38. Bunda dan hal yang sebenarnya

41 8 0
                                    

Altar kembali menggenggam tangan Varuna setelah turun dari mobil. Varuna hanya bisa diam mencoba memahami apa yang sedang ia lakukan bersama Altar.

"Bengong terus." Tegur Altar terkekeh.

Varuna mengerjap, "ha, udah nyampe ya kak? Loh Runa kapan turun?" Varuna linglung sendiri.

"Makanya jangan bengong terus. Turun dari mobil aja gak sadar!" Ledek Altar.

Varuna mendelik, hendak melangkahkan kakinya namun ia terkaget sendiri melihat apa yang dilihatnya.

"Kenapa lagi hm?" Ujar Altar menyadari kekagetan Varuna.

"Ini rumah kakak?" Tanya Varuna spontan setelah melihat bangunan besar nan megah didepannya. Altar mengangguk, melihat ke arah Varuna dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa emang?'

Varuna tersenyum canggung, "eh iya ini rumah kakak lah ya, kirain masih jauh." Ujar Varuna sekenanya.

"Ck, gugup mau ketemu bunda nih jadi kayak orang linglung." Altar terkekeh. Sebetulnya bukan hanya itu, Varuna kini merasa minder. Rumahnya di Lombok mungkin tiga kali lebih kecil dari rumah Altar.

Varuna hanya tersenyum kaku. "Yaudah yuk!"

Memasuki ruang tamu, ruang pertama dirumah Altar membuat Varuna semakin gugup. Semerbak Wangi khas Altar tercium oleh hidung Varuna. Setelah memasuki ruang keluarga, terdengar suara perempuan yang dapat Varuna tebak itu adalah suara bundanya Altar. Sepertinya ia sedang mengobrol via telpon dengan seseorang, entah siapa.

"Oh gitu? Yaudah nanti Lia bicarakan sama yang ngurusi acara kita ya mas."

"Waalaikumsalam."

"Ekhm," Altar berdehem. "Om Asa bun?"

Sang bunda tersenyum dan mengangguk. "Abang kok telat?" Ujar Alia, bunda Altar.

"Bunda lupa, abang 'kan mau bawa calon menantu bunda." Ujar Altar menyembunyikan Varuna di balik punggungnya.

Alia menaikkan satu alisnya, "mana coba bunda liat perempuan yang udah ngambil hati abang mana?" Varuna tersenyum canggung setelah keluar dari balik punggung Altar.

"Hallo tante," sapa Varuna.

"Hai, Varuna." Balas Alia tersenyum, "sini cantik, Altarnya biar mandi dulu. Gih, bang!" Suruh Alia.

Varuna menurut, menghampiri Alia sambil terus memandangi desain interior rumah Altar yang menurutnya sangat Indah. Sedang Altar bergegas menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

"Duduk, cantik. Bentar bunda ambilkan minum dulu ya. Varuna mau apa?" Tawar Alia.

"Gak usah tante, gak papa. Runa gak haus." Dustanya.

"Gak usah sungkan sayang, gak suka bunda tuh." Alia mengerucutkan bibirnya, sedikit dibuat buat.

Varuna tersenyum, "yaudah apa aja deh tante."

"Green tea?" Tawar Alia. "Boleh tante." Aliapun memanggil Bi Wiwi, asisten rumah tangganya.

"Semenjak Azhari, adik Altar ulang tahun, waktu Altar jemput gaun Zhari di butiknya Lisa, Altar jadi sering cerita tentang kamu lho." Alia membuka obrolan.

"Oh ya tante?" Varuna menanggapi ucapan Alia.

"Iya lho. Oh ya, nama bunda Alia. Kamu panggilnya bunda aja. Gak biasa dipanggil tante sih, gak enak." Alia terkekeh.

"Iya tan- bunda."

Alia tersenyum. "Semenjak hari itu, Altar tanya tanya ke bunda, katanya bunda kenal keponakannya tante Lisa gak? Kenal ibunya gak? Cantik loh bun. Adek kelasnya Altar. Pertama ketemu itu pas acara demo ekstra kulikuler di hari terakhir MOS. waktu itu Altar udah suka katanya, tapi gak tau harus ngapain. Terus katanya kalian satu panggung buat ngisi acara dies natalis ya? Terus juga kata Altar kalian pernah telat bareng ya? Altar bilang Altar seneng bisa beliin kamu sarapan. Terus beberapa hari kemarin Altar cerita kalian udah jadian."

FRUMOS ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang