16. Wanita Setengah Cadar (2)

1.6K 117 7
                                    


Sesampainya di rumah Teh Muslimah, seperti biasanya aku disambut dengan hangat oleh beliau. Kali ini, aku melihat pemandangan yang tak kudapatkan dipertemuan sebelumnya.

Saat Teh Muslimah mempersilakan aku dan Miftah untuk masuk, terlihat ada seorang wanita dewasa seusia mama yang anggun dengan pakaian syar'i tanpa cadar yang menutupi kecantikannya.

"Mah, ini ada Neng Resty, dari Cirebon," ujar Teh Muslimah pada perempuan tersebut.

Aku pun mendekat pada beliau dan mencium punggung tangannya. Setelah itu, beliau kembali masuk ke ruang tengah.

"Sok, duduk, Neng." Teh Muslimah mempersilakan. "Teteh tinggal dulu, ya. Mau ke dapur, bantuin mama masak," imbuhnya.

Setelah aku dan Miftah cukup lama duduk berdua sambil menyantap hidangan, akhirnya Teh Muslimah datang. "Hehe, maaf ya, Neng. Lama nunggu," ujar Teh Muslimah.

"Iya, Teh, nggak apa-apa. Teteh, waktu Resty main beberapa hari yang lalu. Katanya, Teteh udah tua, jelek lagi. Tua dari mana? Mama Teteh aja masih muda gitu. Paling seusia mamanya Resty, setua-tuanya Teteh, paling juga seumur sama Teh Nisa, kakaknya Resty," tuturku.

Teh Muslimah terdengar tertawa kecil. "Aduh, Neng. Itu bukan mamanya Teteh. Itu istri pertama suaminya Teteh. Kan, Teteh udah bilang kemarin, kalau Teteh itu Ta'addud. Teteh ini istri kedua. Teteh manggilnya mama, anak yang waktu itu, anaknya beliau. Cuma, waktu Neng ke sini, lagi jenguk anak pertamanya yang di pondok," ungkap Teh Muslimah.

 Cuma, waktu Neng ke sini, lagi jenguk anak pertamanya yang di pondok," ungkap Teh Muslimah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mendengar penjelasan Teh Muslimah aku merasa sangat terkejut. 'Ya Allah, aku baru paham, kalau Ta'addud itu poligami,' batinku.

"Oh, hehe. Iya, Teh. Maaf, Resty baru ngerti. Mm... Kalau, Teteh, usianya berapa?" tanyaku.

"Masuk dua puluh delapan tahun, Neng," ujarnya.

"Ma syaa Allah, nggak tua-tua banget," sahutku.

"Sepuluh tahun lebih tua di atas Resty, itu sudah termasuk tua," ujar Teh Muslimah.

Setelah banyak berbincang dengan beliau mengenai kehidupan dan setoran gamis, sampailah pada obrolan keluh kesah yang ingin kuungkapkan pada Teh Muslimah.

"Teh, aku beberapa minggu terakhir ini sudah sering memakai cadar, tapi nggak tentu. Kadang pakai kadang enggak. Aku juga udah mulai ngerasain cobaan, yaitu dari keluarga. Gimana caranya, supaya Resty bisa melewati cobaan itu?" tanyaku.

"Sama, Neng. Teteh pun, awal memakai cadar, sangat banyak cobaan. Cibiran datang dari berbgai arah, terutama keluarga. Kalau dari orang tua, Alhamdulillah tidak ada masalah. Tapi, saudara jauh seperti keluarga dari ibu dan bapak, mereka menentang, karena awam dengan cadar," ujar Teh Muslimah

 Tapi, saudara jauh seperti keluarga dari ibu dan bapak, mereka menentang, karena awam dengan cadar," ujar Teh Muslimah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang