🎋 34 ♧ Madinah dengan Sejuta Cinta

4.7K 658 171
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

One Squell of Kasta Cinta
-- happy reading --

Ma®entin Niaga®a

✏✏✏

Semilir hembusan angin menyapa Yasna dan baru saja menapakkan kakinya ke tanah kelahirannya. Tumpah darahnya, yang sudah hampir 21 tahun dia tinggalkan.

Ini adalah kali pertama sejak Yasna mengerti bagaimana umat Islam itu begitu mendamba untuk bisa berkunjung ke bumi Rasulullah ini.

Mengalihkan kepada panggilan roaming dan segera memberitahukan kepada keluarganya. Kali ini Yasna akan dijemput oleh paman Omr dan bibi Hifza. Mereka memang belum sekalipun bertemu sejak Yasna dewasa namun telah sering berkomunikasi melalui sambungan telepon maupun video call.

"Yasna mau langsung?" tanya Azhar saat mereka telah turun dari pesawat

"Ini masih menghubungi paman dan bibi Yas, Mas. Mas Azhar langsung ke hotel?"

"Iya tapi nunggu semua jamaah komplit dulu. Baru kemudian menuju hotel."

"Berapa lama rencananya di Madinah Mas?" tanya Yasna kemudian.

"Kalau jamaah ada yang 3 hari ada yang 4 hari. Kalau aku bisa satu bulan atau dua bulan ke depan." Jawab Azhar sambil tersenyum. Keramahannya masih juga sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Yasna berpikir sesaat mencerna jawaban Azhar. Bukankah dia memiliki jamaah yang harus diantarkannya mengapa bisa satu hingga dua bulan ke depan? "Kamu pasti bertanya-tanya kan mengapa bisa satu atau dua bulan ke depan?" benar, Azhar sudah seperti cenayang yang mengetahui pikiran Yasna.

"Travel umrohku itu dijalankan bersama kedua sahabatku yang ada di Indonesia dan juga di Makkah. Biasanya kami memang akan berbagi tugas untuk itu. Dan fokusku memang di Madinah, meski nanti juga akan mengantar mereka ke Makkah, namun tetap akan kembali ke Madinah lagi setelah mengantarkan mereka ke Bandara. Dan setiap kali jalan seperti ini aku pasti akan menyiapkan satu mutowif untuk mengamankan semua kegiatan mereka, baik di Madinah maupun di Makkah." Jelas Azhar panjang lebar.

Kemudian keduanya berpisah setelah Yasna berpamitan menuju ke area penjemputan.

"Jika Allah memberikan kesempatan, semoga bisa berjumpa lagi Yas."

"Inshaallah Mas. Selamat beribadah ya. Assalamu'alaikum." Tepat saat Yasna mendengar namanya dipanggil oleh seseorang yang tidak asing lagi baginya.

"Paman Omr? Alhamdulillah, kaifa haluk?"

"Alhamdulillah bi khair, bagaimana perjalananmu, apakah itu berkesan sangat menyenangkan?" bahasa Indonesia pamannya memang sudah sangat lancar namun kadang dengan kosakata yang terbalik-balik. Hanya saja aksen arabnya tidak bisa lepas sehingga Yasna harus memperhatikan dengan seksama.

"Alhamdulillah menyenangkan sekali. Bibi Hifza, ah akhirnya aku bisa mengunjungi kalian setelah sekian lama." Kata Yasna kemudian memeluk dan mencium sepupu ummanya ini dengan penuh cinta dan hormat.

Tidak kurang dari satu jam mereka telah sampai ke rumah eyang Hasan Yasna. Eyang Hasan dan juga istrinya, eyang Farida begitu bahagia menyambut kedatangan cucunya ini. Tidak henti nenek yang telah memiliki cucu sendiri itu mendaratkan ciuman bertubi-tubi kepada Yasna.

"Mashaallah, waktu begitu cepat berlalu. Dulu kamu kembali ke Indonesia bahkan belum genap berumur satu tahun sekarang sudah sebesar ini." Kata eyang Farida yang disetujui anggukan oleh eyang Hasan.

You Before Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang