♦Chapter11

23.5K 595 109
                                    

Selamat membaca
_Anandahumairarazaq_

Budayakan vote dan komen ya gays, karena vote dan komen itu gratis. Plus komen kalian itu adalah pembakar semangat sang penulis:v

Raffa membulatkan mata, barusan apa yang di katakan si bungsu? Darahnya seakan berubah menjadi beku, oksigen di sekelilingnya seperti kian menipis. Si bungsu nyengir tanpa dosa, pemikirian kotor dari siapa yang sudah dicernanya sampai sejauh ini?

"Siapa yang ngajarin kamu kaya gitu?." tanya Raffa tetap berusaha tenang.

"Nggak ada yang ngajarin sih, pas liat drama korea katanya kalo cowok sayang sama kita pasti mau di ajak ciuman."

Apa sekarang Natasha menganggap Raffa sebagai laki laki bukan sebagai seorang kakak?

"Jadi,,

"Mas kan cowok, kalo nggak mau berarti mas nggak sayang sama aku."

Oh ternyata seperti itu, batin Raffa lega dan kecewa.

"Itu kalo mereka pacaran sayang."

Natasha mengamati langit dalam dalam, sebenarnya dia hanya ingin merasakan ciuman lembut dari Raffa meskipun untuk Raffa itu bukan hal spesial, tapi buatnya sungguh hal yang sangat berharga.

"Oh,, gitu."
Natasha mendudukan diri, mulai membuka kotak makanan yang mereka bawa, malas melanjutkan obrolan yang toh akan berujung sia sia.

"Buruan di makan, abis ini kalo mau main air,,

"Nata mau pulang aja."
Ucapnya sambil menguyah makanan, Raffa hanya bisa tersenyum pasrah. Dia tau adiknya hanya ingin ciuman untuk memastikan rasa sayang yang di milikinya.

"Iya, makan dulu abisin."

Di tengah perjalanan Natasha ketiduran, begitu sampai di rumah Raffa langsung menggendong tubuh mungil itu kedalam kamar, di baringkanya Natasha di ranjang queen sizenya.

Raffa menatap wajah damai si bungsu, mengulas senyum tipis sembari mengelusi surai coklatnya, sudah bertahun tahun tapi masih saja sama. Perasaannya tidak ada yang berubah, dari awal dia melihat bayi mungil dengan pipi gembul 17 tahun lalu rasanya masih tetap sama, cinta, cinta dan cinta.

Rasanya tidak hanya sekedar suka, atau sekedar cinta dia memiliki perasaan yang lebih dalam dari itu.

"Papa-

Raffa tersadar dari lamunannya, dia menggenggam tangan Natasha posesif. Apa kenangan buruk itu mencul lagi di benaknya? Apa waktu mereka sudah dekat?

Wajah Natasha berkeringat, mulutnya masih saja meracau tidak jelas.

"Papa, jangan mati. Papa-

"Sayang bangun."
Raffa mengguncang tubuh Natasha beberapa kali, anak itu belum juga membuka matanya.

Raffa mendekatkan bibirnya ke telinga Natasha, berbisik lembut.

"Nata ada mas, jangan takut sayang."

Wajah itu kembali menunjukkan ketenangan, Raffa bersyukur setidaknya dia bisa menenangkan si bungsu dari mimpi buruk.

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang