Alise (2)

1.2K 31 2
                                    

"Baru pulang dari mana saja kamu?" kata mama kepadaku.

"Kos temenku Ma. Katanya ga boleh pulang malam, ya udah nginep aja sekalian," jawabku enteng.

"Pinter ya, kamu pikir lucu bercanda sama orang tua seperti itu!" seru Mama mulai naik pintam. "Apa kamu ga mikir, orang tua khawatir mikirin kamu ga pulang semalam? Minimalnya kamu itu pamit kalau mau ga pulang."

"Pulsa habis Ma, maaf," kataku pada mama kemudian naik ke kamar. Tetapi sepertinya mama belum puas sebelum memarahi.

"Fajar!!! Sini kamu, jangan naik dulu! Mama mau bicara," mama berteriak padaku.

Ku pikir jika aku melawan bisa berakibat fatal. Jadi aku menurut saja. Kembali aku turun dan duduk di ruang keluarga. Aku dan mama saling berhadapan. Aku menunduk tak berani menatapnya.

"Apa betul kamu punya pacar?" mama memulai interograsinya. Aku diam tak menjawab. Aku tahu persis arahnya. Ini bukan pertama kalinya terjadi. Hanya saja sebelum-sebelumnya situasi tidak seserius ini. "Ayo jawab, jangan diam terus," mama terus mendesak. Aku bertekad akan menerapkan diplomasi diam.

"Kamu sudah besar, sudah 20 tahun, sudah kerja, wajar jika kamu pacaran. Mama juga tidak melarang. Jujur saja. Apa kamu sudah punya pacar?"

Aku masih bertahan dalam diam. Mama pun diam menunggu jawabanku. "Apa yang kamu sembunyikan Fajar? Jangan membuat orang tua khawatir," katanya lagi. "Ga ada Ma," jawabku pada mama. Aku harap interogasi akan selesai dengan jawaban itu. "Jangan bohong! Bodoh kamu kalau mau bohongin orang tua! Mamamu ini juga pernah muda, tahu tanda-tandaorang sedang kasmaran. Kakakmu sama adek-adekmu juga sudah cerita kamu buat status apa di facebook. Sekarang mama tanya sekali lagi, apa kamu punya pacar?" Sudah tak ada lagi celah untuk mengelak bagiku. Dengan sangat terpaksa aku menggangukan kepala untuk memberi mama jawaban. "Nah, kalau jujurkan enak," ucapnya puas.

"Siapa namanya?" tanyanya lagi.

Jantungku langsung berdebar kencang. Tubuhku mulai mengeluarkan keringat dingin. Nama? Siapa nama pacarku? Aku sungguh tak siap. Aku tak menduga ini akan terjadi. Tak mungkin aku menyebut nama pacarku yang sebenarnya. Jika aku menyebut nama Dimas, maka nama Fajar hari ini hanya akan tinggal kenangan. Aku sangat yakin jika mama tahu, mama akan memberi tahu papa, dan papa akan membunuhku. "Baru aja jadian Ma," kataku mencoba menghindar. "Masalahnya apa kalau baru jadian, Mama cuma mau tahu namanya."

Usahaku sia-sia belaka. Mama masih memaksa meminta nama. Terakhir kali papa marah padaku, aku dilempar sepeda. Dalam benakku sekarang sudah terbayang papa mengejarku dengan parang di tangan. Ayohlah, satu nama asal sebut saja.

"Nesya," kataku mantap.

"Orang mana dia?" intrograsi terus berlanjut.

"Dia orang Salatiga, kosnya di nologaten, dia kerja di Amplas. SPG brand XX," aku berusaha menjawab sedetail mungkin untuk meyakinkan mama agar semua ini segera berakhir.

"Kenalkan ke mama, bawa pulang!"

Kata-kata mama ini ibarat sebuah upercut dalam pertandingan tinju. Aku langsung tumbang dibuatnya. Dengan sisa-sisa tenaga, aku berusaha untuk bertahan. "Belum ada satu bulan, belum serius juga, belum tentu jadi pula." "Mama cuma mau kenal, kamu tidak boleh keluar kalau belum bawa Nesya pulang," kata mamaku lagi. Aku yang masih terhuyung akibat upercut tadi, kini mendapatkan sebuah jab yang sangat telak. Mati sudah apa yang harus aku lakukan sekarang. Setelah meng-KO-ku mama pergi meninggalkanku sendiri.

Dengan langkah gontai aku naik ke kamar. Aku memang punya teman bernama Nesya, tapi bukan berasal dari Salatiga. Dimas yang berasal dari sana dan memang dia bekerja di Amplaz. Jadi sebenarnya aku tak sepnuhnya berbohong. Aku menceritakan idenitas pacarku apa adanya hanya menganti namanya dengan Nesya.

*****

Matahari semakin tinggi, sinarnya menyelinap melalui ventilasi sehingga mengenai mataku dan membuatku terbangun. Aku sedikit mengeser badanku untuk menghidari silau. Kulirik layar hpku untuk melihat jam. Sudah lewat tengah hari. Tubuhku terasa lemas, kepalaku sangat sakit. Aku tak tahu apa ini efek kurang istirahat atau karena aku sedang stres.

"Kakak turun! Bangun udah siang!" teriak adikku dari bawah. Aku malas menangapinya, badanku terlalu lemah, kurasa aku demam. "Kalau pemalas dimarahin Nesya lho," teriaknya lagi. Baguslah. Gosip telah menyebar. Nasibku benar-benar di ujung tanduk. Bagaimana aku harus mempertanggungjawabkan kebohongan ini.

Karena tak kunjung turun, adiku menyusulku keatas. Dia sedikit terkejut melihatku sedikit pucat. Kemudian dia mendekat dan meletakan tangan di dahiku. "Ma, kakak sakit, kangen Nesya...! Badannya anget," kembali dia berteriak. Setan kecil ini mulutnya benar-benar kurang ajar, kalau sedang tidak sakit sudah kutampar dia. Beberapa saat kemudian mama datang untuk melihat keadaanku. Mama mengecek suhu badanku dengan tangannya.

"Kakak ambilin makan Dek!" perintah mama pada adikku.

"Pangilin Nesya aja, mesti langsung sembuh," ujarnya. Benar-benar adik kurang ajar dia. Seandainya dia mengerti betapa rumitnya posisiku saat ini.

"Semalam pasti ga tidur. Kamu itu badannya ringkih ga bisa begadang masih aja ngeyel," katanya sambil merapikan selimutku.

Mama memandangku lembut, aku jadi merasa bersalah padanya. Bagaimana jika dia tahu bahwa aku baru saja membohonginya. Apa dia masih akan memandangku selembut ini?

"Kapan Nesya mau kamu ajak ke rumah?"

Aku menggelengkan kepala. Hatiku benar-benar hancur. "Belum sms ga punya pulsa," kataku.

"Nanti mama beliin."

"Ga usah Ma, ga usah buru-buru, Minggu ini dia masuk siang terus pulangnya malam."

"Libur hari apa?"

"Minggu ini lembur, kan ada light nite sale"

"Minggu depan kalau gitu."

Aku mengangguk untuk menenangkan hati mama. Walau itu membuat hatiku tak tenang. Setelah itu adikku datang membawa semangkuk makanan, mama menyuruhku makan, dan minum obat. Sore harinya ada pulsa masuk ke nomorku, seperti janji mama. Malam nanti mama pasti menanyakan lagi kapan pacarku datang. Langsung saja aku mengirim SMS ke Dimas.

"Ay...:("

-----"Napa kesayangan?"

"Aku demam......."

------"mau ak suntik lagi?" :p"

"Plis serius.... Ak pusing sayang. Mama suruh ak ngenalin pacarku. :("

------"Wooow . Km mau ajak ak ke rmh. Yakin mau coming out?"

"Ak blm siap. :( bisa dibunuh papa aku. Ak blg ke mama pacarku namanya nesya"

------"wkwkwkwkkwkwkw, yo bgs tho. Minta Nesya dtg ke rmh aja. Selesai maslh."

"Kalo mama minta yg aneh2 lgi gmn? Tambah pusingkan ntar."

-----"seminggu stlh itu, blg k mama kalian pts. Crita smbil nangis2 gt. Km kan drama queen. :v"

Aku tak lagi membalas sms Dimas. Rencananya terdengar sempurna, tetapi aku khawatir semuanya tak berjalan sesuai rencana. Bagaimanapun juga aku tetap menanggung beban moral yang besar. Yang kusampaikan ini adalah sebuah kebohongan besar.



NOTE :  Setting waktu tahun 2008 saat itu tekhnologi internet baru saja dirintis. HP yang populer masih HP symbian. Jadi masih pakai SMS.

Kisah Sunyi Dunia PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang