°23 : Cold War

1.3K 152 3
                                    

※※※

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

※※※

"Huh," gue menghembuskan napas seraya menyenderkan punggung ke rak buku yang ada di dekat gue.

Capek banget bro. Walaupun ga rapi rapi amat, tapi akhirnya gua berhasil membuat ruangan perpus ini terlihat lebih bersih dari sebelumnya dalam waktu yang ga begitu lama.

Setelah cukup puas dengan hasil kerja sendiri, gua keluar ruangan. Mau ke kantin bro, haus.

Sampai di kantin, masih sepi sih, soalnya bel istirahat belum bunyi. Cuma ada beberapa anak yang mungkin kelasnya kosong, jadi nongkrong di kantin.

Dengan begitu, gua bisa leluasa beli minum tanpa harus ngantri.

Setelah mendapatkan segelas es dawet, gua jalan ke tempat duduk yang kosong.

'kriingg'

Bel berbunyi begitu gua berhasil menjatuhkan bokong ke atas kursi. Gue menatap ke sekitar, ngeliatin orang orang yang berebutan masuk ke kantin. Gue senyum kecil, ada hikmahnya juga gua telat hari ini.

"Woy, lo telat ya?" tanya seseorang yang tiba tiba duduk di hadapan gue sambil bawa beberapa bungkus ciki.

Gue natap orang itu sebentar, kemudian ngangguk sambil nyedot es dawet gue.

"Mau ga?" tawar Jihoon, ngasihin satu bungkus dari sekian banyak jenis ciki yang dia bawa.

Gue ngegeleng. Ga mood makan jajan.

"Yeji mana?" tanya gue. Tumben aja gitu ga nongol di kantin. Malah yang nyamperin gue sekarang si Jihoon, kan random banget.

"Ada tadi di kelas, ga tau ngapain," jawab Jihoon.

Gue ngangguk aja, berniat bakal ke kelas setelah minuman gue habis.

"Lo sama Yoonbin lagi berantem?" tanya Jihoon.

Gue natap Jihoon lagi, terus ngangkat bahu. Antara ga tau sama ga peduli.

"Perasaan ga pernah lagi gua liat dia jalan sama lo. Pasti sama tunㅡ" ucapan Jihoon terpotong, "anjir hampir keceplosan," gumam Jihoon yang masih bisa gua denger.

"Hah? Tun apa, Hoon?" tanya gue natap Jihoon intens.

Jihoon nyengir, "Bukan apa apa,"

"Pasti ada yang lo sembunyiin kan?"

"Kaga," Jihoon ngegelengin kepalanya.

Gue mukul meja pelan, "Jangan boong lu,"

"Maaf Ri, gua ga bisa bilang ini sebelum ada izin dari Yoonbin, tapi kalau lu mau tau, lebih baik lo tanya Yoonbin langsung deh," jawab Jihoon.

Gue mendengus pelan, kemudian ngangguk pelan.

Setelahnya, saat gue ga sengaja melihat ke depan, di sana ada Yoonbin yang baru aja masuk kantin, dia ga sendiri, tapi jalan berdampingan sama Jiwon.

Rasanya gue mau mecahin gelas yang ada di genggaman gue ini sekarang juga.

Sekesel keselnya gua liat mereka, tapi masih aja diperhartiin gerak geriknya, dasar ceue.

"Santai aja mbanya, jangan kaya orang kesetanan gitu," ujar Jihoon sambil cekikikan.

Gua malah gantian natap Jihoon sinis.

Jihoonnya nyengir doang.

"Serius deh ini, Ri. Lo mau gua bantuin ga?"

Tatapan gue mendadak lunak, "Bantuin apa?"

"Bantuin lu supaya Yoonbin cemburu,"

Gue langsung mikir apa yang dimaksud sama Jihoon, kemudian ngangguk. "Kedengarannya menarik,"

"Tapi ga gratis,"

"Kampret, lo yang nawarin lo juga yang minta bayaran," gua geplak aja tuh kepalanya, kesel banget habisnya.

"Ampun nyai, bercanda doang. Yaudah deh gratis buat Neng Aeri,"

Gue senyum, "Gitu dong,"

"Tapi inget, harus bersikap se-natural mungkin, jangan kaya dibuat buat,"

Gue ngangguk pelan, kemudian kembali merhatiin Yoonbin yang lagi makan sama Jiwon di kursi yang ga jauh dari tempat gue sama Jihoon, dan tanpa sengaja mata gue tatapan sama Yoonbin.

"Aduh, lo tuh anak cewe tapi minum ginian aja sampe belepotan kemana mana," ujar Jihoon yang ngelap sudut bibir gua pake jarinya ga pake aba aba. Kampret emang.

Tapi karena inget misi kita membuat Yoonbin cemburu, gue langsung natap Jihoon kemudian senyum.

Setelah itu ngelirik ke arah Yoonbin lagi, dan sekarang dia malah nyuapin Jiwon.

Asdfghjkl. Pengen banting meja rasanya.

Sekarang kayanya kita lagi mengibarkan bendera perang, perang dingin.

Coldest Boyfriend || Ha Yoonbin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang