23. Cadarku BUKAN Teroris!!!

1.5K 94 7
                                    


Masih di rumah sakit yang sama, sudah lebih dari tiga jam aku di sini. Setelah memasuki pukul delapan malam, perut ini sudah tidak bersahabat lagi. Akhirnya, aku berniat mencari suami, untuk memintanya membelikan makanan.

Namun, ketika menghubunginya lewat telefon serta whatsapp, aku mendapati bahwa ponselnya tidak aktif.

"Ya Allah... Ngeselin banget, sih!" cercaku.

"Kenapa?" tanya mama.

"Rizki nomernya nggak aktif, aku laper pengin cari makan," ucapku dan berlalu mencari Rizki.
***

Tiga puluh menit sudah aku mencari suami di setiap sudut rumah sakit, tapi belum juga ketemu. Akhirnya, aku menyerah dan kembali lagi ke kamar.

"Lah ... Tadi Rizki baru aja keluar, mau nyari kamu. Ketemu enggak?" tanya papa.

"Boro-boro ketemu! Aku kesel banget, Papa, ini kepala juga pusing. Dia itu kemana, sih," ujarku kesal.

"Kak Rizki lagi nonton bola, Teh. Soalnya, tadi bikin status di whatsapp," ucap Lyan.

Akhirnya, aku kembali mencari Rizki. Lima belas menit berlalu, tapi belum juga ketemu. Kini aku menyerah, tak terasa mata ini menangis dan jantung mulai berdetak tak beraturan. Karena pusing, lapar, serta kesal.

Setelah kembali ke kamar rawat inap, beberapa saat kemudian Rizki datang dengan wajah tanpa ada rasa bersalah. Langsung saja aku pamit untuk pulang. Makanan yang baru saja papa belikan, kubawa pulang. Karena selera makanku sudah hilang ditelan rasa kesal.

Dalam perjalanan, aku merasa mulai tidak seimbang, antara pendengaran, penglihatan juga kepala terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dalam perjalanan, aku merasa mulai tidak seimbang, antara pendengaran, penglihatan juga kepala terasa berat.

'Ya Allah, jika aku pingsan. Izinkan aku pingsan di tempat yang ramai, janga di jalan raya, ya Allah,' batinku.

Hampir sampai di tempat pesta pernikahan Kusuma, aku sudah tak sadarkan diri. Ketika membuka mata, entah ada di mana, yang kurasakan hanyalah merasa berisik, pusing dan lapar yang membuat  tak nyaman berada di tempat tersebut.

"Abiii... Aku pengen pulang," ucapku.

"Ya udah, kita pulang, yuk. Tapi, kamu kuat enggak sayang?" tanya Rizki.

"Aku nggak kuat, Bii, lemes banget."

"Ya udah, nanti aku cari bantuan dulu, yah," ujar Rizki.

"Jangan telefon keluarga manapun, aku mohon, Bii," pintaku.

"Iya, Sayang... Iya."

Setelah beberapa saat kemudian, Rizki datang bersama dua pemuda asing untuk membantu membawaku pulang.

Aku pun langsung berteriak, "Nggak mau sama orang lain! Nggak mau!" ucapku seperti anak kecil.

Aku pun langsung berteriak, "Nggak mau sama orang lain! Nggak mau!" ucapku seperti anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang