24. Tantangan

1.4K 87 0
                                    

Langit yang mulai menghitam tak menggoyahkan hatinya untuk bangkit dari tempatnya. Nyatanya, malam sunyi begitu menenangkan melebihi hal lain apapun itu. Gabriel menghela nafasnya. Melambungkan pikirannya jauh menembus mega hitam yang ia tatap. Entah apa yang menahannya disini sampai tak berniat kembali pulang kerumah.

"Aku juga takut, Kin..." gumamnya. Melihat Kin yang ketakutan tadi juga membuatnya takut akan kehilangan sosok itu. Kini tekadnya adalah untuk membuka hati. Bersikap dewasa untuk menyikapi perasaannya sendiri. 'kamu boleh pacaran asal sekolah kamu tidak terganggu'. Ucapan Sana-Mamanya-tentu saja seperti memberinya semangat untuk terus mencari jati dirinya.

Bukankah pacaran itu hanya sebatas sayang, rindu, cemburu dan kehilangan?.

Itu pasti. Tidak ada yang abadi. Tapi belum pacaran saja, Gabriel sudah merasakan salah satu diantara semua pemikirannya tadi.

Ia sayang kepada Kin. Bukan sebatas teman memang tapi selalu Gabriel sebut sebagai sebatas teman. Ia bahkan rindu pada sosok itu, sampai rela setiap pulang sekolah langsung pergi kerumah sakit. Ia juga cemburu melihat Kin bersama gadis yang ia kenalkan padanya tadi. Ya, meskipun Kin hanya menanggapi gadis itu dengan cuek. Tapi Gabriel merasa takut kehilangan. Takut kalah dalam persaingan. Meylara itu cantik. Tidak menutup kemungkinan untuk Kin suka dengan gadis itu meski Kin sendiri bilang hanya dia yang ia suka. Di sinetron saja laki-laki hanya berucap, nyatanya bohong. Bukannya sama saja?.

"Bahkan pertempuran belum dimulai, tapi Gabriel sudah pesimis. Payah memang. Dasar anak kutu buku!" runtuknya.

"Ah..."

Gabriel mengalihkan pandangnya seketika. Tidak disangka sosok gadis yang membuatnya makan hati muncul dan kini duduk disebelah nya. Meylara dengan santai mengikuti aktifitas Gabriel.

"Ngapain kamu disini?" tanya Gabriel. Sedangkam Meylara masih tampak santai mendongak menatap mega hitam diatas sana.

"Kamu sendiri ngapain disini?"

"Bukan urusanmu!" ketus Gabriel.

Mendengar nada ketus Gabriel membuat Meylara tersenyum remeh. Anak ini benar-benar masih kecil ternyata. Jika kalian ingin tahu, sebenarnya Meylara itu sudah kelas 3 SMA.

"Semenjak ketemu kita belum bicara apapun"

"Kita gak ada urusan"

"Kamu gak suka ya sama aku? Padahal aku belum apa-apa lho" Meylara terkekeh. Sedangkan Gabriel tak menanggapinya banyak.

"Banyak yang udah Kin ceritain tentang kamu ke aku, padahal kenal juga belum ada seminggu. Tapi Kin udah nyaman banget sama aku"

Gabriel masih diam. Belum waktunya untuk menyela. Stok kesabarannya masih penuh. Dan dia masih penasaran dengan gadis disebelahnya. Apa niatnya menghampirinya disini.

"Katanya dia suka sama kamu tapi kamu tolak dengan alasan... kamu mau fokus sekolah dulu?",

Gelak tawa Meylara pecah. Entah karna apa tapi mendengar pernyataan Kin tentang alasan dia menolaknya membuat Meylara merasa geli.

"Kamu umur berapa si?, jaman sekarang masih mikirin sekolah seserius itu?"

"Memang kenapa? Aku bilang gak ada urusannya sama kamu!"

"Adek kecil... emm kayaknya kamu setahun lebih tua dari Kin bukan? Harusnya kamu bisa lebih dewasa, alasanmu itu basi sumpah"

"Mau kamu apa sebenarnya?!"

"Santai dong, aku disini cuma mau tahu aja beneran kamu gak suka sama Kin? Secara begitu-begitupun Kin cakep juga"

"Aku bilang sekali lagi, itu bukan urusan kamu!"

Last Persent (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang