🎋 04 ♧ Sebuah Keputusan

6.9K 642 39
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Kasta Cinta
-- happy reading --

Ma®entin Niaga®a

✏✏✏

Jangan pernah bertanya bagaimana hati bercerita. Rasanya dalam setiap sujud pun terasa begitu berharga untuk terlewatkan. Manusia hanya memiliki rencana dan harapan. Selebihnya memang kuasa Tuhan untuk membuat cerita kehidupan sebagai sutradaranya.

Hidup dalam ketiadaan, hampa dalam sebuah penantian. Bahkan dengan harap yang belum sempat terucap antara angin dengan api.

Kembali pada aktivitasnya, menjadi seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah Universitas Islam tertua di ujung benua Afrika. Mesir dengan segala peradabannya membuat semua mahasiswa seolah takhluk dengan segala wibawanya.

Negara dimana musuh terbesar nabi musa berada. Sebuah negara dimana awal kesombongan dimulai. Ya, Firaun beserta keluarganya yang selalu menentang nabi musa hingga akhirnya dia memilih dijadikan mumi beserta dengan kekayaannya di dalam sebuah piramyd yang kini menjadi salah satu keajaiban dunia.

Tekad dalam sebuah perjuangan dan cinta dari keluarga yang membuat moodboosternya selalu berada di deretan teratas. Bolehkan ini dikatakan sebuah perumpamaan jika hujan batu di negeri sendiri adalah yang lebih baik daripada hujan emas di negeri tetangga? Lantas mengapa banyak dari anak negeri yang memilih untuk menimba ilmu dan menetap di negara orang. Apakah tidak ada lagi suaka yang membuatnya nyaman untuk bisa kembali dan mendarmakan ilmu mereka untuk membangun negeri?

"Mengapa?"

"Ana lebih nyaman untuk tinggal sementara di sini Dam. Entahlah, tapi berada di negara Islam itu membuat ana jauh lebih bisa belajar banyak untuk menundukkan kepala. Karena ternyata memang ilmu yang kita punya masih jauh jika dibandingkan dengan orang-orang yang faham di sini. Sementara pulang hanya akan membawa kesombongan yang nantinya justru menjadi pencetus sebuah perbedaan yang membawa malapetaka. Semua sama di buminya Allah, tinggal bagaimana kita bisa menjadi yang lebih baik dihadapannya tanpa harus meributkan sesuatu yang seharusnya tidak perlu diributkan. Atau berdiri seolah-olah menjadi orang yang paling mulia." Jawab Firman, rekan Syaddam yang memilih untuk tetap tinggal di Mesir. Saat kini keduanya telah menyelesaikan tahapan akhir perolehan gelar sarjana mereka.

"Antum sendiri?"

"Ana? Ya begitulah, pekerjaan abi yang memang banyak di Madinah mungkin akan juga menyeret ana ke sana. Tapi semua harus di syukuri bukan. Ya kita memang harus berani memilih untuk kehidupan yang lebih baik untuk kita mendatang tentunya." Jawab Syaddam yang mulai teringat tujuan pertamanya datang menemui Firman selain menanyakan itu.

"Oh iya Man, ana lupa. Ada yang ana ingin tanyakan pada antum."

"Apa?"

"Antum beneran sudah menikahi Safiya?"

Tidak ada jawaban tetapi justru tepukan di pundak Syaddam dan senyum termanis Firman. "Perempuan yang baik itu untuk laki-laki yang baik pula. Antum pasti sudah mengenal siapa Safiya, semoga ana termasuk ke dalam golongan laki-laki yang baik dan bisa menjadi imam yang baik pula untuk Safiya."

"Jadi benar, mashaallah. Tabarakallah ya." Kata Syaddam.

"Antum, kapan menyusul kita. Sesuatu yang baik itu sebaiknya disegerakan ketika kita sudah merasa mampu. Allah yang menjamin rezeki, kita tinggal ikhtiarkan. Sedikit yang barokah itu lebih baik daripada banyak tapi banyak juga kemungkaran dan mubadzirnya." Jelas Firman.

You Before Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang