"Kamu ajaib banget sumpah," kata Kin sembari mengangkat kedua jempolnya mengarah ke Gabriel.
"Dikira aku jin nya Aladin, ajaib."
"Dih!, bukan itu maksud aku. Kamu keren banget sampek di bolehin sama Kak Mely buat ajak aku keluar." Seru Kin penuh kekaguman.
"Cuma ketoko buku doang. Mana jauh sih?," sahut santai Gabriel tanpa menatap Kin yang berdiri disebelahnya.
Gadis dengan rambut sebahu itu masih teliti memilih dan membaca beberapa blurb dibagian belakang novel yang menarik perhatiannya. Merasa tak di perhatikan, Kin yang semula wajahnya sumringah penuh ke kaguman perlahan menyayu dan mendesah keras.
"Kamu mau cari buku apa sih?," tanya Kin penasaran.
"Cari novel yang menarik aja, kenapa?," jawab Gabriel masih tanpa menatap Kin.
"Serius banget gitu."
Tak ada lagi suara balasan dari bibir Gabriel. Masih begitu asyik. Karna tidak ingin menganggu, akhirnya Kin beranjak dari sisi Gabriel. Pikirnya dari pada berbicara dengan Gabriel yang sibuk dengan kehusyukan hobinya, lebih baik Kin mencari apa yang menurutnya menarik, semisal komik?.
Kin menuju ke rak dimana beberapa komik disana berada. Dilihatnya satu persatu. Dengan membaca judulnya saja, berbeda dengan Gabriel yang dengan telaten membaca bagian blurb dibagian cover belakang. Tunggu? Memangnya komik ada?
Tapi nyatanya, tidak ada satupun komik di rak itu yang menurut Kin menarik. Hingga di ujung rak pun tak ada. Kin merengut kesal. Ia hendak menghampiri gadis yang membawanya kesini tadi. Dan mengajaknya untuk berpindah tempat saja. Disini dia merasa bosan. Padahal baru 10 menit mereka masuk kedalam toko buku tersebut.
Hingga tanpa Kin sadari, ada salah satu novel yang seketika menarik atensi nya untuk berhenti dan melihatnya. Tidak begitu menarik memang sampulnya tapi judulnya. Kin penasaran dengan judulnya. Begitu tegas dan sedikit kocak.
"Sebuah seni untuk bersikap bodo amat" Kin membaca judulnya dalam hati. Warna sampul yang cerah dengan warna orange begitu menyilaukan matanya.
(Haha itu lebaynya author aja).Merasa penasaran, akhirnya Kin mengambil buku yang lumayan tebal dan masih bersegel itu. Dia merasa ingin membacanya. Bersikap bodo amat ternyata ada seni nya? Pikir Kin.
Selang beberapa menit akhirnya Gabriel menghampirinya dengan beberapa novel dalam dekapannya. Total ada 4 novel.
"Sudah?" bukan Kin yang bertanya, melainkan Gabriel. Bukankah yang menunggu sedari tadi Kin bukannya Gabriel? Harusnya, Kin yang bertanya hal itu bukan Gabriel.
Tanpa berfikir lama lagi, Kin mengangguk. Dan kemudian dengan langkah yang sama, keduanya melangkah menuju ke tempat kasir.
Setelah selesai dengan semuanya, Kin dan Gabriel beranjak meninggalkan toko tersebut. Dengan raut wajah gembira, Gabriel menenteng kantong plastik yang terdapat ke empat novel pilihannya.
Tak banyak yang kedua nya bicaranya selepas keluar dari toko buku tersebut. Kin memilih menenteng buku yang baru saja ia beli. Membuka segel segera mungkin karna sudah penasaran tingkat akut. Gabriel memperhatikan Kin dalam diam, setelahnya gadis itu bersuara. "Buku apa yang kamu beli?"
Kin memamerkan buku yang sudah tak bersegel miliknya dihadapan Gabriel. Menunggu gadis itu membaca judul yang terpampang nyata di sampul dengan novel nya.
"Seni bersikap bodo amat?" suara Giel kebingungan.
Kin mengangguk, lalu membuka lembar pertama dengan antusias walau mereka kini sedang berjalan beriringan di trotoar jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Persent (Tamat)
Teen FictionRumit. "Sungguh aku ingin mati saja" Kisah sebelum aku hidup untuk kedua kalinya. ®Sugarcofeee