Fourty Eight

3.6K 469 43
                                    


•Bittershit Relationsweet•


"Rencananya ke Bali, Lombok, Singapura, ujung-ujungnya ke Jogja juga."

Gue melirik Kak Hangyul yang mendumal sambil mengeluarkan beberapa baju dari lemari untuk kemudian gue masukkan ke dalam koper. Dia lempar baju-bajunya itu ke kasur gitu aja, danㅡshit, salah satu jaketnya mendarat mulus mengenai muka gue.

"Udah susah-susah minta ijin ke Bali, akhirnya ke Jogja juga!"

Gue menahan tawa. Kayaknya Kak Hangyul beneran kesal. Soalnya dua hari yang lalu, setelah menyiapkan mental seminggu sebelumnya, Kak Hangyul memberanikan diri menelepon Ayah gue. Meminta ijin untuk mengajak gue liburan di Bali.

Setelah setengah jam menjawab pertanyaan ini-itu dari Ayah, akhirnya diijinkan juga. Tapi besoknya Ibu ngabarin kalau sepupu gue menikah minggu ini. Ibu bilang gue harus datang. Kacau lah rencana liburan yang udah kita buat.

Sebenarnya gue kasihan juga sama Kak Hangyul. Soalnya dua harian ini dia semangat banget mencari tempat-tempat yang akan gue dan dia kunjungi nanti di Bali. Tapi ya, gimana lagi. Gue 'kan harus pulang.

Gue melirik Kak Hangyul yang masih mengobrak-abrik isi lemari gue. Nggak tau lagi deh gimana bentukan baju-baju gue di dalam sana. Pasti tumpukannya udah kacau lagi, orang Kak Hangyul main narik bajunya gitu aja.

"Yaudah kalau Kak Hangyul nggak mau ikut, aku pulang sendiri juga nggak papa." Gue juga nggak memaksa dia untuk ikut. Kalau Kak Hangyul mau pergi sendiri juga silahkan. Toh gue biasa pulang sendiri.

"Terus mau ngapain gue kalau nggak ikut lo balik?" Dia duduk di sebelah gue. Masih dengan muka bad moodnya.

"Ya pulang ke rumah sendiri lah. Kayak yang nggak punya rumah aja." Heran gue, Kak Hangyul maunya ngintilin gue mulu. Kalau dia nggak ikut gue balik 'kan dia juga punya rumah. Pulang lah ke rumahnya sendiri. Lagian emang nggak kangen apa sama Mamah Papahnya?

"Males. Di rumah nggak ada yang kayak elo."

"Jangan dilempar dong Kak! Berantakan tau!" Baju yang dilempar Kak Hangyul lipatannya jadi rusak semua. Gue jadi kerja dua kali tau nggak!

Dia mendekat dan malah membanting badannya ke kasur. Sumpah gue kasihan sama kasur gue. Kak Hangyul tuh nggak sadar kalau badannya gede apa ya. Untung kasur gue nggak langsung ambruk padahal udah berkali-kali dia lempar badan kayak gini.

"Jadi ikut nggak? Mumpung bajunya belum masuk semua nih. Males aku bongkar-bongkar lagi." Gue sedikit sewot. Daripada bawa Kak Hangyul terus dia tambah ngeselin di sana.

"Ikut lah." Bukan Kak Hangyul namanya kalau gue sewot, dia nggak ikut sewot juga.

"Naik pesawat aja sih Del, lebih cepet."

Oh iya, gue lupa kalau transportasi masih jadi permasalahan di sini. Gue maunya naik kereta, tapi Kak Hangyul ngotot mau naik pesawat.

Selama ini gue pulang selalu naik kereta. Paling 8-9 jam udah sampai. Lagian kereta sekarang bersih kok, gerbong dalamnya juga bagus.

"Kalau Kak Hangyul mau naik pesawat yaudah, aku tetap naik kereta."

"Kili kik hingyil mii niik kiriti yiidih, iki titip niik kiriti."

Kak Hangyul mengulang ucapan gue barusan dengan nada mencibir.

"Dasar cewek! Maunya didengerin doang!"

Gue berusaha menahan tawa gue yang hampir meledak ini. Emang udah takdirnya cowok ngalah sama cewek ya.

.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang