Penantian Berharga

39 7 2
                                    

"Hey". Rayhan mengibaskan tangan nya padaku. Saking terlalu malu nya.

"Ayo, aku mau jenguk Atiqah, tapi aku penasaran kok kamu bisa sama Dia tadi". Mengubah topik pembicaraan.

"Tadi, aku itu ke mall cari kado buat Raina, terus ada orang jatuh, otomatis aku lihat ternyata dia Atiqah". Sambil mengajak ku berjalan.

"Btw, Raina udah ngomong sesuatu sama kamu, aku beneran nggak ada hubungan apapun sama pria selain kamu Rey". Aku mulai santai mengobrol dengan nya.

"Sebenarnya waktu pulang dari kampus, yang terakhir ospek itu, Raina cerita sama aku tentang kamu dan Vico. Tapi aku percaya kamu cuma cinta sama aku, iya kan...". Dia lalu mencubit pipi merah ku.

"Nggak, siapa bilang". Sumpah, nggak suka banget digoda kek gini, dialogku.

"Jadi, kamu nggak cinta sama aku, yaudah aku nggak jadi ngekhitbah kamu". Hah, dia segercep ini.

Dengan mata melotot aku kaget mendengar ucapannya.

"Yakin, Raina akan setuju". Hal paling aku takutkan sekarang terjadi, Raina pasti tidak akan setuju.

"Tenang, aku akan meyakinkan Dia. Papa ku sekarang masih ada di Medan, ada urusan. Kalok udah dateng nanti aku kerumahnya kamu. Sebenarnya aku juga udah bilang suka sama kamu ke Mama semenjak kita SMK dulu. Jujur, mama ku suka sama kamu". Ya Allah, dia begitu bar-bar.

"Maaf ya Rey, aku nggak pernah peka sama kamu".

Tanpa balasan apapun kita sudah sampai di depan pintu kamar nomor 135.

Exo...Exo... Hp ku berbunyi.

"Aku angkat telfon dulu ya, bentar". Kak Diana, ternyata.

"Iya kak, Assalamualaikum". Ucapku.

"Dek, kamu lama banget ke toilet sih, kakak udah mau pulang nih, ayo". Ajak nya.

"Ee.. Kak temen ku ada yang kecelakaan juga, yang di mall itu. Nanti aku pulang sama temen ku aja ya, btw disini ada Rayhan juga". Aku tak ingin melewatkan momen istimewa ini, toh kak Diana juga ngerti.

"Awas jangan macem-macem, sebelum jam 5 sore harus ada dirumah". Ancam nya.

"Iya, yaudah assalamualaikum...". Ucapku.

Sosok Rayhan tidak ada di depanku, apa dia sudah masuk kedalam. Dengan langkah pelan-pelan ku masuk ke kamar Atiqah, ternyata benar dia sudah ada disitu.

"Assalamualaikum...". Ku berjalan menuju kearah tempat tidur.

"Gimana, udah selesai telfon nya". Tanya Rayhan.

"Iya, Rey. Emmm... Atiqah belum siuman ya?". Sambil memegang tangan Atiqah.

"Kamu sekarang lagi free kan, kalok nanti orangtua nya Atiqah dateng, makan yuk". Ajaknya, so pasti aku mau banget.

"Boleh". Pintu kamar terbuka lagi.

Ternyata orang itu adalah orangtua nya Atiqah, segera kami berdua keluar dari kamarnya.

Kami berdua berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.

Rey...
Waktu yang kutunggu sudah datang
Doa sepertiga malam ku sudah dijabah oleh-Nya
Ku tak ingin Hawa terpisah lagi dengan Adam
Cukup sekali itu saja

Seperti pasangan saja, aku dibukakan pintu mobil oleh nya. Tenang, dia membawa sopir jadi aman.

Didalam mobil, tidak ada percakapan, dia malah sibuk sama game nya. Aku harus mencoba mengerti kegemarannya dengan game. Tapi, awas kalok nikah lebih mentingin game dari pada aku, dialog ku.

Kurang lebih 30 menit mobil ini berjalan, kami tiba di sebuah taman.

"Loh, katanya kita mau makan?", tanya ku.

"Iya, disini, ayo turun". Pintanya.

Segera aku turun, Rey juga. Taman ini begitu cantik, banyak bunga, ternyata ada resto nya juga di ujung sana.

Rayhan mengajak ku duduk di bangku taman, spot yang paling bagus sih menurutku. Pengunjung cukup banyak juga hari ini.

Saat aku mau duduk, Rayhan malah bersimpuh di depan ku. Malu banget, semua mata tertuju pada kami berdua.

"Berdiri Rey, ayo.. Ngapain sih". Pintaku, tapi dia tak merespon nya. Dia malah mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya, aku belum paham.

"Dinda...
Wajah mu begitu ayu meleburkan hatiku
Kau ingat betapa susah nya diriku ingin mendapatkanmu?
Otak ku hanya berfikir itu hanya ilusi
Namun, hari ini aku membawa semangkok cinta untuk mu
Jika kau menolak satu pintaku carilah seorang pria yang lebih tampan dariku
Tapi, mana mungkin? Tidak ada pria yang lebih tampan dariku, hahaha... Jika kau terima, tolong kau jaga dan rawat cinta ini, kau sirami dengan kepercayaan dan kau bumbui dengan kasih sayang". Padahal sudah romantis, tapi ada-ada aja dia.

Semua orang malah merekam momen ini dengan ponsel masing-masing, mereka semua bilang terima.

"Terima, terima, terima...". Sambil bertepuk tangan.

"Iya, aku terima". Semua orang bersuka cita mendengar jawabanku, apalagi Rayhan. Dia sudah seperti orang kesetanan, berloncat, berteriak.

Ini, adalah jawaban dari doa-doa ku Rey, aku selalu sabar dan berusaha yakin terhadapmu.

Dia lalu memasang cincin berwarna putih bersih di jari manisku. Kita tidak berpelukan ya, bukan muhrim.



Tenang guys ini belum end kok, santuyin aja...



Manusia Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang