♦Chapter12

23.3K 564 84
                                    

Selamat membaca, jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen.

Penumpang kapal Raffa-Nata mana suaranya??

Natasha membuka matanya, merasakan dekapan hangat yang sangat nyaman, dia mengulas senyum memandangi wajah tenang Raffa ketika tidur. Raffa itu seperti tanpa cela, dia benar benar sempurna bagi Natasha, dia adalah pelindung dan juga pemilik dari hatinya selama ini.

"Kedip Nata."
Nata mengedipkan matanya linglung, sedari tadi Raffa ternyata sadar mata indah milik adiknya itu  menatap lekat wajahnya.

"Udah bangun kenapa nggak buka mata." sindir Natasha kesal, Raffa terkekeh lalu mencium kening Natasha.

"Selamat pagi princess."

Jantung Natasha tidak karuan, semakin hari kenapa mereka malah semakin lengket seperti sepasang kekasih, mana ada kakak adik yang tidur seranjang tiap malam, bahkan mencium kening adiknya setiap pagi.

Andai saja di antara keduanya saling tau, kalau mereka memiliki perasaan yang sama, pasti dunia mereka akan lebih indah.

"Modus." ucap Natasha diiringi kekehan kecil.

Raffa mengamati wajah adiknya, dia sangat sangat terobsesi untuk memiliki wajah itu, dia sangat sangat tidak rela jika wajah itu sampai di sentuh orang lain, apalagi sampai ada yang berani mencium wajah Natasha siap siap saja akan Raffa silet silet bibir biadab itu.

Memang seorang Raffa tidak memiliki cela di fisiknya, namun lebih menakutkan kelihatannya,  jiwanya bahkan sudah sangat tidak waras.

Natasha bangun dari ranjangnya, melirik jam di atas nakas.

"Natasha mandi dulu nanti telat berangkatnya."

"Hm." Raffa hanya menjawab dengan deheman, rasa kantuk masih tersisa di matanya. Dia ingin memejamkan matanya lagi untuk beberapa saat.





"Pagi Jen!." teriak Natasha menyapa Jennie dari kejauhan, Natasha berlari dari ujung koridor menghampiri Jennie yang sudah melambaikan kedua tangannya.

"Bahagia amat muka lo." selidik Jennie menggoda.

"Apaan sih, tiap hari kan gue bahagia hehe." sanggah Natasha berbohong, mana mungkin dia jujur, kalau tadi pagi adalah pagi paling sempurna bagi dirinya. Tidur dalam dekapan Raffa, bangun dengan memandang wajah tampan Raffa, bahkan mendapat morning kiss dari Raffa.

Ah kalau mengingat Raffa lagi dan lagi, Natasha ingin cepat cepat pulang kerumah rasanya.

"Dinda mana?." tanya Natasha sambil celingukan kenanan kiri.

"Belum dateng kali, tungguin di kelas aja skuy."
Jennie merangkul pundak Natasha, mereka berdua berjalan beriringan kedalam kelas.

Setelah mereka masuk, Dinda baru keluar dari balik dinding. Dia tidak seperti biasanya, dia malas menyapa teman temannya, dia sedang tidak ingin bersosialisasi sama sekali.

Raffa menatap langit langit ruang kantornya lesu, dia harus melakukan perjalanan bisnis selama satu minggu ke Paris. Kepalanya hampir meledak memikirkan bagaimana Natasha dirumah sendirian.

Step Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang