🎋 30 ♧ Kedua Kalinya

4K 648 103
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Kasta Cinta
-- happy reading --

Ma®entin Niaga®a

✏✏✏

Lara meninggalkan luka. Jangan pernah menyesal dengan apa yang telah kita ambil. Pagi ini IGD seolah menjadi hal yang paling menakutkan bagi Ghulam. Mengantarkan Yasna yang tak sadarkan diri lebih dari setengah jam di kost membuat Ghulam akhirnya memilih untuk membawa putrinya ke rumah sakit terdekat.

Mata Yasna masih tertutup saat seorang perawat mengatakan bahwa tekanan darah pasien sangatlah rendah.

"Apa perlu opname?"

"Kita tunggu dokter dulu ya Pak. Mungkin sebentar lagi putrinya siuman." Ghulam juga mengetahui sedikit tentang mekanisme medis namun melihat Yasna yang terkulai tak berdaya ingatannya mau tidak mau kembali kepada Azza yang tiba-tiba mengalami demam tinggi hingga akhirnya lambungnya yang terserang. Di malam dimana dia dan Omaira menolak taaruf keluarga Hanif mengingat telah menerima Syaddam.

"Maafkan baba Kak." Ucap Ghulam lirih sembari mencium tangan Yasna yang terkulai.

Seorang dokter mendatangi mereka. Memeriksa kondisi Yasna dan meminta Ghulam untuk mendaftarkan diri karena sepertinya Yasna butuh untuk rawat inap. Selang infus pun akhirnya terpasang di tangan kiri Yasna. Dia memang belum sarapan pagi hari tadi. Ditambah dengan peristiwa yang begitu menusuk relung hati terdalamnya.

"Dokter, mengapa dia belum juga siuman hingga sekarang?"

"Tekanan darahnya sangat rendah Pak, 80/60."

"Apa___?" tanya Ghulam kaget.

"Apa kurang minum? atau mungkin sedang berpikir sesuatu yang sangat berat? ujian kelulusan mungkin atau yang lainnya." Tambah dokter lagi.

"Setahu saya dia belum sarapan pagi ini Dok."

"Atau pasien sedang hamil?" Ghulam bergeming. Ingatannya kembali membawa ke perdebatannya semalam dengan Yasna. Haruskah Yasna hamil dulu baru Ghulam akan merestui mereka.

"Dia putri saya, Dokter."

"Maaf."

"Tidak masalah, tapi boleh silakan di cek. Saya tidak tahu apakah sedang hamil atau tidak." Ghulam hampir saja keceplosan bahwa dia sebenarnya juga ingin membuktikan kebenaran kata-kata Yasna. Percaya jika putrinya masih bisa menjaga. Namun apa salahnya untuk dilakukan pengecekan.

Yasna memang sudah siuman setelah berada di kamar inap. Namun tidak sedikit pun berbicara dengan Ghulam yang mencoba untuk menunjukkan perhatiannya sebagai ayah yang begitu menyayangi putrinya.

"Kak, Kakak pingsan lama loh. Makan dulu ya tadi belum sarapan kan?" kata Ghulam sambil memberikan satu sendok suapan nasi yang disiapkan oleh rumah sakit.

Yasna menggeleng kemudian buliran bening dari matanya mengalir lagi.

"Makan ya, sedikit saja. Baba yang suapi. Aduh anak baba ini sudah besar ternyata. Berapa lama ya Kak nggak disuapi baba?" sekali lagi Yasna menggeleng. Bibirnya masih terkatup hanya sekedar untuk berbicara.

Yasna memilih untuk kembali menutup mata. Mengindahkan semua yang diucapkan Ghulam. Hatinya terlampau sakit pagi ini, dan itu tersebab karena babanya.

"Kak, Kakak masih marah sama baba?" tanya Ghulam lembut. Iya dia mengakui bahwa ini semua kesalahannya. Dengan sikapnya seperti ini sebenarnya Ghulam sebagai orang tua juga pada akhirnya memiliki andil untuk membuat anak mereka berbuat dosa dengan memilih berkhalwat sebelum halal. Ghulam tahu akan hal itu namun mengapa dia juga tidak bisa dengan cepat menentukan sikapnya.

You Before Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang