Di kantin sekolah, Rara memenuhi janjinya untuk menceritakan virus yang ia maksud tadi. Tanpa membahas unsur 'membujuk Varuna masuk ekskul tari' tentunya.
"Ya gitu deh Na, gue suka tatapan mata nya. Ya ampun pokoknya lo gak boleh suka ya Na!" Ujar Rara.
"Ya elah bucin lo. Gak bakalan kaleee!!!" Ledek Varuna.
"Eh lo berdua!" Seseorang memanggil Rara dan Varuna. Keduanya terperanjat.
"Iiih Bil sumpah ye kagak demen deh!" Rara protes. Ya, yang datang adalah Nabila.
"Lagian lo pada ke kantin kagak ngajak gue." Nabila duduk di salah satu kursi kosong.
"Lagian lo abis latihan kemana dulu, gue kan tadi ngajak lo!" Sewot Rara.
"He, ketemu yayang Altar dong. Masa tadi dia ngajak jalan nanti malem. Gue udah cinta sama dia. Cinta bangeeettttt." Ujar Nabila dengan bangga.
"Gue gak tertarik denger." Rara mengatakan dengan sinis.
"Lo kenapa sih Ra sama gue? Gitu amat deh!" Nabila memanyunkan bibirnya.
"Gue gak pernah demen aja lo sama Altar." Ujar Rara dengan nada biasa. Rara memang tidak pernah munafik. Walau kadang perkataannya melukai orang lain.
"Gara gara Runa pernah suka sama Altar? Ya elah Runa nya aja gak papa, ya kan Na?" Perkataan Nabila hanya di balas senyum dan anggukan kepala perlahan oleh Varuna.
"Ya iya emang dia kagak papa emang siapa yang bilang dia kenapa napa? Gue kan cuma bilang gak demen."
"Yeee udah sih kalian kek bocah tau gak! Debat hal yang gak penting. Pesen makanan gih Bil!" Varuna melerai perdebatan antara Rara dan Nabila.
"Lah kok gue Na? Rara aja noh!" Ujar Nabila kesal.
"Ogahhhh!!!" Rara ikut kesal. Rara selalu kesal setiap Nabila membahas tentang Altar dengan Nabila.
"Hih ribet lo pada!" Varuna bangkit untuk memesan makanan.
"Gue bakso sama es teh manis Na." Ujar Rara.
"Gue mie rebus sama es je-"
"Bodo amat pesen sendiri sendiri." Varuna menjulurkan Lidah dan melangkahkan kakinya.
"Eh Na yah rese juga lo Na!!!!!" Teriak Rara.
"Udah sini gue pesenin lo mau apa? Asal jangan benci benci gue lagi deh Ra." Ujar Nabila.
"Gue gak benci lo Bil. Gue cuma bilang gue ga suka."
"Yaudah terserah. Gue mau pesen makanan dulu." Kesal Nabila.
"Sekalian sama pesenan gue gak?"
"Ya!"
****
Malam harinya sesuai rencana tadi siang Altar dan Nabila pergi ke salah satu cafe untuk sekedar makan malam dan mengobrol ringan. Meskipun begitu, Nabila sangat menikmati setiap detail kebersamaan mereka berdua. Rasanya saat ini, ia sedang menjadi ratu sejagat raya. Sedikit berlebihan memang.
"Kakak suka musik sejak kapan?" Tanya Nabila gugup.
"Dari kecil, gue sempet ikut audisi nyanyi waktu TK sama SD di salah satu program TV, 3 kali..." Jelas Altar
"Wah keren dong kak." Nabila antusias.
"Ditolak." Lanjut Altar.
"Loh kok di tolak?" Nabila mengerutkan kening.
"Itu namanya bukan rezeki Bil." Nabila yang mendengar kalimat tersebut tersenyum. Ia semakin kagum dengan sosok yang sedang berada di hadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRUMOS ( End )
Teen FictionTAHAP REVISI !!! ___________________________________ "Lo ikut ektra seni?" "Iya" "Gak ada tampang seni nya." "..." Bukan tentang perkataan, tapi tentang perasaan. kisah tentang laki laki yang mencintai seorang perempuan namun tidak tahu cara menyamp...