Semuanya tengah kalang kabut kepanikan mencari sosok pemuda satu satu nya mereka di dalam rumah. Meski rasanya serumah sudah dikelilingi nyatanya memang benar kin tidak ada di rumah. Memang selepas sarapan kin langsung mengunci diri didalam kamarnya. Dia bilang ingin sendiri. Mungkin karna moodnya yang berubah karna ajakan bunda tadi pikir ketiga perempuan itu. Dan nyatanya kin tak ada didalam kamarnya setelah kecurigaan ana benar dan dengan lancang membuka kamar kin menggunakan kunci cadangan.
"Beneran gak ada?" Tanya bunda kepada kedua putri nya.
Keduanya saling adu pandang dan setelahnya menggeleng.
"Pasti kalo dia kabur gak jauh jauh dari komplek bun" timpal ana.
"Kamu benar ana, jadi kita bagi tugas. Kita berpencar cari kin diarea komplek rumah oke"
"Baik"
Ketiganya berpisah di sebuah pertigaan dekat rumah mereka. Mely kekanan, ana kekiri, bunda tetap lurus. Dengan langkah gusar, mereka terus meneliti tiap anak yang berlalu lalang diarea komplek itu. Mereka harap salah satunya adalah kin dan dia baik baik saja.
Hingga disatu kesempatan, mely mendapati seorang gadis mengendarai sepedanya dengan pemuda di belakangnya. Nampak lesu, memejam dan wajah pucat itu, mely kenal siapa itu.
"Adekkk!!" pekik mely tiba tiba. Pemuda yang dibonceng gadis itu adalah adiknya. Kin.
Beruntung gadis itu langsung menghentikan laju sepedanya. Mely lalu berlari kecil menghampiri keduanya. Kin terlihat lemas dan pucat dengan kepala ia sandarkan tepat di pundak belakang gadis berambut sebahu itu.
"Adek saya kamu apakan?" tanya sarkas mely pada gadis itu.
"Ehh? saya gak tau kak, tadi memang jatuh karna saya srempet pake sepeda ini. Tapi pas aku obatin tiba tiba dia mimisan dan langsung lemes kayak gini. Aku mau anter dia pulang, katanya rumahnya gak jauh dari pertigaan depan itu. Mangkanya aku bonceng pake sepeda" terang giel.
Mely tak menyahutinya lagi. Dia terlampau sibuk dengan kin yang sekarang tergolek lemah dan wajah pucat terpejam dibelakang punggung gadis asing itu.
"Dia pingsan?" tanya mely lagi.
"Enggak kak. Masih sadar kok cuma memang lemes aja"
"Tolong bantu turunin kin"
"Gak bawa pulang aja kak?" giel membantu dengan diselingi bertanya.
"Kakak telfon orang rumah biar bisa jemput kin disini pake mobil. Kalo terus pake sepeda kasian kamu kecapean. Pertigaannya masih jauh"
Kemudian, mely meraih ponselnya. Ditelfonnya nomer ana dan menyuruh adiknya satu itu untuk segera meluncur menjemputnya.
"Maaf ya kakak udah nuduh kamu tadi" ucap tulus mely.
"Enggak papa kak? Btw kin emang lagi sakit ya kak? Kok dibiarin keluar sendiri?"
"Iya. Dia kabur dari rumah karna bunda dan kita semua nglarang dia keluar rumah. Mungkin dia bosan makanya nekat kabur dan hasilnya begini"
"Sakit apa ya kak? Demam? Pucet banget soalnya mukanya" giel penasaran. Pasalnya wajah pucat itu terlampau pucat dan ingat lah bahwa tadi kin mimisan dihadapannya.
"Kanker..." tanpa segan mely berucap. Toh memang kenyataannya.
Gadis itu nampak terperangah kaget. "Sorry kak" ucapnya penuh sesal.
"Kenapa?" mely mengernyit keheranan dengan tatapan mengarah pada gadis itu. Belum sempat menjawab, sebuah mobil berhenti tepat didepan ketiganya. Tampak seorang perempuan keluar dari mobil itu. Ana menghampiri ketiganya.
"Kin kenapa kak?" tanyanya panik kemudian.
"Bawa pulang dulu"
Dibantu gabriel, kedua nya membawa kin masuk kedalam mobil.
"Kamu ikut, ada yang mau aku tanyain ke kamu" ucap ana sebelum masuk kedalam mobilnya. Gabriel memberingsut takut. Apa salahnya, dia hanya mencoba menolong pemuda itu. Tapi kalau dia kabur yang ada malah Gabriel akan dicap jelek oleh keluarga teman yang baru saja dia kenal.
Gabriel mengangguk ragu sebagai jawabannya. Setelah mobil itu melaju, gabriel mengekorinya dari belakang menggunakan sepedanya. Hingga berhenti disalah satu rumah yang cukup besar. Setelah sebuah bunyi klakson mobil yang terudara, seorang perempuan lain nya keluar dari dalam rumah besar itu. Gabriel memarkirkan sepedanya dengan sekilas bertemu tatap dengan perempuan paruh baya itu. Gabriel yakin dia adalah ibu kin. Ibu kandung ketiganya.
"Dia siapa?" tanya bunda kepada kedua putrinya sembari membantu mereka memapah kin yang sudah lemas.
"Suruh masuk aja bun" pungkas mely yang masih ingin berfokus pada adik bungsunya.
Ketiganya bergegas membawa kin masuk kedalam kamarnya. Meninggalkan gabriel seorang diri diruang tamu dengan segala perasaannya.
Tuhannn, aku deg deg an batin gabriel. Tapi begitu, matanya terus meneliti rumah sederhana itu. Hingga tak lama kemudian ana keluar dari dalam kamar kin dan langsung menghampiri gabriel yang nampak ketakutan. Ana memang memiliki garis wajah yang menakutkan, sama seperti mendiang ayahnya. Berbeda dengan mely yang memiliki wajah terkesan lembut seperti ibundanya.
"Lo apain adek gue sampek collaps begitu!" tanya ana mengintimidasi.
"So-sorry kak, bukan maksud aku celakain kin" jawab terbata gabriel.
"Gue nyuruh lo kesini buat jelasin semuanya ke gue, jadi sekarang lo jelasin ke gue"
"Ana udah, dia gak bersalah" pungkas mely yang baru saja muncul. Dia pasti tahu kalau ana akan memarahi gadis itu maka dari itu dia keluar guna melerai keduanya. Sifat ana itu keras jadi harus ada yang menasehatinya.
"Dia malah bantuin kin tadi. Dia susah payah bonceng kin pake sepedanya dan obatin luka dikaki kin" jelas mely.
"Maaf kak. Tadi aku emang tabrak kin pake sepeda aku, tapi aku bener bener gak sengaja dan tadi aku udah obatin lukanya" terang gabriel.
Ana nampak menyerngit keheranan. Dia sudah salah sangka ternyata. Dengan uluran tangan lembut, ana menatap gabriel.
"Sorry udah su udzon" gabriel tersenyum hangat meraih uluran tangan ana.
"Iya kak gak papa"
"Nama kamu siapa?" tanya mely.
"Gabriel kak, panggil aja giel"
"Makasih ya udah tolongin kin. Nama kakak mely dan ini kak ana. Kin itu adik kita berdua. Dan tadi bunda kami"
"Salam kenal kak, oh ya gimana kondisi kin sekarang?"
"Dia udah gak papa. Cuma butuh istirahat. Tadi udah minum obatnya"
"Syukurlah. Oh iya kak, maaf aku harus pulang"
"Ah iya. Rumah kamu jauh? Biar kak ana antar aja pake mobil"
"Enggak kok kak. Deket sana. Naik sepeda cuma 25 menit dari sini. Kalau begitu aku permisi dulu ya kak?"
"Iya hati hati ya"
"Iya kak, makasih"
"Kembali kasih"
Tbc
"Ambil aja kembaliannya"
"Lah uangnya pas neng"
"Eh iya tah?" Hahhahahahah ketawa jahat
Ok aku update akhirnya. See you next time every body. Jangan lupa comment dan votenya ya :') gak koment juga gak papa yang penting vote. Gak vote juga gak papa asal kan koment. :V
Oh iya. Jangan lupa mampir ke work collabku ya gais. Di work nya temen ku zeyeng, judulnya SAME. Bionya bisa check di lembar sebelumnya di work ini.
Ok ok happy reading. Selamat malam. Good night
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Persent (Tamat)
Teen FictionRumit. "Sungguh aku ingin mati saja" Kisah sebelum aku hidup untuk kedua kalinya. ®Sugarcofeee