Happy reading y'll
Tap tap bintang sama komennya ya.****
Dari ribuan bunga yang tumbuh didunia ini, malangnya Natasha lahir sebagai mawar. Terlalu banyak hal sempurna dan pujian yang dia dapatkan, namun tidak ada satupun yang ingin memeluknya dengan erat.
Hanya suara Nathan yang terakhir kali dapat dia dengar, selebihnya hening.
Semua itu, apa mungkin? Setelah berteman dan berbagi segala hal, pengkhianatan seperti itu apakah bisa terjadi?
Tubuh Natasha luruh, kedua kakinya tidak bisa menopang separuh dari rasa sakit hatinya. Setelah kehilangan ayahnya, kali ini dia akan kehilangan Raffa. Meski laki-laki yang menyandang status kakak serta kekasihnya itu tidak akan pernah mau melepaskan Natasha, namun hatinya sendiri juga tak sanggup jika terus menerus berhadapan dengan wajah sang kakak.
"Bohong...
"Bohong kan?"
Suara Natasha terdengar lirih, hampir seperti merintih.
"Nata, sadar ini semua belum tentu bener" Dinda mencoba sekuat tenaga, agar Natasha tidak termakan oleh ucapan Nathan.
Sementara si tersangka malah melebarkan senyumnya, seperti iblis yang tengah kegirangan karena melihat tingkah manusia yang semakin belok menjauh dari Tuhan.
Semua itu akan menjadi hukuman bagi Raffa, Nathan sudah bersumpah akan menghancurkan perasaan Natasha yang dia bangun begitu megah untuk laki-laki brengsek seperti Raffa. Ya walaupun dia juga bukan orang yang baik, setidaknya ini akan jadi menarik. Kalau satu tidak bisa dibagi dua, maka tidak ada yang boleh memilikinya.
Raffa tidak boleh egois, karena yang mencintai Natasha bukan hanya dia.
"Dasar orang gila!" pekik Dinda menatap Nathan murka.
"Gue salah?"
Tentu, pertanyaan Nathan semakin membuat emosi Dinda menggebu-gebu.
"Temen kalian pelacur, P E L A C U R" ulang Nathan dengan jelas.
Nathan menjeda ucapannya, dia melirik Natasha yang sudah bersimpuh dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"Lo gapunya bukti apapun" sangkal Dinda lagi masih berusaha percaya dengan nalurinya sendiri.
"Punya lah, mau liat? Tapi kuat ga lo, liat Raffa make temen lo kaya tempat sampah?"
Mata Dinda mulai memanas, sakit hati juga menjalar, sesak memenuhi dadanya. Dinda menatap Natasha iba, bagaimana mungkin sang adik yang selama ini ingin dia lindungi malah mendapat perlakuan buruk dari orang yang paling dicintai adiknya.
"Nata, ayo kita pulang dan tanyain langsung ke Raffa" putus Dinda.
"Gausah repot-repot, nih gue kasih buktinya"
Nathan melempar lembar demi lembar foto yang sudah tercetak rapi, terlihat dengan jelas siapa dan sedang apa mereka. Kini isak tangis Natasha tidak dapat dia tahan lagi, pecah sudah pertahanan yang kepercayaan yang dia bangun.
Dunia bekerja sangat jahat pada siapapun, bukan hanya pada Natasha. Kenyataannya, Jennie mendapat hukuman sebelum ter-hukum oleh takdir Tuhan seperti sumpah yang Natasha ucap beberapa detik lalu dalam hatinya.
Tidak boleh, kita semua bukan Tuhan yang maha pemaaf. Katakanlah manusia sangat lancang dan serakah, biar dosa ini menjadi tanggungan untuk diri kita masing-masing. Natasha tidak sudi membiarkan sahabatnya begitu saja, kali ini harus ada yang mati ditangannya.
"Ngomong-ngomong, mungkin ini hari terakhir kalian bisa liat gue" ucap Nathan, membuat Dinda bingung.
"Maksud lo?"
"Karena mungkin gue bakal dibunuh Raffa, sebentar lagi" jawabnya dengan senyuman lebar.
••••
Heboh, hari ini sekolah menjadi gempar.
Natasha, seorang gadis manis yang hampir tidak pernah berlaku jahat kini tengah menginjak-ijak tubuh Jennie beserta harga diri sahabatnya itu.Isakan penuh lara terdengar jelas, namun tidak ada yang mau menolong walau hanya sebatas ucapan. Dua orang yang tadinya sangat akrab kini beradu, tumpang tindih ingin saling menusuk.
"Gimana rasanya?"
Jennie tak mampu menjawab, semua telah usai. Dia tidak akan bisa menolong dirinya sendiri.
"Pasti sakit" lanjut Natasha dengan nada datar, wajahnya sedikit pucat dengan kantung mata yang membengkak.
"Tapi lebih sakit jadi perempuan yang cowoknya nidurin pelacur, apalagi pelacurnya temen sendiri"
Tatapan semua orang mendadak gelap, mereka menghina Jennie melalui tatapan mata. Natasha tidak takut, meskipun mungkin Raffa akan marah padanya. Siapa peduli, dia tidak sudi lagi dengan barang bekas orang lain.
"Ah anak angkat itu nggak tau diri juga ternyata" gumam Natasha, dia semakin menekan kakinya. Sudah dapat dipastikan lengan Jennie sedikit retak, sebelum diinjak dia sudah dipukul menggunakan tongkat baseball.
Mengerikan sekali bocah ingusan itu.
"Lo kayaknya keseringan nonton film psikopat ya" teriak Nathan dari kejauhan.
Natasha menoleh, memiringkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Harusnya kita bunuh ya? Boleh juga sarannya"
Nathan memang senang, namun Natasha bisa terkena masalah jika para guru tahu dengan kasus ini.
Sangat disayangkan sekali jika tuan putri-nya harus masuk ruang BK.Natasha mengangkat kakinya, dia kemudian berjongkok didepan wajah Jennie. Memberi tamparan kecil berkali-kali pada wajah mulus sahabatnya itu.
"Jangan lupa lapor ke guru BK, biar gue sebar foto asusila punya lo itu"
"Nat, lo salah paham...
Jennie masih berusaha mengatakan tidak."Padahal satu foto aja udah bikin paham, kenapa 20 foto malah dikatai salah paham ya?"
Jennie mendelik, sebanyak itu bukti yang Natasha dapatkan. Dia menyesal, walau sudah terlambat.
"Nanti Gue usahain buat bunuh lo..
"NATA!"
Senyuman Natasha mengembang, Raffa di ujung sana tampak begitu tampan. Jas hitam yang melekat pada tubuhnya membuat dia berkali lipat lebih menawan, sayang Natasha mulai mual melihat wajah sialan itu.
"Pahlawan lo dateng" bisik Natasha sebelum berdiri mengambil posisi, menyambut pengkhianat.
•••••
Akhirnya setelah sekian lama bisa update juga, jangan lupa klik bintang dan komen ya guys. Bagusnya gimana ya, galau Nata sama Raffa ruwet, kalo sama Nathan lebih ruwett.
Cr.Anandahumairarazaq
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother
General Fiction"Kamu berubah" "Jangan lupa Raffa, yang bikin gue hancur itu lo" Cinta jadi benci itu benar adanya, cinta habis di orang yang salah juga nyata. Seperti Natasha yang gagal dalam cinta pertamanya, jatuh cinta pada kakak laki-lakinya. Anandahumairaraza...