Darling - 달링

250 25 6
                                    

"Yak, jalan bersama, chagi-ya, jangan meninggalkan aku!" Myung Soo berlari tanpa tahu Na Eun tiba-tiba berhenti akhirnya ia menubruk wanita yang sekarang menjadi kekasihnya itu.
"Aku bawa mobil sendiri, jadi kau tidak perlu mengantarku" katanya lalu berjalan mendekati mobilnya, namun pergelangan tangannya kembali tertahan.
"Kalau sudah bersedia tidak boleh dibatalkan ne" Na Eun hanya mengangguk lemah.
"Aku pergi" saat Na Eun membuka mobilnya, Myung Soo lagi-lagi menghalanginya.
"Aku yang menyetir"
"Aku bisa sendiri"
"Emosimu sedang tidak stabli, darling" sedikit jijik mendengarnya tapi tidak bisa melawan fakta kalau semburat merah itu muncul entag dari mana.

Akhirnya mereka berdua berakhir di mobil Na Eun dengan Myung Soo yang mengendarainya.

"Masih sedih?" Tanya Myung Soo sekilas melihat Na Eun.
"Kalau kau membawa mobilku dan mengantarku, kau pulang naik apa?" Na Eun mengalihkan pembicaraan.
"Aku bisa menelepon Jong In untuk menjemputku, atau bahkan naik taxi juga tidak buruk, yang penting kesayanganku sampai di tujuan dengan selamat" lagi-lagi Na Eun luluh dengan senyum itu.
"Lalu, kenapa menanyakan perasaanku?"
"Masih sedih?"
"Iya, kalau masih sedih memang kenapa?"
"Bagaimana kalau kita tidak ke klinik untuk hari ini?" Tawar Myung Soo dengan senyum jahil.
"Yak! Aku bukan kau yang bisa meninggalkan pekerjaanmu seenaknya, pasienku mau dikemanakan Myung Soo-ya, kemarin saja aku sudah kau buat tidak masuk, aku harus bekerja di atas jam kerjaku yang biasa untuk menebus yang kemarin, bagaimana jika hari ini aku tidak masuk lagi, kau" ucapan itu terhenti karena bibir indah miliknya tersentuh oleh bibir seseorang yang sedang mendengar keluh kesahnya.
"Iya darling, maaf ya? Kalau begitu kita rayakan hari jadi kita setelah kau selesai praktik saja, otte?" Na Eun masih termangu, ini memang bukan kecupan pertama Myung Soo padanya, tapi ia masih terus terkejut apabila mendapat perlakuan itu.
"Terserah" lalu Na Eun turun karena sudah sampai, bahkan ia lupa kalau Myung Soo membawa mobilnya bukan mobil pribadi Myung Soo.

Akhirnya Myung Soo memarkirkan mobil itu dan menyerahkan kuncinya kepada Ha Young, sekretaris Na Eun, mungkin bisa dibilang begitu, seorang perawat yang mengurus semua jadwal Na Eun.

"Tolong serahkan ini pada doktermu" Myung Soo memberikan kunci itu pada Ha Young.
"Kenapa daepyeo-nim tidak memberikannya sendiri?" Ha Young agak memiringkan kepalanya bingung.
"Aku takut tidak mau keluar dari ruangan itu jika sudah bersamanya" Ha Young tersenyum kikuk seolah mengerti.

Setelah itu Myung Soo langsung pergi karena mobilnya yang di bawa Jong In sudah menunggu.

"Memang Tuhan itu adil ya, dia yang tampan dan mapan seperti tidak ada celah, ternyata mentalnya sedikit terganggu" Ha Young bergidik sendiri memikirkan perkataan Myung Soo tidak mau keluar dari ruangan itu jika sudah melihat Na Eun.
"Aku harap eonni baik-baik saja walau berhubungan baik dengannya"

.

"Jadi kita ke mana?" Tanya Jong In setelah Myung Soo masuk ke mobil itu.
"Tentu saja kembali ke rumah sakit untuk meng-interogasi adikmu" sejujurnya Jong In tidak begitu mengerti masalah ini.

Setelah kembali sampai ke rumah sakit, kali ini Jong In memilih ikut turun dari mobil karena terlanjur penasaran dengan apa yang terjadi. Myung Soo dan Jong In langsung menuju ruangan Ji Soo begitu memasuki area rumah sakit.

"Brak" pintu itu terbuka dengan kencangnya.
"Tidak bisakan mengetuk pintu terlebih dahulu, bagaimana kalau aku sedang ada pasien?" Tanya Ji Soo kepada kedua oppa-nya.
"Ani, jangan bertindak seolah tidak terjadi apa-apa, jelaskan dengan gamblang padaku apa yang terjadi!"
"Kau melihatnya sendirikan dengan mata kepalamu? Lalu untuk apa menanyakannya lagi padaku? Bukan harusnya kau senang? Aku membantumu mendapatkan yeoja impianmu pabbo ya" kata Ji Soo tidak terima disudutkan.
"Aku tidak pernah meminta bantuanmu, aku mampu membuatnya dengan sendiri datang kepelukkan ku"
"Sekarang aku tanya, kau sudah menyatakan perasaanmu padanya? Setelah kejadian pagi tadi?" Myung Soo terdiam, Ji Soo melanjutkan ucapannya karena tidak mendapat balasan.
"Kau tidak memintaku membantumu, tapi kau mengambil manfaat atas tindakkanku? Bukankah lebih baik kau mentraktir ku atas perbuatan ku tadi pagi, daripada memarahiku tidak jelas seperti ini?"
"Aku tidak suka yeojaku menangis, dan kau penyebabnya pagi ini!"
"Lebih baik kau keluar, aku tidak mau membahasnya lagi oppa, pasienku akan segera berdatangan, aku tidak ada waktu untuk hal seperti ini"

Dengan segala akal sehatnya Myung Soo terpaksa keluar diiringi dengan Jong In yang masih tidak begitu mengerti permasalahannya.

"Jujur, aku tidak mengerti, apa yang terjadi"
"Bagaimana kalau kita tidak ke kantor? Aku akan menceritakannya padamu"
"Kau gila? Pekerjaan menumpuk, kemarin kau sudah tidak masuk dan membuatku kewalahan, kalau hari ini kita berdua tidak masuk bagaimana? Lebih baik kita bicarakan saja di kantor, akan ku belikan caramel frappucino agar kau bisa bercerita dengan relax di kantor, otte?" Myung Soo hanya mendengus kesal lalu masuk ke mobil.

Benar saja, mendengar Jong In mengomel tentang pekerjaan, ia jadi ingat tadi Na Eunnya juga mengatakan hal serupa.

"Bahkan saat marah ia menjadi lebih menggemaskan" Jong In hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang melihat kakak sepupunya ini sedang dimabuk asmara.

Jong In mampir di starbucks untuk membeli caramel frappucino sesuai janjinya sebelum mereka tiba di kantor.

Setelah sampai di ruangan Myung Soo, Myung Soo mulai bercerita mengenai kronologis kejadian tadi pagi.

"Daebak, jadi adikku berpacaran dengan pacarnya doktermu?"
"Tolong, dokterku sekarang sudah menjadi pacarku dan bukan lagi berstatus pacar dari lelaki brengsek tadi"
"Maka dari itu, seharusnya kau tidak menyalahkan Ji Soo-ku sepihak hyung, aku tahu Ji Soo memang nakal, memang perangainya seperti itu, tapi kalau memang dia laki-laki yang baik, dia tidak akan melukai perasaan kekasihnya dengan berhubungan dengan Ji Soo, bukankah begitu?" Terserahlah, pasti seorang kakak membela adiknya, begitu pikiran Myung Soo, sekarang ia hanya memperhatikan jam karena tidak sabar bertemu kekasihnya.

"Bodoh, kenapa aku bilang aku akan menjemputnya jam pulang klinik, kan ada jam makan siang" kali ini Myung Soo menyambar kunci mobilnya karena ia menyadari sudah jam sebelas lewat, yang artinya tidak lama lagi jam makan siang akan menghampiri.
"Yak, kau mau kemana!" Lagi-lagi Jong In merasa dirinya akan sibuk hari ini karena ia bertaruh Myung Soo tidak akan kembali secepat itu.

.

Sebelum ia berangkat ia menelepon terlebih dahulu kekasihnya.

"Darling" kalimat itu ia untaikan sebagai pembuka pembicaraan saat mengetahui dering itu berhenti tanda diangkat.
"Sejujurnya panggilan itu sedikit menggelikan Myung-ie ya, wae?" Mendengar panggilan akrab seperti itu saja Myung Soo sudah senyum-senyum sendiri, padahal belum bertemu, mungkin jika di dengar langsung ia akan gila.
"Makan siang bersama ya?" Ia meminta dengan baik tentunya.
"Heum" jawab Na Eun singkat.
"Bagaimana kalau domino's?" Jelas Myung Soo tanpa menanyakan pendapat Na Eun.
"Deal" lalu sambungan itu terputus.

Lagi-lagi perempuan itu berhasil hanya dengan ajakan makan siang.

"Ia tidak pernah menanyakan apa pendapatku, tapi mengapa aku suka padanya?" Kali ini Na Eun yang tersenyum sendiri selepas panggilan itu berakhir.

300919

Crazy Meet You [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang