde kaga pingsan-pingsan tuh" balas Alvin sarkas.
"Aelah itu mah beda urusan"
Jadi bener apa yang dikatan Reno barusan, semalam Reno sama Vigo tepar gegara digebukin bodyguard yang jagain gedung tempat Mara disekap.
Sedikit aneh memang mendengar fakta bahwa si preman sekolah nyatanya bisa kao juga, tapi begitulah manusia tidak ada yang sempurna, setuju ibu-ibu?
"Dah lah Ren biarin emang dasar si Alvin aja yang kaga tau segede apa badannya wewe gombel"
"Iya, lo sih ah kaga ikutan!"
"Ya mana gue tau kalian bakal berantem-beranteman gitu" balas Alvin sewot.
"Berisik banget sih kalian ampun dehhh!"
Sisi mengelap air matanya dengan kasar, dalam keadaan seperti ini saja dengan sialnya mereka bertiga malah nambah masalah.
"Kita makan dulu aja si"
Doni hampir menarik tangan Sisi, namun Sisi mencegahnya.
"Aku bakal disini sampe Mara bangun"
"Tapi kamu belum makan"
"Aku bisa kok makanin nih orang bertiga!" Ujar Sisi geregetan seraya menatap ketiga teman Kenan bergantian.
"Elah sensi amat buk" sindir Vigo.
"Yaudah kamu aku tinggal beli makan disini sama mereka bertiga mau?" Tawar Doni.
Seketika mata Sisi membulat.
No no no.
Bisa kena struk dia kalo milih tetep bertahan disana apalagi bareng para cecurut yang kaya tai itu.
Tinggallah Alvin, Reno, dan Vigo yang tampak masih melamun di ruang tunggu. Ternyata mereka bisa cape setelah ribut, tapi sukur deh biar kaga diusir satpam lagi.
Tampak dari kejauhan terlihat dua pasang kaki yang melangkah tergesa-gesa dengan ciri khas beliau yang terkesan heboh menuju kearah komplotan Vigo.
Mampus gue. Batin Alvin berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend is Troublemaker #Wattys2021
Fiksi Remaja[Sudah Diterbitkan] Bocah minggir dulu wkwk Kenan immanuel, bad boy yang tobat balapan liar gara gara jatuh cinta sama bad girlnya SMA Nusa Bangsa, pinter tapi suka sombong, hobi pamer kemesraan depan umum, musuh bebuyutannya semua guru. "Jika kamu...