Two

6.2K 656 33
                                    




Adel menggeliat pelan saat mendengar dering alarm yang asalnya bukan dari ponsel miliknya. Dia meraba sisi ranjangnya asal. Namun tak kunjung menemukan benda persegi itu.

"Eungh, matiin alarmnya dong," racaunya dengan mata yang masih tertutup. Namun deringan tersebut tidak kunjung berhenti. Membuat Adel mau tak mau membuka mata.

Punggung polos seorang laki-laki tidak berbaju menjadi pemandangan pertamanya saat membuka mata. Punggung lebar bertato yang masih membuat Adel sesak nafas meski sudah sering melihatnya.

"Kak, minggir dulu ini hpnya ketindihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, minggir dulu ini hpnya ketindihan." Adel mencoba menyingkirkan badan besar Hangyul yang memunggunginya itu.

"Berisik ah, masih ngantuk." Adel mencibir pelan. Dia juga masih ngantuk kali. Siapa coba yang ngeset alarm jam setengah enam begini?

Dengan malas Adel menjulurkan tangan merogoh perut Hangyul untuk mengambil ponsel laki-laki itu.

Hal tersebut membuat Hangyul menggeliat dan berbalik.

Adel bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki yang menyandang status sebagai pacarnya itu.

Iya, pacar brengsek yang suka main cewek sana-sini. Tapi Adel yang bodoh terus-menerus memaafkan laki-laki itu.

"Aku ganteng ya?" Adel terkesiap saat mendengar suara berat Hangyul. Deep voice Hangyul jadi semakin seksi kalau masih pagi begini.

"Perasaan tadi malem tidur di sofa," kata Adel. Semalam seingatnya Hangyul tidur di sofa. Tapi pagi ini pemuda itu sudah tidur di sebelahnya. Nggak pake baju lagi.

"Badan gue pegel di sofa. Dingin juga. Di sini kan enak bisa kelon." Adel pasrah saat Hangyul memeluknya erat. Meski dia harus susah payah menahan nafas melihat dada polos Hangyul berada tepat di depan wajahnya.

Semalam Hangyul menahannya di apartemen miliknya. Adel benar-benar tidak boleh pulang. Tapi walau tidur satu atap begini, mereka tidak pernah melakukan hal lain selain tidur. Kecuali cium-cium sampe hampir nyerempet khilaf sedikit. Adel memang tidak bisa dibilang suci, tapi dia masih perawan. Dia tidak sebodoh itu menyerahkan dirinya pada Hangyul begitu saja.

"Kak," pantau Adel yang dibalas erangan oleh Hangyul.

"Kak aku mau pulang."

"Yaudah pulang aja sendiri." Adel berdecak pelan. "Yaudah lepasin dong." Ya gimana mau pulang kalau masih dipeluk begini?

"Ngapain pulang sih?" Kali ini Hangyul membuka mata. "Ada apa sih di apartemen lo? Lo nyimpen cowok ya di sana?"

Adel menabok pipi Hangyul pelan. "Sebarangan. Emang aku Kakak yang suka bawa cewek kesini."

Adel menciut saat Hangyul menatapnya tajam. "Gue nggak pernah bawa cewek kesini selain elo." Adel percaya. Karena selama bermain dengan cewek-cewek itu Hangyul tidak pernah membawa mereka ke apartemen ini. Dia tidak tau alasan pastinya. Yang jelas dia merasa lega karena dia tidak perlu tidur di ranjang yang sudah ditiduri perempuan lain.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang