Minggu minggu ini anak ekskul seni memang di tuntut latihan terus menerus dari pagi hingga sore hari karena acara sudah semakin dekat. Ekskul sastra telah menyelesaikan tugas nya membuat skenario drama dan juga membuat puisi untuk mereka tampilkan diatas panggung. Ekskul melukispun latihan melukis dengan media pasir. Drama dan juga musik nyaris sempurna karena memang latihan keras tanpa hambatan. Anak seni kriya yang mulai membuat karya karya untuk ditampilkan. Dan seni tari, apa kabar? Tentu saja masih sama, kacau. For your information, seni musik itu di bagi 3 grup; satu untuk mengiringi tari tradisional, satu untuk mengiringi tari modern, dan satu lagi untuk mengiringi drama.
Rara yang selalu sibuk latihan menari membuat Varuna akhir akhir ini selalu melakukan apapun sendiri. Tak ada teman untuk bergosip ataupun sekedar mengobrol ringan. Terkadang Varuna melewatkan waktu makan siang di kantin hanya karena ia malas makan sendiri. Bukan karna tidak punya teman selain Rara, Varuna sering di ajak makan di kantin bersama teman sekelasnya yang lain namun Varuna selalu menolak ajakan mereka dengan alasan malas.
Saat ini Varuna tengah sibuk membaca novel fantasi yang kemarin sengaja ia beli untuk mengurangi kebosanan di jam istirahat seperti sekarang ini.
"Gak mau ke kantin bareng kita Na?" Tanya Eva, salah satu teman sekelasnya.
"Eh duluan aja Va, gue males." Ujar Varuna mendongak lalu tersenyum.
"Gak laper? Mau titip apa gitu?" Tanya Eva lagi.
Varuna yang memang lapar merasa sungkan, tapi ia rasa tidak ada salah nya kan menitip makanan pada Eva. Daripada ia mati kelaparan, oke itu sedikit berlebihan. "Boleh deh Va, gue titip rot-" belum sempat ia menyelesaikan kalimat nya seseorang telah lebih dulu menyodorkan roti dengan susu coklat kemasan.
"Buat lo!" Ucap Liam, menyodorkan roti dengan susu coklat kemasan.
"Gue? Yaudah deh Va gak jadi titip. Ada makanan gratis, lumayan." Ucap Varuna agak mengecilkan volume suara di kalimat terakhir.
Meskipun begitu Liam dapat mendengar nya. Liam memutar bola matanya, polos sekali gadis di depan nya ini. Sementara Eva bergegas pergi ke kantin.
"Lo pasti lagi ada maunya, kan kan?" Ucap Varuna menyelidik.
"Gue ikhlas Runa. Gak lucu kalo ada berita anggota kelas XI MIPA 3 mati kelaparan cuma gara gara males ke kantin karna kembaran nya sibuk latihan." Ujar Liam datar, seperti biasa nya.
Namun kalimat tersebut sukses membuat Varuna tertawa. "Gila aja, tapi thanks ya." Varuna menutup novel yang tadi ia baca lalu melahap makanan yang ia terima dari Liam.
"Eh, duduk Liam, gue sampe lupa. Lo mau?" Varuna mengangkat roti mendekati mulut Liam.
Liam duduk di sebelah Varuna, tepatnya di kursi Rara. "Makasih, gue udah makan." Tetap datar.
"Gue udah baca novel ini." Liam kembali berujar. Membolak balik buku yang Varuna baca tadi.
"Oh ya? Ending nya gimana?" Tanya Varuna bersemangat.
"Kalo gue ceritain, lo baca nya jadi gak seru tau." Ucap Liam.
"Oh iya juga." Varuna menyeruput susu coklat nya.
"Gue pikir lo gak bisa ngobrol santai sama orang" ucapan Varuna sukses membuat Liam melotot.
"Lo pikir gue ansos." Ucap Liam ketus.
Varuna tertawa, mendengar Liam ketus Varuna jadi ingat Altar. Selain berkata pedas, Altar juga sering ketus. Saat di butik tante Lisa contohnya. 'jadi kepikiran'.
***
"Ra, lo gak bisa bantu kita buat bujuk Varuna lagi?" Tanya Yola saat latihan menari tradisional usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRUMOS ( End )
Teen FictionTAHAP REVISI !!! ___________________________________ "Lo ikut ektra seni?" "Iya" "Gak ada tampang seni nya." "..." Bukan tentang perkataan, tapi tentang perasaan. kisah tentang laki laki yang mencintai seorang perempuan namun tidak tahu cara menyamp...