♦Chapter10

32.9K 624 70
                                    

Gadis bersurai panjang itu memilih diam saat sampai di sekolah, entah mengapa ketakutan kembali merasukinya. Jelas, siapa yang tidak takut jika mendapat teror seperti itu?

Dengan rasa takut yang membuncah, ia mencoba meraba laci meja belajarnya. Ketegangan raut wajahnya seketika berubah lega dengan helaan nafas ringan, tidak ada kotak teror seperti hari sebelumnya.

"Nat!."

Sebuah tepukan di pundak membuatnya sedikit berjengit, terkejut nampaknya.

"Ngagetin aja."
Jawab Natasha berusaha meredam rasa kagetnya.

"Lo kenapa gak sekolah kemaren?."
Tanya Jennie dengan wajah penasaran, sedangkan Dinda seperti tidak berminat sama sekali bahkan hanya untuk sekedar basa basi.

"Kurang enak badan."
Jawabnya santai.

Jennie mengangguk anggukan kepalanya, bibirnya seperti membuat gerakan "oh".

Natasha melirik ke arah Dinda, ia sadar ada yang aneh dengan sahabatnya itu. Tidak biasanya Dinda mendiamkannya, bahkan tidak menyapanya sama sekali. Mencoba membuang jauh jauh pikiran negatif dari pikirannya, Natasha mulai membuka bukunya sebelum bel masuk terdengar.

Waktu berlalu cepat, sekarang waktunya semua anak anak istirahat dan mengisi perut masing masing menambah tenaga untuk menghadapi rumitnya pelajaran.

"Kalian kenapa diem dieman?."
Tanya Jennie dengan raut wajah bingung.

"Gue? Siapa yang diem dieman, daritadi muka Dinda aja yang nggak bersahabat."
Jawab Natasha culas, ya benar sejak diajari bahasa yang menusuk hati seseorang Natasha tidak segan segan culas pada sahabatnya sendiri jika memang keterlaluan.

"Din lo kenapa sih."
Tanya Jennie lagi.

"Gue nggak enak badan, kayaknya gue perlu istirahat gays. Btw maaf Nat, gue nggak maksud buat diemin lo."

Dinda mengulas senyuman semanis mungkin, Natasha menanggapinya dengan dehemannya saja. Moodnya sudah terlanjur hilang, terlebih mengingat kejadian kemarin membuatnya semakin muak di sekolah.

"Gue cabut ya mau minta surat ijin, btw kalo ada tugas kabarin ya."

Mereka berdua mengiyakan perkataan Dinda, tubuh gadis itu menghilang di telan daun pintu kantin.

"Lo ngerasa ada yang aneh nggak sih sama Dinda?."
Jennie sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Natasha, takut takut bila pembicaraannya di dengar siswa lain.

"Dia kan emang gitu, suka aneh."
Jawab Natasha seadanya.

"Bukan gitu, kayak ada yang di sembunyiin. Dari kemaren sifatnya aneh."
Ujar Jennie meyakinkan Natasha.

"Bodoamat, selagi dia nggak mau cerita nggak usah di paksa Jen."

Jennie mengangguk setuju, meskipun mereka sahabat mungkin masih ada beberapa hal yang tidak berhak mereka ketahui untuk menjaga privasi masing masing.

"Kenapa aku harus kejebak di antara dia sama Raffa?."

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang