Kehidupan rumah tangga tidak semudah yang Rachel kira. Apalagi semenjak menikah, Sehun lebih posesif kepadanya.
Tak jarang mereka berdua bertengkar karena hal sepele, tetapi justru pertengkaran itu membuat mereka berdua semakin mesra.
Seperti sekarang, Rachel pergi ke kantor Sehun untuk meminta izin kepada pria itu untuk bertemu dengan penerbit yang akan membukukan ceritanya.
Tetapi belum selesai bertanya, Sehun sudah melarangnya.
"Kamu itu lupa atau bagaimana, Rachel? Sekarang lagi marak kasus penculikan wanita lalu diperkosa sebelum dibunuh, kamu mau menjadi korban selanjutnya?"
Rachel menggelengkan kepalanya, Ia memainkan kesepuluh jari tangannya dengan takut. Sehun berkata benar, sekarang sedang marak berita itu tetapi kota ini luas, jadi Rachel rasa kalau kejadian itu tidak mungkin menimpa dirinya.
"Tetapi aku akan pergi dengan supir, Hun."
Sehun menghela nafas lalu menyentuh kedua bahu Rachel, "Tunggu sebentar oke? Kamu yang akan mengantarkan."
"Iya sayang," Sehun mengacak rambut Rachel dengan gemas.
🍭
Rachel cemberut begitu membaca pesan yang Sehun kirimi. Pria itu harus kembali ke kantor karena Ayah mertuanya mengadakan meeting dadakan.
Dengan terpaksa Rachel pulang sendiri setelah bertemu dengan penerbit yang akan membukukan ceritanya.
Sekarang Rachel bingung, ia pulang naik apa? Untuk naik kendaraan umum pun merasa takut akibat kasus yang sedang marak itu.
Berjalan kaki? Resikonya lebih besar mengingat hari sudah mulai sore dan arah ke rumah melewati jalan raya tanpa perumahan.
Menelpon Supir? Astaga kenapa Rachel sampai lupa?!
Gadis itu kembali mengambil ponselnya untuk menghubungi supir pribadinya.
Baru saja Rachel menempelkan ponsel ditelinganya, tetapi seseorang sudah lebih dulu menarik paksa ponsel miliknya.
"Sialan! Jambret!" Rachel berteriak bersamaan dengan motor yang melaju cepat didepannya.
Mencoba mengejarpun tidak bisa karena jambret itu sudah menjauh.
"Argh!"Rachel mengusap wajahnya kasar. Itu adalah ponsel kesayangan dan didalamnya banyak sekali kenangannya bersama Sehun, tetapi harus raup ditangan jambret.
Rachel menghela nafas, dengan langkah pelan Ia menyusuri trotoar jalan. Berharap Sehun kembali untuk menjemputnya atau tidak seseorang yang Rachel kenal datang untuk menawari tumpangan.
Tin! Tin!
Rachel mengerutkan kening begitu motor sport berwarna biru Berhenti disampingnya.
Perawakan pria yang mengendarai motor tersebut cukup besar, membuat Rachel was-was.
Rachel sudah siap untuk berlari, atau tidak mengayunkan tas mahalnya untuk memukul pria tersebut jika berbuat macam-macam.
Tetapi sebelum itu terjadi, Rachel melongo setelah tahu siapa pria tersebut.
"Samuel! Kangen!"
Samuel tertawa begitu Rachel dengan manjanya memeluk tubuhnya.
"Kenapa nggak bilang kalau mau kesini?"Tanya Rachel.
"Surprise dong!"Samuel tertawa.
Rachel mendengus, "Yaudah. Anterin aku pulang sekarang,"
"Dikasih apa nih kalau antarin kamu pulang? Cium? Atau?"Samuel menaik-turunkan kedua alisnya.
"Aku lapor Sehun—"
"Iya, iya, astaga. Main lapor-lapor juragan aja, ya. Ayok naik!"
Rachel tertawa lalu menaiki motor Samuel.
"Berangkat, Pak ojek!"
🍭
Sehun bersedekap dada melihat Rachel yang baru saja turun dari motor sport dihalaman rumah.
Sehun tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria itu karena penerangan yang kurang ditambah rambut pria tersebut menutupi dahinya.
"Hati-hati dijalan!"
Sehun mendengus mendengar ucapan Rachel. Dia berdehem dengan cukup keras, membuat Rachel tersentak kaget dan langsung berbalik.
"S-sehun?"
Rachel memejamkan matanya. Kenapa harus gagap seperti ini?!
Berusaha santai, Rachel melanjutkan langkahnya dengan senyum tipis dibibir. Berharap Sehun tidak akan marah karena Ia terlambat.
"Dari mana saja? Jam tujuh lewat delapan belas menit baru sampai di rumah." Suara Sehun membuat Rachel merinding.
"M-maaf, Sehun. A-aku tadi habis makan malam—"
"Dan melupakan kalau dirumah ada seseorang yang menunggu istrinya untuk makan malam bersama,"Sehun mendekat.
Rachel menggigit bibir bawahnya, kerongkongannya sudah terasa panas. "Sehun, aku minta maaf. Tadi sore aku bertemu—"
"Stop Rachel! Bicara kamu itu kemana-mana, tahu? Jadi ini yang kamu lakukan selama aku bekerja? Dengan alasan menemui penerbit tetapi nyatanya kamu menemui pria lain!"
Air mata Rachel menetes begitu Sehun membentaknya, ia hendak berkata tetapi tertahan karena Sehun menarik pergelangan tangannya lalu membawa Rachel masuk ke dalam rumah.
"Akh!"Rachel meringis saat punggungnya membentur dinding.
Sehun menyeringai, tangannya bergerak mencengkeram rahang Rachel.
"Menangis hm? Apa ini yang bisa kamu lakukan setelah ketahuan selingkuh olehku?!"
Rachel menggelengkan kepalanya, "A-aku tidak selingkuh. Tolong jangan se-seperti ini, Sehun."
"Lalu, siapa pria itu hah?! Dia sudah berani menyentuh rambut dan pipimu! Kenapa kamu tidak menolak? Apa kamu sekarang sudah menjadi wanita murahan yang mau di—"
Plak!
Rachel terisak, tangannya menggantung di udara setelah melayangkan satu tamparan dipipi Sehun.
"S-sehun, maaf. A-aku tidak bermaksud menamparmu, sungguh. Pria yang tadi bersamaku—Akh! Sehun, lepaskan!"Rachel mencengkeram tangan Sehun yang menjambak rambutnya.
"Berani kamu menamparku, Rachel? Kamu harus diberi hukuman!"Pria itu membawa Rachel ke dapur.
Rachel menggelengkan kepalanya begitu Sehun mengarahkan garpu pada wajahnya.
"Jangan, Sehun. Aku mohon jangan!"
Sehun terkekeh, "Aku harus menghilangkan cantik diwajahmu, sayang. Agar pria manapun tidak berani menatapmu,"
"BERHENTI SEHUN...!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.