19. Insiden VMJ

1.4K 105 2
                                    


Bersamaan dengan penyakit yang Allah kirimkan, ternyata Allah juga mengirimkan aku sosok teman laki-laki bernama Udin yang selalu memberi semangat dalam hidup. Bagaiaman tidak semangat? Orang pertama yang kulihat ketika sadar dari koma adalah Udin.

Sebelumnya, Udin hanya bertanya tentangku pada Miftah. Tapi, setelah ia mengetahui bahwa aku sakit, laki-laki yang tak pernah melepaskan peci dari kepalanya itu, tiba-tiba saja datang membawa dirinya dan sekeranjang buah-buahan berniat menjengukku di rumah sakit.

 Tapi, setelah ia mengetahui bahwa aku sakit, laki-laki yang tak pernah melepaskan peci dari kepalanya itu, tiba-tiba saja datang membawa dirinya dan sekeranjang buah-buahan berniat menjengukku di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan mana yang tak jatuh hati jika berada dalam posisi sama sepertiku? Bersamaan dengan semua itu, aku pun mulai istiqomah memakai cadar, bertujuan untuk menjaga diri dari segala jenis fitnah perempuan.

Saat itu, dokter mengharuskan aku untuk medical cek up setiap minggunya. Papa memberi amanah kepada Udin untuk menemani aku di rumah sakit. Dari rumah, Teh Nisa mengantarkan sampai rumah sakit lalu ia pergi kerja dan di rumah sakit, aku ditemani Udin, setiap kali papa atau Abi tak bisa mengantar.
***

Seiring berjalannya waktu, Virus Merah Jambu itu telah menyerang lubuk hatiku yang paling dalam. Ingin sekali aku selalu bersama lelaki yang terkenal ramah itu dan ia pun merasakan hal yang sama.

 Ingin sekali aku selalu bersama lelaki yang terkenal ramah itu dan ia pun merasakan hal yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai pada akhirnya, Udin mengutarakan perasaannya ketika sedang mengantarkan aku medical cek up.

"Resty, aku sayang kamu," ungkap Udin datar, penuh ragu.

"Astaghfirullah!!" balasku.

"Aku serius, Resty," ujar Udin.

"Tapi, aku nggak mau pacaran, Udin!! Kalau kamu sayang, maka nikahilah aku!!" Aku menantang Udin.

"Kamu mau menikah denganku?" tanya Udin.

"Iya. Aku mau menikah, dengan lelaki yang berani menemui wali," ujarku.

"Dengan keadaan aku yang miskin ini?" tnya Udin tak percaya.

"Aku mau, Udin!"

"Bagaimana kalau orang tua kamu tidak merestui?" tanya Udin.

"Datang saja dulu, temui orang tuaku. Direstui atau tidak, itu semua rahasia Allah, yang penting kamu serius," ungkapku.
***

Satu bulan setelah kejadian Udin mengungkapkan perasaannya, ia tak juga mau datang melamarku. Hingga akhirnya kupasrahkan diri, siapapun lelaki yang berani datang menemui papa esok hari, maka ialah jodohku.

Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang