Thirty One

4.1K 622 149
                                    


Part sebelumnya kok sepi, padahal ekspektasiku tinggi ☹️☹️☹️

Kenapa? Udah males ya
sama mereka ?

• Bittershit Relationsweet •

"Jadi dokternya salah diagnosis gue?" Kak Hangyul memekik tidak terima setelah gue ceritakan apa yang gue dengar di rumah sakit tadi.

"Goblok gitu kok jadi dokter sih? Gue tuntut dia besok!" Gue menahan Kak Hangyul yang sudah hampir meledak itu. Sebenarnya gue juga sama. Pas di rumah sakit tadi aja gue pengen banget tuh nyakar dokter yang diagnosis Kak Hangyul kemarin.

Tapi gue pikir yaudahlah, yang penting ternyata hasilnya nggak seburuk yang gue bayangkan.

Sekarang semuanya udah baik-baik aja.

"Udah lah, Kak. Mereka juga udah minta maaf," kata gue.

"Lo gila, ha? Yang mereka bilang nggak sengaja itu hampir bikin gue mati bunuh diri tau nggak?" Kedua mata Kak Hangyul menyala. Gue tau sih dia pasti marah banget.

"Kalau kemarin gue overdosis minuman emang maaf mereka bisa bikin gue hidup lagi?"

Selama dua minggu ini dia hidup kayak orang yang udah siap dieksekusi mati kapan aja. Nggak ada semangat hidup, putus asa. Tapi ternyata hal yang membuatnya seperti itu hanya karena kesalahan seseorang.

Dokter yang memberi hasil tes Kak Hangyul tadi memang udah minta maaf soal diagnosis salah dari juniornya.

Beliau juga bilang mereka siap kalau misalnya Kak Hangyul mau menuntut ganti rugi.

Tapi sekali lagi, gue pikir itu nggak perlu. Karena yang terpenting buat gue adalah dia sekarang baik-baik aja.

"Hhhh! Jantung gue rasanya udah mau copot tau nggak pas lo datang sambil nangis-nangis kayak gitu."

Gue meringis pelan. Ya gimana gue juga kaget, bingung, seneng. Nano-nano deh pokoknya.

Sebenarnya di jalan gue nggak nangis sama sekali. Terus pas udah liat Kak Hangyul tangis gue runtuh gitu aja.

Kak Hangyul menggeser duduknya, membuatnya kini menatap gue sepenuhnya.

"Sorry ya Del. Lo pasti kerepotan banget gara-gara gue."

Soro mata Kak Hangyul yang beberapa waktu lalu terlihat marah, kini melembut.

Gue yang udah siap mengomel pun mau tidak mau menelan kembali kalimat gue.

"Jangan diulangin lagi ya Kak," kata gue. "Jangan gampang nyerah gitu. Semua masalah pasti ada jalannya kok."

Kak Hangyul mengangguk pelan. Membuat gue gemas karena dia terlihat seperti anak kecil.

"Sini peluk dulu." Gue merentangkan tangan memeluk leher Kak Hangyul. Nggak lama kemudian, gue merasa Kak Hangyul ikut melingkarkan lengan di pinggang dan menenggelamkan wajah di ceruk leher gue.

Gue mengusap lengan Kak Hangyul lembut. Hampir seharian gue di apartemennya dan rasanya gue masih nggak percaya sama apa yang sudah terjadi dua minggu ini.

Dan yang paling membuat gue nggak percaya adalah, ternyata gue mampu melewati masa-masa itu.

Kemarin semuanya kacau. Gue dan Kak Hangyul bahkan sampai putus gara-gara itu.

Eh? Kemarin kan kita putus, berarti sekarang gue bukan lagi pacarnya lagi dong ya?

"Kak, kok nangis?" Gue menegakkan badan lalu mendorong Kak Hangyul untuk melihat wajahnya. Tapi dia malah semakin erat memeluk gue.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang