Hari ini aku sekolah seperti biasanya, mendekati akhir semester, banyak sekali ujian praktek di sekolah. Salah satunya adalah mata pelajaran ilmu komputer. Hari ini, guru mewajibkan kami semua untuk membawa laptop, sedangkan sahabatku Ani, ia tak punya. Minggu lalu, aku sudah berjanji kepada Ani untuk meminjamkan kepada Restu.Senin pagi ini, kubawa dua laptop milik aku dan Restu, namun Restu memberikan syarat agar aku mengunduh satu berkas, yaitu film Titanic.
Karena tak mengikuti upacara bendera di hari senin, kubawa laptop itu ke dalam UKS. Sembari menunggu upacara selesai, aku mendownload film tersebut menggunakan wifi sekolah.
Namun, belum selesai mengunduh, upacara selesai lebih dulu. Kelasku cukup jauh dari jangkauan wifi. Akhirnya kutitipkan laptop itu pada Nevada, salah satu adik kelas.
***Ketika jam istirahat, aku dan Ani pergi menemui Nevada di kelasnya, untuk mengambil laptop. Sampainya di. depan kelas, aku merasa dipermalukan.
"Hei, Resty! Ini laptop kamu?" tanya pak Huda, salah satu guru seni dakwah.
"Iya, Pak," jawabku.
"Sini kamu!" Tangannya melambai memanggilku.
Ketika aku mendekat, pak Huda berkata. "Laptop ini bapak bawa. Karena, ada video pornonya. Orang tua kamu yang harus ambil."
Setelah pak Huda berkata seperti itu, semua adik-adik di kelas menatapku tajam.
"Wallahi, Pak, sebenarnya itu bukan laptop saya. Itu punya kakak kelas, tapi mau dipinjam untuk praktek nanti siang," tuturku.
"Saya nggak mau tahu. Pokoknya harus orang tua kamu yang ngambil." Pak Huda berlalu membawa laptop tersebut.
***Isu tentang aku yang menyimpan video porno dalam laptop sudah menyebar dan terdengar oleh Nuari-adik sepupuku.
Ketika aku dan Ani hendak pergi ke kantin, di jalan, Nuari menegurku, "Teh, beneran kamu nyimpen video porno?"
"Ya Allah, enggak, Dek," ujarku.
"Demi apa?" Nuari meyakinkanku.
"Demi Allah, Dek. Jadi, laptop itu bukan punya aku, tapi punya Restu." Aku menjelaskan.
"Kamu masih ada hubungan sama orang itu? Aku bilangin papah, loh," ujarnya.
"Astaghfirullah, aku udah putus! Dengerin dulu. Jadi, Ani kan nggak punya laptop buat praktek. Gimana sih, kan aku sahabatnya, jadi mau minjemin laptop sama Restu buat Ani. Tapi tuh, aku disuru download film Titanic sama Restu. Pakai wifi sekolah, nah, kan laptopnya di titipin di kelas Nevada, tapi di cek-cek sama pak Huda. Dilihat ada film Titanic, mungkin ada adegan, yang... yah kamu tahu sendiri. Tapi, pak Huda malah bilang, kalau itu film porno," ujarku.
"Parah yah, masalah sesimpel itu dibesar-besarin. Ya udah teh. Kalau nggak salah mah nggak usah takut," ujar Nuari.
"Tapi dek, pak Huda mau yang ambil laptopnya itu orang tua. Aku sedih sekarang tuh, bingung!" tuturku. "Ah... Udahlah, mau ke kantin dulu," imbuhku.
***Sepulang sekolah, Nevada mau menemani aku untuk menemui pak Huda dirumahnya. Sebelum kerumah pak Huda, tentunya aku harus ganti baju terlebih dahulu.
Setelah ganti baju, Nevada menatapku penuh heran. "Teh, aku nggak nyangkah loh. Ternyata, diluar sekolah, Teteh pakaiannya tertutup banget. Anggun Teh," ujar Nevada.
"Hehe, biasa aja, Dek. Sebenarnya Teteh udah lama kayak gini, dari awal kelas dua. Tapi, kalau mau ganti seragam yang panjang dan longgar, sayang, kan mau kenaikan kelas. Jadi udah aja, cuma bisa pakai kerudumg panjang kalau sekolah," tuturku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]
General FictionBerawal dari pindahnya Resty di sekolah baru, mantan gadis tomboi itu menemukan teman hijrah. Sejak itu, ia berusaha menyempurnakan pakaian agar auratnya tertutup. Ia mantap berpakaian syar'i atas tekad dan ilmu dari guru. Setelah menutup aurat, ia...