Menjadi seorang murid baru di salah satu sekolah ternyata tak seindah yang kubayangkan. Banyak mata memandang heran, mungkin bagi mereka aku cukup terlihat asing.
'Bismillah... Percaya diri aja Resty!' batinku.Aku melihat wajah yang tak begitu asing mendekat dan berkata, "Resty yah?" tanya beliau.
"Hehe... Iya, Teh," ujarku.
"Ternyata, sekolah di sini juga? Kok, saya baru lihat kamu, yah?" kata Wulan, kakak kelasku dulu di SMP.
"Iya, Teh. Resty pindah sekolah. Kalau gitu, saya mau ke kelas dulu yah, Teh." Aku berlalu.
"Oh, iya, Teh. Kalau kelas sebelas IPA satu di mana?" imbuhku kembali membalikan badan dan bertanya.
Teh Wulan menjelaskan rute kelas baru yang akan kutempati selama setahun kedepan.
***Sampai di kelas, semua orang memandang dan tak sedikit yang berkenan mengajak kenalan denganku. Ternyata murid baru di kelas XI IPA 1 ini bukan hanya aku, ada Awaliya Zahara yang duduk di bangku paling depan.
"Resty, kamu mau duduk sama siapa?" tanya Sari-teman yang sudah kukenal sebelumnya.
"Bukannya tadi mau duduk sama kamu?" Aku memandangnya heran.
"Maafin aku Resty, aku udah duduk sebangku sama Hilda." Sari menjelaskan dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Sudah... Nggak apa-apa kok. Aku bisa duduk disini." Aku meyakinkannya.
Duduk di pojok bangku deretan paling belakang, di sinilah bangku yang selama setahun kedepan akan kutempati untuk belajar. Dari sini, aku terus memandang perempuan mungil yang duduk bersama Awaliya Zahara.
'Kalau aku minta duduk bareng murid baru itu, kira-kira mau nggak yah?' pikirku dalam hati.
'Ah... Sudahlah, lebih baik duduk di sini saja,' imbuhku.
Tiba waktu istirahat, aku mendekati Awaliya Zahara yang tak lain adalah murid baru di sekolah ini juga.
"Hai... Nama kamu siapa? Aku Resty," sapaku mengulurkan tangan.
"Hai juga Resty, aku Awaliya Zahara, panggil aku Awa aja." Awa membalas uluran tanganku.
"Awa, dari sekolah mana? Kenapa, kok, pindah?" tanyaku untuk sekedar basa-basi.
"Kalau aku, dari SMA Negeri Ciwaringin, mau pindah karena kejauhan kalau dari rumah. Resty sendiri kenapa pindah? Terus dari sekolah mana?" tanya Awa.
"Oh, kalau Resty dari sekolah Islam Swasta Kota, pindah karena sering sakit, nggak pernah ada yang bisa dititipin surat sakit, jadi aku selalu dapat alfa di sana. Nilai semester satu aja, semuanya pas-pasan, bahkan banyak yang kurang, karena alfa." Aku menjelaskan pada Awa.
"Oh... Gitu. Semoga kita betah yah disekolah baru ini," ujar Awa.
"Aamiin ya Allah. Eh kalau ini namanya siapa?" tanyaku pada perempuan yang duduk disebelah Awa.
"Hai Resty, namaku Fransiska Ovi Negan. Orang-orang biasa memanggilku Opi." Gadis mungil itu pengulurkan tangannya padaku.
***Berbarengan dengan masuknya aku sebagai murid baru disekolah ini, ternyata hanya beda beberapa hari saja dengan upacara pergantian kepala sekolah. Begitu banyak persiapan di sekolah ini untuk acara penyambutan, dari mulai tari daerah, sampai acara seni lainnya. Aku hanya bisa duduk menonton dari kejauhan bersama deretan kakak kelas yang juga ikut menyaksikan.
Terlihat dari kejauhan salah seorang murid berseragam yang sama membawa kantong hitam yang cukup besar, beliau mendekati aku.
"Mau, Kak? Ada kue kering dan kue basah." Beliau menawarkan barang jualannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]
General FictionBerawal dari pindahnya Resty di sekolah baru, mantan gadis tomboi itu menemukan teman hijrah. Sejak itu, ia berusaha menyempurnakan pakaian agar auratnya tertutup. Ia mantap berpakaian syar'i atas tekad dan ilmu dari guru. Setelah menutup aurat, ia...