Setelah satu Minggu, senyum Rachel kembali mengembang saat gadis itu bangun dari tidurnya.
Bagaimana tidak? Hal yang pertama kali Rachel lihat saat membuka mata adalah wajah Sehun yang sangat menggemaskan saat tidur.
Tapi jauh dihati terdalam Rachel, gadis itu masih merasa bersalah. Bayang-bayang Suho saat menyentuhnya pada malam itu kembali berputar jelas diingatan nya.
Haruskah Rachel memberitahu Sehun tentang ini? Apa yang akan Sehun lakukan setelah tahu semuanya? Rachel sama sekali tidak bisa berfikir jernih sekarang.
Kelamaan berfikir membuat Rachel tidak sadar kalau Sehun tengah memandanginya.
Bahkan kedua sudut bibir pria itu terangkat saat melihat ekspresi wajah Rachel yang sangat menggemaskan menurutnya.
Tapi senyuman Sehun tidak bertahan lama saat dia melihat cairan bening yang keluar dari mata bulat gadis tersebut.
"Hei, Kenapa menangis, sayang?" Sehun menyentuh kepala Rachel, membuat sang empu menghapus air matanya dengan cepat.
"Tidak apa-apa, Dad." Rachel tersenyum, tapi Sehun tahu kalau senyum itu adalah sebuah paksaan.
"Apa yang membuat mu menangis, Rac? Katakan." Sehun mengangkup kedua sisi wajah Rachel.
Rachel menggelengkan kepalanya. Mulutnya terus mengatakan tidak apa-apa tetapi hatinya berkata lain yang membuat cairan bening kembali keluar dari pelupuk matanya.
"Ssttt, jangan menangis. Tolong katakan sesuatu, kamu membuat Daddy takut, Rac." Sehun membawa Rachel kedalam pelukannya.
Posisi mereka berdua sudah berubah duduk berhadapan.
Justru aku yang takut, Dad, -Batin Rachel
"Tenanglah, sayang. Katakan pada Daddy, apa yang membuat mu menangis hm?"Sehun melepaskan pelukannya, dia merapikan anak rambut yang berjatuhan menutupi wajah Rachel.
Rachel menggigit bibir bawahnya gusar, ia takut Sehun akan marah padanya dan yang lebih parahnya akan benci kepadanya jika tahu yang sebenarnya.
"Rac?"Mata Sehun tidak lepas menatap Rachel.
"A-aku, Tu-tubuhku—Dia-menyentuhnya dimana-mana." Setelah berkata dengan susah payah, Rachel menjatuhkan kepalanya pada bahu Sehun dan kembali menangis.
Kening Sehun mengerut karena dia tidak mengerti dengan apa yang Rachel katakan.
"Da-ddy...Dia hiks sudah menyentuh ku dimana-mana pada malam itu."
Rahang Sehun mengeras saat itu juga, Menyentuh—dalam artian—tidak mungkin kan?
"Dia—siapa?"Pria itu bertanya dengan tegas.
Rachel menahan isak tangisnya, "Papa Suho."
"Brengsek!"Kedua tangan Sehun mengepal disisi tubuhnya, "Dimana Keparat itu menyentuhmu?" Sehun mengelus punggung Rachel.
"S-semua, d-dia bahkan hiks mengeluarkan se-suatu didal-ah!"
Rachel memekik kaget saat Sehun membanting tubuhnya untuk kembali berbaring di ranjang.
"Daddy.." Tangan Rachel gemetar melihat mata Sehun yang berkabut gairah dan juga amarah.
Pria itu meletakkan wajahnya diceruk leher Rachel lalu menyesap kuat kulit lembutnya membuat gadis itu mengerang.
"Dad, maafkan aku-ah! Saat itu a-aku hanya membayangkan wajahmu. Aku tidak menyadarimmpphh-"
Ucapan Rachel terpotong karena Sehun membungkamnya dengan ciuman yang dalam.
Mata Rachel ikut terpejam, gadis itu menerima dengan senang hati saat Sehun menyentuh tubuhnya dimana-mana, menghapus jejak Keparat yang sudah berani menyentuh tubuhnya.
Sehun juga dibuat kalang kabut, niatnya hanya ingin menghapus jejak Keparat itu tapi perlakuan justru membuat Rachel merasakan sakit dibeberapa bagian tubuhnya.
🍭
Jaehyun baru saja keluar dari kamar tamu seraya mengucek kedua matanya, rambut pria itu pun masih berantakan menandakan bahwa dia baru saja bangun tidur.
Jaehyun melirik jam dinding. Sudah pukul sembilan siang tapi dia tidak melihat Rachel ataupun Sehun diruangan tengah atapun tamu, mungkin masih tertidur pikirnya.
Baru saja Jaehyun mengambil gelas untuk membuat kopi, dirinya sudah diganggu oleh suara bel yang berbunyi nyaring.
"Iya, Sebentar!" Dengan langkah tergesa pria berlesung pipi itu membuka pintu, menampilkan Jennie dengan raut paniknya.
"Kamu kenapa, Jen?"Tanya Jaehyun.
Bukannya menjawab pertanyaan Jaehyun, Jennie menerobos masuk lalu menutup pintu dari dalam dan menguncinya kembali.
"Aku tanya, kamu kenapa Jen?"
"Gawat, Jae, gawat!" Gadis itu menggigit kuku ibu jarinya.
Kening Jaehyun mengerut, "Gawat kenapa?"
Jennie menghela nafas berat, "Aku mau Dinikahkan dengan anak teman Ibu ku!"
Tubuh Jaehyun menegang, hatinya seperti terkena sesuatu yang amat sangat menyakitkan.
"Me-nikah?"Pria itu bahkan tidak sadar kalau sekarang Jennie sedang memandang nya dengan tatapan aneh.
"Kamu kenapa, Jaehyun?"
Jaehyun tersenyum kikuk, "Tidak apa-apa.Ohya, untuk apa kamu kesini Jen?"Tanya Jaehyun.
Jennie mengulum senyum, entah apa yang sedang gadis itu pikiran sekarang karena yang jelas-Jaehyun bisa melihat kalau wajah Jennie merona.
"Aku mau bertemu dengan Paman Sehun."
Lagi, Kening Jaehyun mengerut. "Untuk apa?"
Jennie mempoutkan bibirnya lalu memegang lengan Jaehyun, "Tolong bujuk Paman Sehun agar mau membantuku Jae."
Jaehyun menahan nafas untuk beberapa saat, jantungnya berdegup cepat saat melihat Jennie memasang wajah imutnya.
"Masih ada aku, Jen. Aku akan membantumu, katakan, apa yang harus aku bantu?"Jaehyun tersenyum.
Jennie melepaskan pegangannya dari lengan Jaehyun, "Kamu tidak bisa membantuku. Aku butuh Paman Sehun untuk dijadikan pacar pura-pura ku agar Ibu batal menikahkan ku dengan anak temannya itu."Ucapan Jennie benar-benar menohok Jaehyun.
Pacar pura-pura? Apa bisa? Sedangkan disini Masih ada Rachel yang berstatus sebagai tunangan Sehun.
Ya, Kemarin malam, setelah acara pemakaman Suho, Sehun mengajak Rachel kesuatu tempat yang tidak Jaehyun ketahui dan pulang dengan kabar kalau Sekarang Sehun dan Rachel sudah bertunangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy ; SEHUN [✓]
Fanfiction[18+] "Kapan kita menikah, Dad?" Meskipun cerita udah end, jangan lupa buat kasih votenya ya.