Bel pulang sudah berbunyi, Abi menelfonku tadi bahwa iya tidak bisa menjemput, karna ia harus menggantikan dokter Alif untuk operasi pasien. Akhirnya kupustuskan untuk naik angkot saja. Sampai setengah tiga, angkot belum ada yang lewat di sini. Aku sempat putus asa, mau tefon kak Diana, tapi dia bilang mau jalan-jalan.
"Tit...." suara klakson sepeda motor terdengar begitu keras ke telingaku.
"Ayo sama gue aja, dipastikan selamat sampai tujuan". Ucapnya sambil menyodorkan helm padaku, bahkan aku belum mengatakan iya.
"Nggak usah, gue nunggu angkot aja" tolak ku, karena aku dan dia bukan mahrom, jadi aku tidak ingin berboncengan bersama nya.
"Bukan mahrom, ok aku ngerti Din, tapi lo yakin mau nunggu angkot di sini, udah sore loh ini", ungkap Rayhan padaku dengan wajah kecewa.
Kenapa dia bisa tau jalan pikiranku, apakah dia peramal. Aku hanya bisa menerka-nerka. Tapi difikir-fikir kalau sampai sore di sini bisa mati kutu aku. Ku putuskan untuk meminta ijin Umi berboncengan dengan manusia aneh ini.
"Gini, gue minta ijin dulu sama Umi , kalok di bolehin gue ikut lo" kubuka ponsel ku untuk menelfon Umi.
"Assalamualaikum Umi, Dinda belum pulang dari sekolah nih. Soalnya Abi nggak bisa jemput ada operasi katanya, terus angkot nggak ada yang lewat dari tadi, boleh nggak aku pulang sama teman ku, laki-laki loh Mi". Dalam hatiku semoga di ijinin sama Umi dari pada nunggu angkot yang nggak tau kapan datangnya.
"Waalaikumsalam nak, boleh nggak apa-apa kok. Tapi jaga jarak aman ya, jangan terlalu dekat, hati-hati jangan ngebut".
"Makasih mi, assalamualaikum"
"Waalaikumsalam", kututup
ponsel ku dan kumasukkan kembali ke tasku."Kata umi boleh, tapi inget jaga jarak aman", ancamku pada nya.
"Iya-iya Dinda",l alu dia menyodorkan kembali helm itu padaku. Ku pasang helm itu dan aku naik ke motor sport nya.
Sepanjang jalan kami tidak membuka obrolan sama sekali. Lalu dia membuka pembicaraan.
"Din, sebenarnya gue kagum ke lo semenjak kita kelas 10, Lo cantik pintar lagi. Waktu Lo baca puisi di depan semua peserta mos. Jujur waktu itu gue langsung tertarik".
Aku kaget mendengar ceritanya, jadi selama ini dia menyukai ku. Hatiku langsung berdenyut tak karuan. Kenapa hati ini berdetak seperti ini, tapi aku belum percaya terhadap semua perkataannya, aku belum bisa mendamaikan hati ini untuk menerima seseorang lagi.
"Bisa aja lo rey, enggak kok gue nggak pintar, cuma iseng-iseng aja waktu itu", jawabku dengan hati dan pikiran yang masih kaget terhadap perkataannya.
"Cuma gitu doang, susah di dapetinnya sih lo, jadi makin penasaran", aku tidak bisa melihat ekspresinya karena dia sedang menyetir.
"Dimana rumah lo?", tanya nya.
"Nanti gue tunjukin jalannya", jawabku.
Sekitar jam lima aku sampai dirumah dan kak Diana juga baru sampai. Aku melihatnya saat aku sampai di gerbang rumah, dia bersalaman ke Umi dan melihatku datang jadi dia masih menungguku.
"Disini rumah lo", dia membuka helm nya.
"Iya, makasih gua masuk dulu" langsung ku buka gerbang rumah dan masuk ke dalam.
Tiba-tiba Umi malah memanggil Dia.
"Nak kesini dulu, ayo masuk" panggil Umi kepada Rayhan.
"Iya tante , hey tungguin gue kenapa sih" Dia mengejarku dari belakang.
🍂🌸🍂