♦Chapter18.

14.1K 461 39
                                    

WARNING!!
Budayakan vote dan komen, setidaknya itu adalah hal kecil yang bisa membuat author bahagia.
Asek:v.

Selamat membaca:)

"Mas...

Gadis kecil berusia 5 tahun itu terus terusan menangis, dia memegangi ujung kaos kakaknya erat, tangan kecilnya tampak gemetaran. Sebagai seorang kakak dia di tuntut tegar meskipun berada di dalam situasi yang sulit.

"Jangan takut, mas di sini."

Raffa kecil memeluk Natasha, dia mengelus surai panjang kelam milik adiknya. Dia harus kuat, demi menjaga adik semata wayangnya.

"Kenapa Papa mati?."

Bibir Raffa mengatup rapat, apa yang harus dia jelaskan dengan anak kecil lugu sepertinya. Apapun yang Raffa katakan mungkin tampak masuk akal bagi Natasha kecil, namun sulit untuk di pahami.

"Mereka kecelakaan, Mama, Papa sama kakak."

Mata berairnya mengedip satu kali, bulir bening jatuh menyusuri pipi gembilnya.

"Kakak?."

Raffa tidak menjawab, biar Natasha melupakan semunya perlahan, dia lebih baik tidak mengingat siapapun manusia jahat di masa lalunya.

~
~
~
"Kemungkinan sembuhnya sih kecil."

Dokter Gama menjeda ucapannya, Raffa mendengarkan dengan seksama.

"Tapi nggak menutup kemungkinan suatu saat Natasha bakal inget sama semua kenangan masa kecilnya."

Nafas Raffa terdengar lesu, semua semakin rumit kalau ingatan Natasha kembali normal seperti dulu, lalu dia harus bagaimana lagi sekarang?

"Udah belasan tahun Dok, saya rasa Nata nggak akan mungkin inget semuanya." jawab Raffa berpendapat, dia berharap semoga semua berjalan sesuai keinginannya.

"Iya lebih baik seperti itu, Natasha akan lebih nyaman menjalani kesehariannya tanpa mengingat masa lalunya."

Raffa memilih mengakhiri perbincangan mereka, dia kembali ke kantor dengan wajah penuh kegelisahan, bahunya seakan tertindih berbagai macam beban.

Manusia tidak akan pernah lepas memang dari beban kehidupan, tidak pandang dia kaya ataupun miskin.

Raffa menjatuhkan bokongnya di sofa kantornya, dia menerawang jauh menatap padatnya kota yang berada tepat di depan matanya.

"Nata, lama lama kamu beneran bikin aku gila."

Otaknya mulai overthinking, dia memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi pada Natasha.

Kalau dia ingat, apa mungkin Nata akan membencinya? Sejauh ini Natasha tidak membenci Raffa sama sekali meskipun dia tahu Raffa menyembunyikan keberadaan ibunya.

Setelah itu apa Nata akan mencari lelaki lain sebagai pendamping hidupnya?

Bagaimana kalau dia celaka karena ibunya sendiri?

Arghhh....

Raffa bangkit, dia berdiri memasang senyuman miring, tangannya terulur merapikan jasnya.

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang