Merelakan

67 7 2
                                    

Saat bangun dari halte, ternyata sudah jam setengah enam sore. Aku harus cepat bergegas pulang. Dipersimpangan jalan, aku berjumpa dengan Vico.

"Hei, ayo ikut aku. Aku antar...", didalam mobilnya dia memanggilku. Tapi dia dari arah rumahku, apa yang dia lakukan?

"Tidak, aku pulang sendiri aja, udah deket kok, makasih...".
Aku berjalan cepat meninggalkannya.

Aku bisa mendengarkan hentakan kaki nya yang mengejarku dari belakang.

"Din.. Please lah jangan ngambek kek gini, aku sudah cerita sama kakak mu. Demi kamu dia sudah merelakanku untuk menjadi milikmu". Sungguh?

Aku membalikkan badanku untuk membalas pernyataannya tadi.

"Kakak ku, dia tidak akan melepaskanmu begitu saja".

"Ayolah Dinda, percaya sama aku...". Tetap saja aku harus mengkonfirmasi semua ini dengan kakak ku.

"Kamu pulang aja, sana Vico!". Dia pulang lebih baik.
_____

Sampai dirumah, ruang tamu sangat sepi, aku lupa hari ini Umi ada pengajian di masjid dan Abi biasa di rumah sakit. Saat akan ke dapur untuk mengambil minum, disana sudah ada kak Diana yang sedang makan.

"Kak...". Sapaku, dia hanya tersenyum tanpa membalas ucapanku.

Aku tau, dia pasti marah dan kecewa karna masalalu ku dengan pacarnya.

"Dek... Kakak sudah tau semua nya, kakak nggak masalah kok kamu sama Vico, karna selama ini Vico hanya pelampiasan kakak". Hah?

"Maksud kakak?". Aku loading guys.

"Ya, pelampiasan. Kakak itu pacaran sama kating kakak, setelah hampir 2 tahun dia tiba-tiba ngilang nggak ada kabar, setelah itu kita putus, mangkanya kakak pacaran sama Vico cuma sebagai pelampiasan kekecewaan kakak sama mantan kakak gitu dek". Jadi... Wah amazing.

"Maaf ya kak, aku nggak jujur tentang Vico sama kakak". Aku duduk di sebelahnya.

"Kalok kamu masih suka sama dia, kembali aja. Tapi awas jangan kasih PHP, jangan kayak kakak ngasih PHP ke Vico". Kami berdua tersenyum lepas.

"Sek, kamu kan ada hubungan sama Rayhan, gimana sih?". Kakak masih ingat saja sama Dia.

"Ya gitu kak, adek nya salah paham dikira aku deket sama katingku, kak Robi. Padahal mah kita nggak ada hubungan sama sekali". Tuturku.

"Ya, kamu harus milih mau kembali sama Vico, atau lanjut sama Rayhan. Kasihan kalok dua-duanya kamu deketin". Kak Diana sudah mulai berceramah:)

"Aku tuh suka sama cowok yang rajin sholat, perhatian, pintar, alim, senang berkelahi, jago bela diri gitu kak". Banyak banget yak, hahaha...

"Terus semua itu ada di sapa Vico apa Rayhan?", kepo banget deh kak Diana, batinku.

"Gimana ya kak, sifat yang nggak ada di Rayhan ada di Vico, terus sifat yang nggak ada di Vico ada di Rayhan, gimana dong", bingung tapi itu ada masalah nya guys.

"Inget, setiap manusia tidak ada yang sempurna, pilihlah pasangan yang bisa melengkapi kekuranganmu, dan jika pria itu kurang kriteria nya dari impian mu ya tutupilah dengan kelebihan mu, simpel kan?". Kak Diana lalu berdiri untuk mencuci piring.

"Pusing kak, jadi kakak ikhlas nih dia sama aku". Aku menggodanya.

"Iya, sampai nikah boleh, toh ternyata kita berdua tidak ada perasaan, dan Vico nya sudah jujur ke aku, dia masih menginginkan mu".


Penasaran kan?

Manusia Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang