Waktu menunjuk pada pukul 05.15 sore. Varuna yang Baru datang kerumah setelah berbincang bincang dengan anak ekskul seni di sekolah nya, ia berniat untuk membersihkan badannya. Ia ingat bahwa hari ini tantenya tengah sibuk dengan desain barunya yang harus ia selesaikan minggu ini. Dan tentu saja Lisa harus lembur di butiknya itu.
Setelah membersihkan badannya dan melakukan sholat maghrib, ia berniat untuk membuat sesuatu di dapur untuk mengisi perutnya yang kosong. Ia sangat lapar, pasalnya ia tadi hanya meminum air putih di sekolah karena waktu istirahat nya harus terganggu oleh wali kelasnya yang tiba tiba menyuruh nya menulis absensi kelas untuk laporan akhir semester 1.
Varuna melahap makanan yang ia buat, Varuna memang pandai dalam hal masak memasak. Ia sedari kecil sudah di didik menjadi seorang perempuan yang mandiri oleh ibundanya. Setelah makanannya habis, ia mencuci piring nya kemudian bergegas ke kamar Mandi untuk berwudhu dan menjalankan sholat isya.
Varuna yang sedang merapikan alat sholat nya setelah melakukan sholat isya dikejutkan oleh suara handphone nya. Tak selang beberapa menit Varuna langsung mengangkat telpon yang ternyata penelponnya adalah ibundanya.
"Assalamualaikum nak?"
"Walaikumsalam ma, mama kok baru telpon Nana?"
"Maaf ya Na, mama sibuk. Kamu baik baik aja kan sama tante Lisa?"
"Baik kok ma, mama baik kan?"
"Mama juga baik Na. Om bagas masih di Surabaya?"
"Masih ma, kata tante Lisa sih sampai akhir bulan ini."
"Kamu jangan nakal ya Na, jangan merepotkan tantemu. Mama percaya kok sama Nana, Nana pasti baik baik aja"
Terdengar suara isak tangis di sebrang sana. Varuna yang mendengar pun merasa khawatir. Ada apa dengan ibundanya itu.
"Mama, mama nangis? Mama kenapa?"
"Nana sayang sama mama kan Na? Sayang sama papa juga kan?"
"Sayang dong ma, mama kenapa sih?"
"Maafin mama sama papa ya Na, tapi mama harus pisah sama papa mu."
"Maksud mama?"
"Iya, mama gak bisa sama sama lagi sama papa. Kita udah gak sejalan, Na. Maafin kita ya."
Hancurlah seketika hati Varuna mendengar kabar buruk yang di sampaikan oleh ibundanya itu. Ia tak tahu harus apa ketika ibundanya memberi kabar yang menyakitkan itu. Apalagi Varuna mendengar isakan ibundanya di sebrang sana yang menambah sesak hatinya.
"Nana dengerin mama, kamu jangan benci mama ataupun papa ya nak, kamu tetap anak mama dan papa. Yang pisah itu antara mama dan papa bukan kamu dan mama ataupun kamu dan papa. Mama gak akan nuntut kamu untuk memilih akan bersama mama atau papa. Mama membebaskanmu. Kamu boleh bersama papa dan mama bergantian nak."
"Kalo Nana pengen bersama keduanya? Mama bisa ngabulin?"
"Kamu harus ngertiin mama dan papa Na, pada kenyataan nya memang kita gak bisa bersat-"
Tut tut tut
Varuna mematikan telepon dari ibundanya. Ia tak sanggup harus mendengar ucapan ibundanya yang menyakitkan itu berkali kali.
Ia tak kuasa menahan air matanya. Tumpahlah semua air matanya. Dering telepon tak berhenti bersuara, ya ibundanya terus menelponnya. Varuna tak kuat bila harus terus mengobrol dengan ibundanya. Apalagi yang dibahasnya adalah hal yang begitu menusuk hati Varuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRUMOS ( End )
Teen FictionTAHAP REVISI !!! ___________________________________ "Lo ikut ektra seni?" "Iya" "Gak ada tampang seni nya." "..." Bukan tentang perkataan, tapi tentang perasaan. kisah tentang laki laki yang mencintai seorang perempuan namun tidak tahu cara menyamp...