°28 : Last Date

1.1K 120 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Gue rasa malam ini bakal jadi malam yang panjang.

Kenapa?

Oh, iya gue belum cerita ya.

Tadi siang pas pulang sekolah, Yoonbin ngajak gue jalan. Dan disinilah gue sekarang, di dalam tabung bianglala yang sedang berputar.

Gue duduk disamping Yoonbin sambil nyenderin kepala gua ke pundaknya. Sedangkan Yoonbin sibuk nyomotin permen kapas yang ada di tangan gua.

"Pusing?" tanya Yoonbin.

Gue ngegeleng, "Engga, tapi dingin."

"Kebiasaan kan ga pake jaket." ucap Yoonbin sambil nyubit hidung gue.

"Ya gimana? Aku baru kelar mandi kamunya udah di depan pintu. Mana inget pake jaket," gue bales cubit perutnya.

"Kalau sakit jangan salahin aku, ya?"

"Iya, bawel."

Untuk malam ini, gue mau ngelupain semua fakta yang ada. Gue cuma mau bahagia sama Yoonbin kali ini, walau bakal jadi yang terakhir sekalipun.

Setelah beberapa kali putaran, akhirnya bianglala itu berhenti. Gue sama Yoonbin pun turun, dan mencari tempat lain buat duduk.

"Laper ga?" tanya Yoonbin yang ga ngelepasin gandengannya di tangan gue sejak turun dari bianglala tadi.

Gue ngegeleng, ga laper karena udah kenyang makan angin sama permen kapas sih sebenarnya.

"Terus mau kemana?"

"Pengennya ke puncak gituu, ngeliat pemandangan dari atas, pasti bagus banget," jawab gue.

"Gausah aneh-aneh. Ga bawa jaket juga,"

Gue nyengir aja.

"Yaudah yuk?"

"Kemana?"

"Udah ikut aja,"

Akhirnya gue nurut aja ngikutin Yoonbin ke mobilnya, ga tau dah dibawa kemana.

Dan setelah perjalanan yang ga panjang dan ga pendek, pokoknya ga lama aja, inilah hasilnya. Sekarang, dengan diselimuti angin malam, gue sama Yoonbin berdiri di sebuah gardu pandang-yang bahkan gue aja baru tau ada tempat beginian di sini.

"Kesini aja gapapa kan? Pemandangannya ga kalah bagus dari puncak," ujar Yoonbin.

Gue ngangguk. Yoonbin bener. Ngeliat keseluruhan kota dari sini, bikin gue ngerasa seneng.

Dan setelah itu, suasana hening. Bikin udara sekitar terasa makin dingin, mengingat gue ga bawa jaket.

"Maaf ya?"

Adalah kalimat pertama yang gue denger dari Yoonbin setelah bermenit-menit diam.

"Bahkan sebelum kamu bilang maaf, aku udah maafin, Bin." ucap gue natap mata Yoonbin.

Yoonbin balas natap mata gue, "Maafin karena kamu harus kenal aku,"

Gue mengerutkan dahi, "Maksud kamu?"

"Iya, maaf karena orang sebaik kamu harus kenal sama orang jahat kaya aku."

Gue langsung nge-geleng, "Engga, Bin. Kamu ngomong apaan sih?"

"Aku bicara fakta, Ri."

"Fakta apanya?" tanya gue keheranan. Bingung sama kata-kata Yoonbin yang ga masuk ke otak gua.

"Kamu tau? Sebenarnya aku sama Jiwon udah dijodohin sejak kecil, dan sejak saat itu, aku udah naruh rasa sama dia." ujar Yoonbin yang seketika menciptakan rasa sesek di dada gue.

"Aku pikir itu rasa kagum biasa, tapi semakin kesini, aku sadar itu ga biasa. Aku bener-bener suka sama dia. And, yes. She's my first love," lanjutnya yang bikin gue makin ga bisa berkata-kata.

"Waktu kelulusan SMP, aku nyatain perasaanku ke Jiwon, dan ternyata, hal itu ga berarti apa-apa buat dia. Bahkan dia sama sekali ga menganggap perjodohan itu hal yang serius. Dia menentang keras soal perjodohan itu, dan memilih pindah ke luar negeri, kemudian pacaran sama Sugar Daddy,"

Gue yang denger jadi pengen netesin air mata.

"Sejak saat itu, Aku jadi ngerasa dikhianati. Aku kecewa berat. Tapi, aku ga bisa apa-apa." lanjut Yoonbin lagi.

"Dan akhirnya, aku berniat buat menentang perjodohan itu juga. Terus ketemu kamu dengan harapan, aku bisa move on. Dan ya, aku berhasil. Aku sayang sama kamu, Ri. Tapi," Yoonbin menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?" cicit gue pelan.

"Ternyata aku ga bisa move on sepenuhnya. Karena sebenarnya, aku juga masih sayang sama Jiwon."

Pyar. Seketika tanggul air mata gue pecah. Dengan tanpa izin, bulir-bulir itu jatuh membasahi pipi gue. Jujur, ini sakit banget.

"Aku orang yang jahat kan, Ri?"

"Kalau boleh jujur mah, iya kamu jahat banget, Bin."

"Maaf ya, cowo jahat ini yang harus jadi pacar kamu,"

"Iya, dan kamu bakal lebih jahat lagi kalau masih mempertahankan hubungan kita,"

Yoonbin pegang pundak gue, dan natap mata gue, "Kamu harus tau kalau aku sayang sama kamu, Ri."

"Iya, Bin. Aku juga."

"Dan sekarang, kita juga harus mengakhiri hubungan ini."

○○○

Double update biar cepet kelar, xixixi

Coldest Boyfriend || Ha Yoonbin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang