9. Latihan (2)

60 10 0
                                    

Di hari pertama Varuna melakukan latihan, ia sudah ingin keluar. Bagaimana tidak? Varuna yang sedang antusias antusias nya malah mendapat celaan dari seorang Altar Yuan. Kini ia bersumpah akan membenci sosok Altar, si mulut pedas.

Kini, Varuna tengah bergosip ria dengan teman sebangku nya, siapa lagi jika bukan Rara Sabila. Ia dan Rara memang baru kenal saat memasuki sekolah ini. Namun persahabatan mereka sudah seperti bertahun tahun. Ya begitu lah ketika punya sahabat yang otaknya sudah sejalan. Susah di pisahkan. Namun masih banyak yang Rara tidak tahu mengenai siapa Varuna. Begitupun sebaliknya.

Rara hanya tahu Varuna tinggal di Jakarta bersama dengan tante nya, Lisa. Orang tua Varuna asli Lombok. Ibunya memiliki toko kue di Lombok, ayah nya seorang direktur di salah satu perusahaan yang ada di Lombok, namun ayah nya tiba tiba dapat pekerjaan di Surabaya. Mengenai alasan kenapa ia memilih sekolah di Jakarta bersama tantenya, Rara tidak tahu. Apalagi masalah orang tua Varuna yang kini resmi bercerai. Rara tidak tahu sama sekali.

Begitupun dengan Varuna. Varuna hanya tahu bahwa Rara tinggal di Jakarta sejak lahir. Namun dia asli Bandung. Ibunya seorang guru di sekolah luar biasa atau SLB yang berada di Jakarta Timur, agak jauh dari sekolahnya saat ini. Ayah nya bekerja sebagai dokter syaraf. Ya, Varuna tahu Rara dari keluarga berada. Hanya itu.

"Eh Na, lo tau gak? Si Memet anak kelas sebelah? Dia nembak anak kelas 12 masa, kak Bella. Mantan ketua ekskul lukis, sebelum kak Dita. Parah kan?" Ujar Rara bersemangat.

"Masa? Memet yang ingusan? Buset gile sih." Varuna menanggapi tak kalah bersemangat. Soal gosip menggosip itu hobi mereka berdua.

"Iye Memet. Yang kalo ngomong suka kaga jelas karna sambil jilatin ingus. Lo tau Kak Bella nya gak? Beuh cantik beuttt."

"Tau gue. Terus terus? Si Memet diterima?" Tanya Varuna masih dengan semangat 45 bergosip.

"Ya kagak lah! gesrek aja otak kak Bella kalo nerima tu bocah. Lo sendiri? Mau gak sama si Memet?" Ucap Rara mengangkat angkat alisnya Naik turun, agak meledek.

"Aduh sorry aja nih Ra, selera gue gak setinggi itu." Ujar Varuna dengan ekspresi wajah yang di lebih lebihkan.

"Oh iye gue inget, selera lo kan rendahan macam kak Altar. Ye kan?" Ucap Rara tertawa.

Varuna mendengus. " Gak ada ya, gue udah benci sama dia. Mulutnya pedes gile Ra!"

"Hallaaah palingan entaran kalo ketemu bilang 'Rara, liat deh kak Altar, pangeran guee' gitu" Rara menirukan gaya bicara Varuna.

"Gak bakalan gue. Lagian gue udah benci banget sama dia sekarang. Gak bakal suka pokoknya gak lagi. Nih ya dimana mana pangeran itu baik hati, ucapan nya kagak pedes, terus ganteng terus suka sama gue. Baru itu namanya pangeran gue." Varuna berkata panjang lebar dengan semangat yang masih membara. Namun Rara hanya menunduk dan tidak merespon apa apa membuat Varuna bingung. Namun ia terkejut saat tiba tiba ada suara yang ia sangat kenali berkata lembut di telinganya.

"Enough? what are you talking about? Varuna Misha? Kamu tahu bel masuk sudah berbunyi?" Ucap Mrs Helly, guru bahasa inggris Varuna sangat lembut di telinga Varuna.

"Eh Mrs." Varuna nyengir saja

"Anu Mrs, Varuna lagi bahas cerita di buku dongeng bahasa inggris punya Rara tentang pangeran. Ya kan Ra?" Tambah Varuna membela sambil menginjak sepatu Rara.

Rara mengaduh kesakitan, namun ia tetap diam.

"Ooo, begitu? Terus sekarang kamu tau ini jam pelajaran siapa?" Ucap Mrs Helly masih berkata dengan lembut.

"Jam Mrs Helly." Ucap Varuna mulai ketakutan. Ia tahu setelah ini akan ada sesuatu yang membuat telinganya harus pergi ke THT.

"Good!"

FRUMOS ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang