♦Chapter2

119K 1.2K 33
                                    

Natasha mengerjapkan matanya merasakan dekapan hangat di tubuhnya, setelah kesadarannya terkumpul ia baru mengingat bahwa dia tadi malam tidur dengan kakaknya.

Natasha memandang wajah tampan Raffa, kenapa laki laki setampan ini harus tercipta sebagai kakaknya pikir Natasha.

"Udah bangun kamu."
Natasha tersentak kaget, ia langsung memalingkan wajahnya karena ketauan memandang wajah sang kakak.

"Jangan di liatin terus mas tau kok mas ini ganteng."
Ujar Raffa dengan percaya dirinya.

"Mas."

"Hm."
Raffa menempatkan wajahnya di ceruk leher Natasha, hal seperti ini membuat jantung Natasha berdegup kencang.

"Mau peluk Nata terus sampe siang?."

Raffa tidak bergeming, ia malah makin mengusel pada Natasha layaknya anak kucing.

"Mas Affa, Nata mau sekolah."
Raffa terkekeh pelan melihat sang adik yang sudah kesal, ia sangat senang melihat Natasha kesal.

"Iya iya bawel, yaudah mandi sana mas juga mau siap siap ke kantor."
Natasha segera bangkit dan berlari keluar, Raffa menyentuh bibirnya sendiri mengingat kejadian semalam.

Dengan senyuman yang sulit di artikan, Raffa terus memegang bibirnya.

"Hanya aku yag boleh menyentuh si kecil."

"Natasha!."

Natasha melambaikan tangannya, Jenni dan juga Dinda sudah menunggunya di depan koridor kelas. Natasha langsung menghampiri keduanya.

"Kalian kok ngga ngabarin Nata sih kalo udah pulang dari London."
Cemberut Natasha berlagak merajuk, Jenni terkekeh geli temannya ini benar benar manis dan polos.

"Sorry ya Nat, gue sama Dinda mendadak pulangnya. Jadi ngga sempet ngabarin lo."
Natasha mengangguk, seperdetik kemudian senyumannya kembali mengembang bagai bocah yang dengan gampangnya melupakan tangisnya.

"Jenni sama Dinda bawa oleh oleh kan buat Nata?."

"Yah ni bocah malah nanyain oleh oleh, tanyain kek kabar kita berdua Nat."
Natasha nyengir tanpa dosa.

"Kan Nata udah liat kondisi kalian, jadi yang belum Nata liat kondisi oleh oleh Nata hehe."

Dinda menjitak pelan kepala Natasha, membuat gadis cantik itu memajukan bibirnya.

"Udah kalian kalo ketemu malah berantem terus, kita berdua pasti ngga lupa kok Nat oleh oleh lo ada. Nih."

Natasha melebarkan matanya ketika melihat oleh oleh yang di bawakan Jenni dan juga Dinda, tas yang sudah di idam idamkannya brand dari Gucci itu berhasil membuat Natasha berjingkrak kesenangan.

"Ah makasih Jenni, Dinda. Nata seneng banget."

Dinda tersenyum simpul, sahabatnya yang satu ini benar benar masih polos dan kekanakan.

"Ntar malem gue sama Dinda mau ke club, lo mau ikut ngga?."
Tanya Jenni pada Natasha, Natasha menggeleng pelan.

"Nata nggak suka tempat kaya gitu, maaf."
Jawab Natasha sembari menundukkan kepalanya, takut jika mereka marah karena telah menolak ajakan mereka.

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang