♦Chapter4

65.8K 1.2K 128
                                    


Natasha sudah rapi dengan stelan dress simplenya, dia berjalan menuruni anak tangga dengan kaki mungilnya. Matanya beranjak menatap dua sejoli yang tengah tertawa sambil menonton sebuah film romance, sejenak kemudian dia membuang muka ketika manik matanya bertabrakan dengan Raffa. Hatinya nyeri melihat orang yang sangat di sayanginya lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri.

"Princess, mau kemana kamu?."
Raffa menelisik adiknya itu, tidak biasanya adik kesayangannya itu keluar malam malam tanpa mengajaknya.

Natasha diam tanpa kata, dia terus berjalan karna Dinda sudah menunggu di depan rumahnya.

"Nata!."
Langkah kaki Natasha terhenti, satu bentakan membuat dirinya kaku bak patung. Jantungnya berdetak lebih cepat, sesak dirasakannya memenuhi rongga dadanya. Ingin dirinya menangis, namun dirinya tidak boleh terlihat lemah.

"Kamu engga denger mas ngomong? Sejak kapan kamu jadi pembangkang Nata? Siapa yang ngajarin kamu ha?."

Natasha tidak membalikkan tubuhnya sama sekali, dia masih betah memunggungi kakaknya dan wanita yang tak di sukainya itu.

"Sejak kapan mas ingkar janji? Ayo bilang sama Nata, siapa yang ngajarin Mas Affa?."

Raffa tersentak mendengar ucapan adiknya itu, bukannya berbalik dan meminta maaf namun Natasha malah menyerangnya balik.

"Kamu mau kemana."
Nada bicara Raffa berubah dingin, namun Natasha sama sekali tidak goyah. Natasha membalikkan tubuhnya, menatap kedua sejoli itu.

"Mencari kesenangan, sama kayak kalian berdua."
Jawab Natasha.

"Kamu bener ben....."

Tin tin

Natasha segera meninggalkan Raffa, tanpa mau mendengarkan terlebih dahulu apa yang akan di katakan oleh sang kakak.

Raffa menatap punggung mungil itu penuh keresahan, adik cantiknya itu berubah hanya karena tidak di jemput saat pulang sekolah?

Natasha sedikit merasa tidak nyaman di dalam club malam itu, namun pikirannya sedang kacau hingga di sinilah dirinya berakhir bersama kedua sahabatnya.

"Udah gausah lo pikirin lagi si Affa, yang harus lo pikir adalah cara berubah."
Natasha menoleh kearah Dinda.

"Maksud Dinda berubah gimana?."
Dinda berdecak kesal, kesadaran Dinda 30% sudah hilang karena minuman beralkohol.

"Lo bego banget sih, nih ya lo itu terlalu polos. Terlalu nurut sama Affa, apapun yang diucapin Affa selalu lo lakuin. Tapi apa balesannya sekarang? Affa milih orang lain buat ngisi kekosongan hatinya, Nata lo itu boleh sayang tapi jangan bego. Paham."

Natasha mulai mencerna ucapan Dinda, benar seharusnya ia memikirkan hal itu. Ini begitu tidak adil baginya sekarang.

"Terus Nata harus gimana Din?."
Natasha menghela nafas berat, setetes air matanya turun kembali.

"Rubah segalanya, segalanya yang ada di diri lo."

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang