Three

5.2K 633 33
                                    


Bittershit Relationsweet



Gue berdecak pelan melihat jaket Kak Hangyul yang tergeletak sembarangan di sofa. Ini sudah hari ke tiga dia menginap di apartemen gue. Gue juga nggak tau faedahnya apa. Mending tidur di apartemen sendiri ya kan, kasur luas cuma buat sendiri. Sementara kalau tidur di sini, dia cuma bisa tidur dengan posisi miring karena kasur gue ukurannya single bed. Nggak kayak punya dia yang ukurannya king size.

Sebenarnya walaupun namanya sama-sana apartemen, tapi tempat gue dan Kak Hangyul itu beda jauh. Apartemen Kak Hangyul luas dengan fasilitas lengkap dan mewah. Sementara apartemen gue cuma ruang sempit yang kamar sama ruang tamu nggak ada sekatnya. Cuma lumayan lah dari pada ngekos.

Gue meraih jaket milik Kak Hangyul sambil mendumal. Tiga hari dia nginep di sini, tiga hari juga gue nyuciin bajunya. Dia pulang ke apartemennya cuma ambil baju doang. Mandi, ganti baju disini.  Makanya bajunya udah numpuk banyak di apartemen gue.

"Del?" Gue menoleh saat pintu apartemen gue terbuka. Menampilkan sosok Kak Hangyul yang penampilannya acak-acakan banget. Mirip gembel.

Mata beler, jaket ditenteng, kaos kusut. Rambut berantakan dan sedikit basah.

Habis ngapain nih masnya?

"Punya obat sakit kepala nggak?" Dia langsung mendudukkan dirinya di sofa. Memejamkan mata lalu memijit pelipisnya pelan. "Del?" pantaunya lagi karena gue nggak menjawab pertanyaannya tadi.

"Obat hangover nggak punya." Dia membuka mata menatap gue. "Obat pusing," koreksinya.

"Kak Hangyul mabuk, bukan sakit kepala." Dikira gue nggak tau dia habis ngapain apa? Dari dia masuk aja bau alkohol udah kecium. Walau nggak sekuat biasanya.

Gue melirik jam yang tergantung di salah satu sisi dinding apartemen. Masih jam sebelas malam. Tumben ini orang udah pulang. "Masih sore kok pulang? Ceweknya nggak asik ya?" Lagi-lagi gue melihat ada bercak merah di lehernya. Ada noda lipstik juga di kaosnya. Udah cukup jelas lah ya dia habis ngapain? Mana mabok pula.

"Nggak usah ngajak ribut," katanya dengan nada dingin sebelum dia beranjak pergi. Gue kira dia mau pergi beneran, maksud gue keluar gitu. Ternyata dia malah rebahan di kasur gue.

Gue menggeleng pelan sambil membereskan kertas-kertas tugas yang berserakan. Tinggal ngeprint paper buat dikumpulin besok, tapi besok pagi ajalah. Udah ngantuk parah.

"Kak, bangun. Ganti dulu bajunya." Gue menepuk pelan punggung Kak Hangyul yang kayaknya udah tidur. Gue heran, dia tuh suka banget tidur sambil tengkurap. Emang nggak sesak apa?

Dia mengerang namun tetap beranjak bangun. Melepas kaosnya asal, berjalan ke lemari gue, meraih celana trainingnya lalu masuk ke kamar mandi.

Gue nggak suka kalau tidur sama dia tapi dia masih bau rokok atau alkohol. Seenggaknya dengan ganti baju, baunya jadi nggak terlalu menyengat.

Dia keluar dari kamar mandi beberapa saat kemudian. Shirtless dan celana training pendek sebagai bawahan.

Satu lagi, Kak Hangyul suka banget tidur nggak pake baju. Katanya risih. Tapi malemnya kadang kedinginan terus akhirnya pake selimut. Nggak berfaedah banget nggak sih?

"Ah bangsat! Besok beli kasur yang gede deh lo, sempit banget anjing." Dia mengerang dengan mata tertutup.

"Siapa suruh tidur disini, hah?" sahut gue emosi. Gue nggak beli kasur ini buat ditidurin sama dia ya! Gue juga kesempitan tau!

"Diem, gue garap juga lo," ancamnya sambil membalik badan. Yang tadinya memunggungi gue kini miring menghadap ke arah gue sepenuhnya.

Karena badannya yang besar, gue jadi semakin terhimpit ke tembok. Kalau gue tidur di pinggir pasti paginya gue udah jatoh ke lantai.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang