🎋 21 ♧ Salah Paham yang Melebar

3.9K 605 106
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Kasta Cinta
-- happy reading --

Ma®entin Niaga®a

✏✏✏

ADALAH kewajiban seorang muslim yang baik, menunaikan sebuah janji yang telah terikrarkan. Rasanya semua juga akan menyetujui tentang hal itu.

Bukan hanya Yasna tapi juga Syaddam yang memang sepantasnya menyegerakan hak dan kewajiban mereka. Membina hubungan tanpa ikatan kehalalan adalah sesuatu yang tidak termaktub dalam Al-Qur'an.

Bahwa sunnah nabi itu adalah menikah bukan pacaran, itu yang perlu di garis bawahi.

"Yas, kita musti bicara." Kata Syaddam diujung gawainya.

"Apa yang musti kita bicarakan Kak? Bukankah Yas sudah bilang Kak Syaddam izin ke baba dulu."

"Aku sudah izin ke babamu, Yas. Tolonglah kita harus jalan bersama, tidak mungkin bisa hanya satu sisi seperti ini." Ucap Syaddam.

Percakapan di telepon memanglah tidak bisa leluasa seperti halnya saat kita bertemu secara langsung dengan orang diujung telepon itu. Masalahnya Yasna masih punya batas untuk tidak membuat hubungan mereka semakin keliru dengan menyetujui bertemu Syaddam hanya berdua untuk membicarakan kelanjutan kisah mereka.

"Baiklah, aku akan mengajak umi serta untuk menemuimu. Supaya kita tidak dikatakan sedang berkhalwat." Kata Syaddam akhirnya sebelum menutup pembicaraan mereka.

Sudahlah, tanpa harus dijelaskan semua juga pastinya telah mengetahui bagaimana islam memuliakan umatnya. Aturan itu dibuat untuk membuat umatnya menjadi bermartabat bukan untuk dilanggar.

Sejak peristiwa ujian KKN yang lalu memang mata Yasna seolah terbuka lebar. Memperjuangkan sesuatu yang belum sah menjadi miliknya adalah satu kesalahan besar.

Meski dia tahu memperjuangkan bersama adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Namun jika Yasna mengatakan dan berusaha membantu menjelaskan sementara Syaddam masih juga berada di tempat yang jauh dari jangkauannya tidak akan mudah. Bukankah itu sama seperti Yasna merendahkan harga dirinya sebagai wanita?

Tidak. Jika Syaddam ingin menemuinya disini harus dengan mahram yang menyertai. Lebih daripada itu, nasihat mas Hanifnya justru membuat hatinya tercubit untuk bisa lebih memperbaiki diri.

"Yas, kamu masih ingat tentang aku dan kakakmu?" kata Hanif saat mereka terhubung dalam sambungan telepon.

"Iya Mas."

"Apa aku berusaha dengan nyata memperjuangkannya sementara baba dan ummamu telah mengatakan bahwa kak Azza telah dikhitbah orang lain?"

"Mas Hanif terlalu pasrah, justru seolah bersikap dingin tidak ingin bertemu dengan Kak Azza. Aku kan yang mencoba bicara kepada Mas Hanif dan kakak pada waktu itu," kata Yasna.

"Kamu tahu bagaimana sakitnya dalam hatiku waktu itu. Mencoba mengikhlaskan seseorang yang kita inginkan untuk orang lain tanpa melakukan apapun selain memperjuangkannya melalui doa, dan Allah justru lebih mendengar itu," ucap Hanif.

"Lalu conclusionnya?"

"Jika Syaddam menginginkanmu, tidak perlu merasa takut dan ragu hanya karena kau masih kuliah sekarang. Nafkah itu tugas kami sebagai seorang laki-laki. Kalian hanya perlu support saja. Jangan karena cinta lantas kamu bersedia melakukan apapun untuk orang yang belum sah menjadi imammu. Kita tidak pernah tahu Allah punya rencana apa untuk masa depan kita."

You Before Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang