21. Be Better

34 9 0
                                    

Setelah terbiasa dengan Altar, Varuna mulai membiasakan diri untuk tidak canggung ketika bersama Altar. Ia kini tahu bahwa Altar adalah orang yang baik dan menyenangkan. Kini Varuna tidak peduli lagi tentang perasaan Altar. Mau itu serius atau tidak, baginya untuk sekarang semua itu tidak penting. Setidaknya kini ia bisa menari kembali tanpa harus mendengar kata kata kasar dan perlakuan tidak baik yang dulu sering Altar berikan padanya.

Untuk perkara Nabila pun kini ia merasa lega setelah Nabila menghampirinya kemarin dan berkata bahwa ia sudah ikhlas dengan apa yang terjadi antara Varuna dengan Altar. Nabila berujar bahwa ia baik baik saja dan ia bersedia menjadi sahabat Varuna dan Rara kembali seperti sediakala.

Selain dua hal tersebut Varuna mendapatkan satu hal lagi yang juga sama menyenangkannya, yaitu libur latihan selama satu hari full setelah sebelumnya terus menerus latihan. Varuna sadar hal tersebut terjadi karena memang target mereka tinggal hitungan minggu. Untuk ukuran penampilan kali ini yang selalu saja mereka sebut penampilan spektakuler haruslah melakukan persiapan yang tentunya spektakuler juga. Butuh waktu panjang juga keseriusan untuk mencapai target tersebut. Namun Saka, selaku koordinator ekskul seni merasa sejauh ini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Jika dihitung dari 1 sampai sepuluh, latihan kemarin mendapatkan nilai 8,7. Sudah hampir sempurna untuk ukuran 3 minggu menuju hari H. Maka dari itu ia memilih membebaskan anggotanya barang satu hari saja.

Kini Varuna dan Rara juga Nabila tengah asyik mengobrol ringan di kantin sekolah.

"Seneng gak sih gengs libur latihan seharian, udah gitu KBM tetep gak ikut. Dispensasinya kan berlaku juga buat hari ini. Surga dunia banget!!!!" Ujar Nabila menggebu gebu.

"Yoyoy bener banget atuh elu mah gue juga setujuuu. Cape banget badan sama hati gue." Rara menanggapi.

"Bener tuh badan gue sakit semua tauuu maunya rebahan aja gitu sekarang tuuu. Tapi lu pada malah ngajak sekolah." Varuna cemberut.

"Yaelaaah Na kalo lo gak sekolah gue kasih tau ya lo itu gak bakal ketemu sama Altar." Ujar Rara. Varuna tak menanggapi.

Biarpun Nabila sudah mengatakan ikhlas, tetap saja Varuna merasa ia sebaiknya menjaga perasaan Nabila dengan tidak membahas tentang dirinya dengan Altar.

"Lah terus elu kenapa sakit hati dibawa bawa dah?" Varuna mengganti topik pembicaraan.

"Ya Ibarat nih ya badan gue sakit kelebihan gerak, nah hati gue sakit kelebihan wajah ganteng kak yayang. Gue takut kena penyakit hepatitis S." Varuna berdecak, Nabila menepuk jidat.

Kak yayang adalah panggilan khusus dari Rara untuk Saka.

"Mana ada penyakit hepatitis S Raraaaa!!!" Gemas Nabila.

"Ada, penyakit hepatitis S, hepatitis Saka!" Ujar Rara dengan lantang.

"Buciiiinn!!!!!!" Ujar Varuna dan Nabila bersamaan.

"Hih julit banget si! Ini itu bagian dari keindahan cinta kalo lo pada pengen tau!" Ujar Rara mengangkat bibir atas nya.

"Eh tapi Ra gue pernah denger deh. Katanya, kak Saka itu lagi deket sama kak Yola." Ujar Nabila.

Rara melotot "Masa? Boong kan lo?"

"Gak tau sih itu bener apa engga, gue pernah denger doang sih. Masih kabar burung gitu." Jawab Nabila sedikit menenangkan ekspresi berlebihan Rara.

"Ya allah semoga itu hoax. Meskipun Rara jarang sholat, please kabulin permintaan Rara yang ini doang ya allah." Ujar Rara dengan tangan menengadah ke atas layaknya manusia yang sedang berdoa.

Varuna berdecak lagi. Setelah menjadi bucin, Rara semakin aneh.

Nabila terkekeh. Rara memang sahabat yang aneh. Rara yang mendengar decakan dan kekehan mereka berdua menatap dengan intens kedua sahabatnya itu.

Kemudian berkata. "Kalo kalian udah bucin dan melebihi gue, gue bakal ketawa sekenceng kencengnya." Dengan penuh penekanan.

Varuna dan Nabila tertawa terbahak bahak.

"Ck! Yaudah sih gue aamiinin Doa lo tadi kok. Ya kan bil?"

Nabila mengangguk dan berujar di sela sela tawanya "iya, aamiin Ra aamiin."

Rara mengangkat kedua jempol tangannya dan pergi meninggalkan keduanya.

Selang beberapa menit Rara kemudian kembali dengan tiga mangkuk mie instan bertengger di tangannya. Susah payah ia membawanya untuk dirinya dan keduanya sahabatnya. Varuna membantu membawa salah satu mangkuk setelah Rara sampai dimejanya.

"Yang lo bawa buat Nabil! Lo yang ini." Rara menyodorkan salah satu mangkuk yang ada di tangannya. "Lo kan gak bisa makan pedes!"

"Gue bisa ya! Siapa bilang gak bisa?" Varuna nyolot.

"Iya bisa. Tapi udah nya sakit perut. Jadi sama ajakan gak bisa?" Ujar Rara santai.

"Ya beda itu namanya bis-"

"Iya bisa! Udah berisik dah kek bocah!" Rara kemudian melahap mie instannya.

Varuna semakin melotot. Kesal.

Nabila yang sedari tadi hanya menyimak ikut terkekeh. Namun ia kembali melahap mie instannya. Varuna mau tidak mau ikut melahap mie instannya.

Setelah isi mangkuk ketiganya kosong, tiba tiba Rara berujar.

"Kita keknya gak bisa gini terus sampe sore! Ngumpul, ghibah, nongkrong, ngabisin duit di kantin. Yaelaaah gak seru banget. Mumpung libur latihan nih, seru seruan kuy!!"

"Kuyyy!" Ujar keduanya.

"Jadi ngapain?" Tanya Varuna.

"Maen tik tok?" Usul Nabila.

"Gakkkk!!" Ujar Varuna dan Rara bersamaan. Mereka berdua paling anti dengan yang bernama tik tok dan teman temannya.

"Hmmm.. truth or dare?" Usul Varuna.

"Bertiga? Kurang mantep ahh" ujar Rara.

"Ajak anak anak seni yang lain?" Usul Nabila.

"Good idea. Gue chat di grup sekarang!!!" Rara antusias.
Varuna menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal. Mengapa jadi mengajak yang lain. Maksud ia kan supaya ia tahu sesuatu dari apa yang sebenarnya di rasakan Nabila sekarang. Payah.

*****

Assalamualaikum wr wb.
Mimin kombek sebelum sibuk sibuk nya ujian..
Mimin luangin waktu buat up!
Pendek hehee gppa y
Biar part nya panjang.
Coba baca nya sambil denger lagu waktu yang salah dari Kak fiersa besari
Happy reading gengs:)

FRUMOS ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang