32. G E R A H !

42 8 0
                                    

Bel tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar berbunyi. Pelajaran terakhir dikelas Varuna adalah biologi, siapa lagi jika bukan bu Rahayu. Bu Rahayu pamit dan bergegas meninggalkan kelas X MIPA 3. Saat hendak membereskan bukunya, Monalisa yang hari ini menjadi teman semejanya tiba tiba berteriak.

"Huwaaaaa!!!"

"Apa Mon?" Varuna heran.

"Huwaaaaa Runa anjir Na busettt!!!"

"Mona!! Apaan sih?"

"Ada permen karet di sepatu gue!!!" Hampir saja Varuna menoyor Mona. Jika Mona adalah Rara sudah pasti Varuna akan menjitaknya lebih dari tiga kali.

Varuna mengambil tissue di tasnya, "mana lepas sepatu lo!"

Kemudian membersihkan sepatu tersebut dan membuang tissue ke tempat sampah terdekat. Ada ada saja teman satu kelas Varuna itu.

Saat Varuna telah kembali ke bangku, Rara tiba tiba menghampiri Monalisa.

"Mon, di kolong meja lo ada pulpen merah gue gak?" Ujar Rara tanpa melihat ke arah Varuna. Varuna rasanya ingin menangis saja.

Mona meraba raba kolong mejanya dan yap terdapat pulpen berwarna merah. "Yang ini?" Mona mengangkat pulpen tersebut.

Rara merebut pulpen tersebut, "Yoii, thanks Mon, duluan yaaaa."

"Rara!!!" Panggil Varuna. Tak dapat jawaban sama sekali. Menoleh pun tidak. Oh ya ampun Varuna rasanya ingin terjun saja dari lantai 43.

Varuna kemudian meneruskan membereskan bukunya yang tadi sempat tertunda. Setelah selesai ternyata kelas hanya tersisa dirinya dan,

Liam.

"Pulang sama siapa Na?" Tanya Liam tanpa menoleh dari tempat duduknya.

"Kak Altar, kenapa Liam?" Jawab Varuna yang sudah hendak keluar dari kelas. Tak ada jawaban dari Liam, Varuna pun memilih pamit.

"Yaudah Liam, duluan ya." Tak menunggu jawaban Liam Varuna langsung saja pergi keluar kelas menuju ke parkiran kelas sebelas.

Sebelumnya, Varuna memang mendapatkan pesan singkat dari Altar untuk menunggu Altar terlebih dahulu karena Altar sedang mengurusi jadwal ekstra seni musik yang agak terbengkalai karna dirinya selaku ketua ekskul seni musik tengah sibuk sibuknya berlatih untuk acara dies natalis nanti.

"Itu yang namanya Varuna?"

"Cantik sih, tapi cantikan Zakia kemana mana."

"Iya bener, kok gue gak suka ya sama dia, baru kelas sepuluh udah sok kecentilan!"

"Nih ya, kata Amira dia tuh lagi berantem sama temennya si Rara itu loh sepupunya Amira, eh dianya sekarang malah mau pacaran, gak tau diri!"

"Parah sih!"

"Dari yang gue denger nih, dia juga sempet keluar tuh dari ekskul seni tari, katanya gara gara ada Altar. Eh sekarang malah deketan, malu gak sih kalo lo jadi dia?"

"Malu abis lah gila! Gak punya muka banget."

"Kasian sih si Kia, ditikung sama adik kelas."

"Jangan dikasihani dong, orang cewenya yang gatel!"

Arghhh, manusia manusia seperti ini yang Varuna tidak suka. Menilai orang dengan kata kata 'dari yang gue denger'. Muak sekali rasanya.

Telinga Varuna mendadak panas, ingin berpura pura tidak dengar, mereka berbincang terlalu dekat jaraknya.

"Di pelet kali itu si Altar! Gak yakin gue,"

"Iya itu si Altar keknya emang di pelet deh."

"Orang gak cantik cantik amat!!"

Oh ya ampun Varuna ingin mencakar wajah mereka satu satu! Jika saja mereka bukan kakak kelasnya.

Samar Samar suara itu menghilang. Altar menutup telinga Varuna diam diam.

"Jangan di dengerin Na!" Sontak Varuna menoleh. Melepas tangan Altar dari telinganya.

"Enggak papa Kak," tersenyum dipaksakan.

"Yuk. Jangan dipikirin Varuna!" Menyerahkan helm pada Varuna dan menaiki motornya.

*****

Assalamualaikum wr wb
Komen dong,
Altar harus bertindak gak tuh Varuna nya mulai di nyinyirin!!
Komennn!!!
Komen!!
Komennn!!!!

Happy reading❤️

FRUMOS ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang