Alise (5)

662 22 1
                                    

Sekali berbohong maka kebohongan itu harus ditutup dengan dengan kebohongan lain. Dan akhirnya kebohongan itu, akan menjeratmu masuk dalam lingkaran setan yang menyesakan. Itulah yang terjadi padaku saat ini. Mama terus saja bertanya soal Nesya. Mau tak mau aku harus terus menjawab dengan kebohongan. Ini bukan perkara mudah, karena mama tipe orang yang sangat detail dan memiliki daya ingat yang kuat. Cerita satu dan lainnya haruslah konsisten.

Sikap mama membuatku semakin tidak betah di rumah. Aku tak suka ada orang lain terlalu mencapuri privasiku. Akhirnya aku lebih sering menginap di kos Dimas. Akibatnya mama menjadi semakin curiga dan nyinyir setiap hari. Aku berada di posisi yang serba salah.

Sejak awal aku tak ingin berbohong, aku berbohong karena terpaksa. Jika Kukatakan yang sebenarnya apa mereka mau mengerti? Aku rasa tidak. Untuk saat ini, hanya Dimas yang benar-benar mengerti aku. Satu-satunya cara untuk mengakhiri kebohongan ini adalah bercerita bahwa aku sudah putus dengan Nesya. Mama percaya padaku, tak ada lagi intrograsi yang menyiksa, tetapi sekarang mama suka sekali memberi kuliah bagaimana memilih pasangan yang baik.

Aku semakin tak tahan dengan sikap mama. Nasehat yang diberikan sama sekali tidak sesuai dengan apa yang aku alami. Aku merasa tidak lagi dicintai karena aku anak yang berbeda. Apa yang aku rindukan saat ini, sebenarnya adalah untuk bisa diterima apa adanya oleh keluargaku sendiri. Aku lelah bersembunyi. Aku lelah hidup dalam kepura-puran. Orang lain tidak pernah mengerti betapa mengerikan hidup yang aku jalani. Aku rindu keluargaku, aku selalu rindu rumah, tetapi aku merasa tidak diterima di sana lagi. Apa aku salah? Semua ini bukan aku yang meminta?

*****

2001

Susah payah aku mengayuh sepeda mengikuti teman-temanku menyusuri jalanan yang begitu padat. Mereka begitu cekatan menyelinap di sela-sela kendaraan yang berjajar. Ketika kami tiba di tujuan, kami memarkir sepeda kami dan segera masuk ke dalam. Ruang itu telah penuh dengan puluhan anak lelaki. Sebagian besar dari mereka masih mengenakan seragam putih biru seperti kami. Setiap mata di ruang itu tertuju pada track tamiya yang terletak tepat di tengah ruangan itu. Di sana melaju 3 buah tamiya saling beradu kecepatan. Teman-temanku mulai mengeluarkan tamiya dari ransel. Dengan lihai mereka merakit mobil balap andalan mereka. Setelah track balapan kosong, mereka mengadu tamiya mereka untuk mencari tau siapa yang terbaik.

Hasilnya, Daniel masih tak terkalahkan. Daniel adalah teman dekatku. Sebagai seorang introvert sebenanrnya aku tak punya banyak teman. Aku sulit bergaul dengan orang lain jika mereka tak menyapaku lebih dulu.

Ada alasan khusus mengapa aku bisa dekat dengan Daniel. Setiap orang terlahir dengan segala kelemahan dan kelebihan masing-masing. Daniel lemah dibidang akademik, tetapi dia ahli membuat dynamo tamiya. Terdengar tidak penting memang. namun keahliannya ini mampu mendatangkan uang yang lumayan banyak untuk ukuran anak SMP yang rata-rata uang sakunya hanya 3000 sehari. . Satu dynamo buatannya bisa dijual sekitar 100ribu. Satu bulan Daniel bisa mendapat pesanan sampai 3 dinamo. Sedangkan aku, meski tidak terlalu brilian, kemampuan akademikku cukup mumpuni. Nah, inilah alasan Daniel mendekatiku.

Hampir setiap hari Daniel membujukku untuk membeli tamiya. Meski aku sering mengekor Daniel untuk bermain tamiya, aku masih tak mengerti dimana letak keindahannya. Namun pada akhirnya aku termakan rayuannya dan membeli tamiya. Harganya sebenarnya cukup murah, hanya 20.000. Tetapi item-item lain yang harus dibeli setelahnya sangat menguras uang sakuku. Segala macam onderdil tamiya aku beli dari Daniel, tentu saja dengan harga sahabat. Apa aku sedang dimanfaatkan? Entahlah. Sebenarnya alasan utama aku mau membeli tamiya adalah untuk membayar dosaku saat kecil, ketika aku ingin membeli kotak music.

Meski tak mengerti, aku rela mengeluarkan uang agar aku menjadi sama dengan anak lelaki lainnya. Setelah Masuk SMP aku bertekat untuk lebih berhati-hati dalam bersiap. Dan ternyata banyak tantangan yang aku hadapi. Saat kami mulai masuk masa puber. Di sekolah kami diajarkan pada usia kami, wajar jika kami mulai tertarik pada lawan jenis. Pembicaran kami pun sudah sering kali mengarah ke sana. Namun aku sama sekali tidak merasakan apa yang teman-temanku alami. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang menarik dari seorang perempuan. Agar terlihat sama, aku asal bicara bila aku menyukai temanku. Padahal sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik.

Menurutku laki-laki lebih asyik untuk diamati. Aku punya kakak kelas yang aku kagumi. Dia anak basket, sekaligus ketua OSIS. Perawakannya tinggi putih, rambut lurus dan gayanya sangat kalem. Karenanya aku rela ikut ekskul basket di sekolah. Saat basket, biasanya dia datang dengan motor klasik warna merah keluaran tahun 70-an. Saat latihan basket, melihat dia berkeringat, rasanya.... Entah aku sulit mendefinisikannya. Aku tak tahu apa yang terjadi, aku hanya suka memandangi dan mengaguminya. Tentu saja semua itu aku lakukan dalam diam. Diam dalam kebingungan.

Kisah Sunyi Dunia PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang