Twenty Two

4.3K 605 96
                                    


Viewers tiap part ratusan tapi vomment gini2 aja

Kuingin marah ☹️

Cuma mau bilang, ayo kasih banyak vomment.
Nggak mau book ini tiba-tiba hilang, 'kan?



Bittershit Relationsweet •




"Kak, kenalin. Ini Adel, pacarnya Hangyul." Kak Hangyul memperkenalkan gue dengan kedua kakak perempuannya yang baru datang.

Cantik-cantik gila.

Aku merasa seperti kentang di sebelah mereka :(

"Adelia, Kak." Gue menjabat mereka satu-persatu. Sambil tersenyum manis. Mencoba memberi kesan baik padahal nggak tau deh, kelihatan baik apa enggak.

"Cantik banget. Beneran pacarnya Hangyul?" Gue cuma senyam-senyum waktu Kakak pertamanya Kak HangyulㅡKak Arin bilang gue cantik.

"Terbang deh lo dibilang cantik," ledek Kak Hangyul. Dih, sirik aja Masnya.

"Kok mau sih sama Hangyul, Del?" Kali ini Kakak keduanya yang namanya Kak Elin.

Pengen banget gue jawab 'karena terpaksa' tapi nanti Si Bapak ngambek lagi.

Soalnya pernah pas Kak Seungyoun tanya kenapa kok gue bisa mau sama Kak Hangyul, gue bales terpaksa gitu kan. Niatnya cuma bercanda. Eh tapi Kak Hangyul malah marah beneran.

Katanya, 'Oh, jadi lo terpaksa mau pacaran sama gue? Yaudah sono pergi! Nggak usah deket-deket gue lagi!'

Gemes banget gue pengen nampol mukanya.

"Kak, udah deh. Sana bantuin Mama, ganggu aja adeknya lagi pacaran juga," protes Kak Hangyul yang kayak bocah banget.

"Daripada pacaran nggak guna, mending jagain Celo sama Deva." Lalu Kak Arin memanggil dua anak laki-laki yang lagi kejar-kejaran di ruang tamu.

Celo itu anaknya Kak Arin, Deva anaknya Kak Elin.

"Tolong jagain Bina juga ya." Kak Arin menaruh Binaㅡbayi berusia satu tahun adiknya Celoㅡke pangkuan Kak Hangyul.

Keduanya lantas berjalan menuju dapur. Meninggalkan gue dan Kak Hangyul yang masih mengomel karena nggak mau dititipin Bina, Celo sama Deva.

"Om Gyul! Kak Celo nakal tuh! Mainan Deva diambil!" Adu Deva pada Kak Hangyul.

"Rebut balik lah Dev, masa kamu kalah sama Celo yang badannya lebih kecil dari kamu." Gue menabok punggung Kak Hangyul pelan. "Masa ngajarinnya gitu?!" Omel gue.

"Ya emang harus gimana?" Gue menggeleng heran. Nggak ada dewasa-dewasanya dia jadi om-om. Udah punya ponakan 3 juga.

"Ih, Bina diem dong. Om gigit nih kalo Bina ngeyel." Gue melihat Kak Hangyul kesusahan karena Bina gerak terus dari tadi. Nggak mau duduk.

Bina mengulurkan kedua tangannya memeluk leher Kak Hangyul. "Nah," katanya sambil menunjuk ke atas.

"Apasih Bi?" sahut Kak Hangyul kesal. Gue tau banget dia pasti udah pw duduk jadi males mau berdiri lagi.

"Kak, itu Bina nggak mau diajak duduk," kata gue. "Sini deh, biar sama aku aja." Gue mengambil alih Bina dari gendongan Kak Hangyul. Awalnya bocah itu nggak mau gue gendong, tapi setelah gue angkat dia ke atas beberapa kali, dia ketawa terus jadi mau sama gue.

Gue suka bayi. Apalagi yang gemesin kayak Bina ini. Pipinya gembul, giginya kayak kelinci karena baru keluar empat atas sama bawah.

"Omnya nyebelin ya Bi?" kata gue ke Bina. Ya walaupun gue tau dia nggak ngerti gue ngomong apa.

Bittershit Relationsweet - Lee HangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang