Twenty Six

3.8K 504 86
                                    




Bittershit Relationsweet •


Follow instagram @/realschazelle & @/yanuar.risne

😉😉😉




- Happy reading -




"Yakin nih aku tinggal nggak papa?" tanya gue ke Kak Hangyul untuk ke sekian kalinya pagi ini. Gue menatap dia yang masih berbaring di kasurnya.

"Udah berapa kali sih gue bilang nggak papa?" sahutnya gemas. Gue yakin kalau dia sedang dalam kondisi sehat, dia pasti akan mengomsl.

"Lo kuliah aja, maaf ya nggak bisa nganter." Kak Hangyul lalu terbatuk kecil. Membuat gue segera mengangsurkan gelas berisi air putih hangat untuknya.

Kalau kayak gini mana tega gue ngampus terus ninggalin Kak Hangyul sendirian?

Tadi pagi Kak Hangyul kembali demam. Padahal semalam udah kelihatan mendingan. Tadi pagi dia mual lagi, terus suhu badannya juga jadi naik. Walaupun dia nggak mengeluh, tapi gue yakin pasti kepalanya juga sakit.

Gue melirik jam di tangan gue. Masih ada waktu satu setengah jam sebelum kelas gue dimulai. "Ke rumah sakit aja ya Kak?" bujuk gue untuk ke sekian kalinya.

"Nggak. Nanti juga sembuh kok. Lo ngampus aja cepet ntar telat." Gue menghela nafas pelan. Beneran ini gue bingung banget. Soalnya hari ini kelompok gue ada presentasi, gue nggak bisa absen karena nilai presentasi tuh gede. Sementara Kak Hangyul sakit begini dan ngeyel nggak mau dibawa ke dokter.

Seandainya gue bisa belah badan gue ini jadi dua.

Tangan gue terulur menyeka bintik keringat di dahi Kak Hangyul. Gue ambil termometer lalu gue cek suhunya lagi.

"Panasnya belum turun, Kak." Kak Hangyul menyentuh dahinya sendiri dan baru merasa kalau badannya panas banget.

"Ayo ke rumah sakit," kali ini gue sedikit merengek. Nggak tau lagi gimana cara membujuk Kak Hangyul. "Aku telfonin Mamahnya Kak Hangyul, ya?"

Kak Hangyul menggeleng cepat. "Jangan!" katanya. "Nanti, ya? Gue janji kalau lo pulang dan panas gue belum turun, kita ke rumah sakit." Gue menatapnya dengan tatapan ragu. Tau sendiri 'kan Kak Hangyul itu suka ngibul!

"Beneran, Del. Gue janji," katanya mencoba menyakinkan gue.

"Janji?" Dia terkekeh namun tetap menjulurkan tangan. Menautkan jari kelingkingnya di kelingking gue seperti anak kecil.

"Janji."

Gue beranjak ke dapur. Mengambil mangkuk berisi sup yang gue buat tadi. "Aku buatin sup, Kak. Dimakan loh. Harus habis karena kemaren Kak Hangyul cuma makan sedikit." Gue menaruh nampan berisi sup, nasi dan air putih di nakas samping tempat tidurnya.

"Ini obatnya. Pokoknya harus dimakan. Kalau nggak aku marah."

"Tck! Iya-iya. Bawel banget lo kayak Kak Arin." Gue memberengut kesal. Sakit aja masih bisa ngomel.

"Aku berangkat dulu, nanti habis selesai aku langsung kesini." Gue kembali menyeka keringat di dahinya.

Hhhh. Udah kayak emak-emak yang khawatir karena anaknya sakit nih gue.

"Nanti aku telfon Kak Seungyoun ya suruh kesini." Kak Hangyul mengangguk. Setelahnya gue pamit pergi dengan perasaan yang nggak lega sama sekali.

.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang