Setiap hari aku tak lupa untuk tetap bertilawah, semakin hari Udin pun semakin sering menghubungi aku.Sampai pada akhirnya Allah memberikanku waktu untuk beristirahat di Rumah Sakit karena penyakit insomniaku yang tak kunjung reda.
Dokter mendiagnosa Vertigo terjadi pada diriku. Berita ini diketahui oleh orang tua Udin, sepulangnya dari rumah sakit beliau datang ke rumah tidak dengan Udin. Aku berjalan untuk membukakan pintu dan beliau berkata.
"Resty, kamu kenapa? Kok, jalannya sempoyongan begitu? Gimana ini, katanya mau nikah?" ucap beliau.
Aku hanya melemparkan senyuman kepada beliau. Setelah itu, papa yang menemani untuk mengobrol. Di dalam kamar Teh Nisa, aku mencoba untuk menguping pembicaraan mereka, entah kenapa orang tua Udin selalu memojokan aku. Kalimat yang selalu terdengar adalah:
"Bagaimana ini, keadaan Resty seperti ini terus? Gimana mau nikah sama Udin?"
Sejujurnya, aku merasa tersinggung dengan ucapan beliau, tapi aku masih harus menghormati karena bagaimanapun juga beliaulah yang katanya calon mertua.
Di samping itu, aku menghubungi Udin via whatsapp.
Resty: Eh, itu bapak kamu dateng kesini. Kenapa nggak sama kamu?
Udin: Iya, kan, kata bapak aku nggak usah ikut. Bapak ngomong apa emangnya? Perasaan aku nggak enak, duh.
Ternyata tujuan orang tua Udin datang ke rumah untuk memutuskan niat yang ingin menikahkan anaknya denganku. Beralasan, bahwa beliau takut ada penyakit parah yang disembunyikan, juga beberapa alasan lain.
Resty: Bapak kamu ngebatalin rencana pernikahan itu. Kenapa? Padahal beliau sendiri yang menggebu-gebu ingin aku dan kamu menikah di bulan Syawal nant. Padahal aku pengennya bulan Dzulhijah.
Udin: Aku nggak tahu Resty, bapak nggak ada konfirmasi apa-apa sama aku.
Resty: Ya Udah kalau emang seperti itu, nggak apa-apa kita batalin aja rencana pernikahannya. Kalau jodoh, kita pasti ketemu lagi. Sementara ini, aku akan tetap berusaha berjualan di sosial media, hasilnya aku tabung untuk modal nikah sama siapa aja.
Udin: Resty, jangan dengerin omongan orang tua aku, yah. Aku tetap akan menikahi kamu walau orang tua aku nggak merestui, aku janji. Kita berjuang bersama-sama yah. Ini ujian untuk hubungan kita.
Melihat jawaban Udin, tak dipungkiri, aku memang merasa senang. Karena lelaki yang kstanya calon suamiku, mau berjuang menghalalkanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadarku BUKAN Teroris [TELAH TERBIT]
General FictionBerawal dari pindahnya Resty di sekolah baru, mantan gadis tomboi itu menemukan teman hijrah. Sejak itu, ia berusaha menyempurnakan pakaian agar auratnya tertutup. Ia mantap berpakaian syar'i atas tekad dan ilmu dari guru. Setelah menutup aurat, ia...