♦Chapter9

37K 763 61
                                    

Natasha melambaikan tangannya kearah mobil Raffa yang perlahan mulai keluar dari pekarangan sekolah, Natasha kemudian berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya.

Natasha mendudukan dirinya di bangku kelasnya, ia mengeluarkan kotak bekal yang tadi pagi sudah Raffa siapkan untuk adik kesayangannya itu. Senyum mengembang begitu jelas membuat wajah itu terlihat semakin ayu saja, baru saja dirinya akan meletakkan kotak bekal itu kedalam lacinya namun seperti ada kotak besar yang sudah berada di dalamnya.

Natasha mengambil kotak besar itu, seperti kotak kado. Dibukanya karena di atas kotak tersebut ada tulisan namanya, berarti kado ini untuknya.

Natasha dengan refleks melempar kotak kado itu kesembarang arah, tubuhnya bergetar dia ketakutan. Natasha segera mengemas tas dan kotak bekalnya, dirinya kembali keluar kelas dengan tergesa gesa.

"Maaf ada yang bisa di bantu?."

Natasha tidak memperdulikan resepsionis itu dirinya langsung masuk kedalam lift, meski sudah di hentikan namun dia tidak menggubris satpam yang sedari tadi mengejarnya.

"Mas Raffa mana?."
Tanya Natasha to the point pada sekertaris Raffa yang super menor dan seksi itu.

"Sudah membuat janji?."
Tanyanya sinis.

Natasha langsung saja masuk ke ruangan Raffa, tanpa memperdulikan ocehan sang sekertaris yang akhirnya menyusul Natasha.

Raffa terlihat kaget dengan kedatangan adik kesayangannya ini, pasalnya baru saja dirinya mengantar Natasha ke sekolah.

"Hei what's wrong with you baby?."

Natasha memeluk Raffa erat, saat itu pula sekertaris Raffa masuk.

"Maaf pak tadi saya sudah mencegahnya tapi..

Raffa hanya memberi isyarat agar sekertarisnya itu keluar.

"Hei baby, kenapa?."

Natasha berusaha berbicara di tengah isakannya.

"Ada...ada yang mengirimiku sebuah kotak berisikan boneka berdarah, aku takut aku takut darah."

Raffa mengelus surai lembut gadisnya itu, Raffa paham adiknya itu sangat takut dengan darah wajar jika Nata sepanik ini.

Rahang tegas Raffa mulai mengeras, ternyata lawan mainnya sudah seberani itu kepada adiknya.

Natasha masih menangis sesegukan, Raffa mencoba terus menenangkan Natasha.

Kenangan buruk akan berakibat fatal pada kehidupan Natasha, jika terus menerus semua tidak akan berakhir indah sesuai rencana Raffa.


"Sssttt.... Tenang Princess mas disini, mas janji tidak akan ada lagi teror sialan seperti ini."

Raffa akan mencari pelakunya meskipun ia sudah menduga siapa yang berani melakukan hal seberani ini pada Princess kesayangannya.

"Kok Natasha nggak sekolah ya Din, di telfon juga enggak di angkat. Aneh banget."

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang