♦Natasha sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia turun untuk sarapan. Namun pemandangan yang ada di meja makan membuat napsu makannya hilang, ia memilih melewati meja makan dan besarapan di sekolah.
"Princess, sarapan dulu sayang."
Teriak Raffa memanggil adik kesayangannya itu.Natasha hanya melirik sesaat kemudian melanjutkan jalannya, tanpa menggubris perintah Raffa.
"Dia udah mulai berani sama lo."
Keysha mulai memberi opini."Diem deh Key, lo nggak tau gimana frustasinya gue pas liat perubahan dia. Lo tau kan apa yang bakal di lakuin perempuan ular itu kalo aja sampe Natasha ketauan bersikap cuek ke gue?."
Keysha menaruh sendok dan garpunya tenang.
"Makannya gue bilangin ke lo, hamilin aja dia. Gue dukung kok, asal hartanya ntar jadi milik kita."
Raffa mengerang frustasi, pikiran Keysha terlalu cetek."Abisin makan lo, terus balik ke kampus lo."
Keysha mendengus pelan, kalau saja yang di hadapannya ini bukan sosok yang penting bagi hidupnya maka sudah ia kuliti habis habisan.♦
"Pengen gue gorok perempuan yang tiap pagi duduk di meja makan gue."
Kesal Natasha saat sampai di kantin bersama Dinda serta Jennie.
"Kenapa lagi sih Nat?."
Tanya Jennie."Tiap hari dia ada di rumah gue, yang gue heranin kenapa Raffa diem aja."
Dinda tersenyum pasif.
"Rubah cara pandang lo Nat, lo harus bisa bikin Raffa sakit hati suatu saat nanti. Atau bahkan lebih, lo bisa sakitin fisiknya sekaligus."
Ujar Dinda membuat Natasha terdiam."Apa harus sampe tahap itu?."
Tanya Natasha tidak yakin."Raffa gapernah mandang lo, buat apa lo mikirin dia dan rasa sakitnya? Jangan bego Nat."
Natasha mengangguk."Bener, bakal gue sakitin dia."
Jennie menatap Dinda tak percaya, kenapa Dinda semenggebu gebu itu? Kenapa ada kesan benci yang di tujukan kepada Raffa.
♦
Sejak sore langit tampak sedang murung, rintik rintik kecil sudah setuju untuk jatuh membasahi bumi. Hingga malam rintik semakin deras dan berakhir pada hujan lebat serta petir, Natasha paling tidak suka situasi ini. Dia takut, butuh teman dan pelukan penenang.
Natasha bergetar di balik selimutnya, ia takut dan tidak tau harus berbuat apa.
Sebuah tangan melingkar di perut rampingnya membuat Natasha hampir saja berteriak karena kaget, nyaman dia tau siapa yang memeluknya.
"Takut hm? Kenapa nggak manggil mas Affa?."
Tanya Raffa dengan suara serak serak di antara ceruk leher Natasha.Nata bisa merasakan hembusan nafas Raffa, itu membuat tubuhnya meremang dan jantungnya tak terkendali.
"Gue...gue... lebih takut buat jalan keluar."
Bohong Natasha.Raffa semakin mencari posisi nyamannya di ceruk leher Natasha, di hirupnya aroma memabukan Princess kecilnya.
"Bohong."
Jawab Raffa membuat Natasha memutar tubuhnya menghadap Raffa."Kapan gue bohong, yang sering bohong itu lo. Kok jadi gue? Tadi tu beneran...
Cup
Natasha memejamkan matanya ketika tiba tiba Raffa mencium bibirnya lembut, Raffa melumat bibir manis adiknya dengan selembut mungkin.
Natasha merasakan ruangan yang tadi dingin berubah menjadi panas, Natasha mencengkram selimutnya ketika Raffa memperdalam ciumannya mengabsen setiap deretan giginya dan juga menggigit pelan bibir Natasha membuat gadis itu melenguh pelan.
"Ssshhh mas."
Ucap Natasha di sela sela panggutan mereka.Raffa melepas ciuman mereka, Raffa menatap sendu adiknya itu.
"Maafin mas kalau mas nggak bisa ngerti keinginan Princess, Princess cuma perlu jujur dan ngomong apa kemauan Princess ke mas Affa. Maaf juga soal kemarin, mas lupa jemput Princess bukan karena ada Keysha tapi ada hal mendesak."
Natasha berkaca kaca, sebenarnya dalam hati kecilnya dirinya tidak bisa bersikap seperti itu pada Raffa, namun selalu saja Dinda mengatakan ingat bagaimana saat Raffa membuat hati polosnya kesakitan.
"Jangan nangis, Princess tau ada hal besar yang lagi mas Affa perjuangin demi adik kecil mas ini. Tunggu sebentar dan semua bakal berubah menjadi baik baik aja sayang."
Raffa kembali melumat bibir Natasha, kali ini dengan sedikit menuntut. Natasha mulai bisa mengimbangi ketimbang saat pertama tadi, Natasha bahagia dan itu tidak dapat di pungkirinya.
♦
"Pagi Princess."
Sapa Raffa ketika Natasha menuruni satu per satu anak tangga.Natasha tersenyum simpul, senyum yang sudah lama tak ditunjukkannya.
"Pagi mas Affa."
"Sarapan dulu oke? Setelah itu mas anter."
Natasha mengangguk pelan.
Kembali normal?
Natasha kembali normal karena hal semalam. Tapi tetap dengan mode yang sama ketika bersama orang lain, sedikit terbesit bahwa Dinda akan marah ketika tau pertahanannya hancur.Setelah sarapan Natasha diantar oleh Raffa, sebelum turun dari mobil Raffa sempat mengobrol dan..
"Nanti mas jemput ya."
Natasha mengangguk paham."Yaudah aku mau turun mas."
"Eh tunggu, ada yang lupa."
Natasha menoleh lagi kearah Raffa, kemudian Raffa memajukan tubuhnya.Ia kembali melumat bibir adiknya itu, Nata memejamkan matanya. Menikmati sensasi bibir manis Raffa serta merasa malu.
Raffa melepas panggutan mereka. Natasha tampak memerah ketika Raffa menatapnya lagi.
"Itu buat semangat pagi Princessnya mas Affa."
Natasha langsung membuka pintu mobil dengan cepat.
"Bye mas."
Raffa tersenyum geli melihat Princessnya malu malu.Raffa kemudian melajukan mobilnya kembali.
Seseorang tersenyum miring, merasa jengah dengan Natasha.
"Bodoh, lo harus rasain balesan gue di lain hari."
Gadis berambut pendek itu kemudian memasuki pekarangan sekolah Natasha.♦
Hiya hiya up lagi, semangat buat yang baca jangan lupa vote dan komennya oke?
Anandahumairarazaq™

KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
General Fiction"Kamu berubah" "Jangan lupa Raffa, yang bikin gue hancur itu lo" Cinta jadi benci itu benar adanya, cinta habis di orang yang salah juga nyata. Seperti Natasha yang gagal dalam cinta pertamanya, jatuh cinta pada kakak laki-lakinya. Anandahumairaraza...