Minggu ini adalah hari terakhir ku pelajaran efektif di sekolah. Karna minggu depan aku sudah di sibukkan dengan ujian kelulusan. Sehingga sekarang di sekolah diadakan pelajaran tambahan yang mengakibatkanku pulang sampai sore.
"Din, gimana kelanjutanmu sama si Dia?".
"Si Dia, Dia itu siapa Lan?" Aku kaget kenapa Wulan tiba-tiba menanyakan si Dia.
"Udah deh kamu jangan sok nggak tahu, ya ketua OSIS lah" dengan penasarannya dia bertanya tentang Dia kepadaku.
"Hahaha, ayolah Lan, aku nggak ada apa-apa sama Dia. Apalagi pacaran sama dia, mustahil".
"Awas loh ya, kamu bilang nggak mau pacaran sama Rayhan, tapi kalok nanti tiba-tiba ada orang datang ke rumahku nganterin undangan pernikahan mu sama Rayhan, gimana? Ya Allah dia begitu ingin aku bersama Rayhan.
"Ayolah Lan, mana ada tiba-tiba nyebar undangan kalok nggak ada hubungan di awalnya, aku aja nggak ada nomer hp dia, nggak tau dia orang mana".
Wulan adalah sahabatku di sekolah. Kita kenal sudah lama semenjak duduk di bangku SMP, jadi waktu kelas 9 kita berdua putuskan untuk masuk ke SMK bersama sampai kuliah nantinya. Dia begitu care denganku, orang nya cantik, putih, dan jago bela diri. Jadi, bila ada yang mengancam ku Wulan yang akan melindungiku dengan jurus kuda-kudanya.
"BTW, besok katanya Tiara pemilihan ketua OSIS baru lo".
"Hmmm".
"Cuma hmmm, yaudah deh terserah kamu, ayo ke kantin, perutku sudah manggil makanan nih dari tadi". Wulan menarik tanganku keluar kelas untuk pergi ke kantin.
"Bakso dua bu". Wulan langsung memesan bakso kepada bu Inah.
"Iya dek".
Kita berdua duduk di meja dan sambil menunggu makanan aku dan Wulan menyibukkan diri untuk bermain game.
Ada suara riuh di sebelah mejaku, sepertinya ada keributan. Tapi kok ada Atiqah dan Rayhan disana. Ada apa dengan mereka?
"Lan, ada apa tuh rame-rame" Aku menepuk pundah Wulan yang sedang fokus pandangannya kepada ponsel di tangannya.
"Apasih Din?".
"Itu lihat" Ku menunjukkan jari telunjuk ku ku ke arah kerumunan orang disana.
"Oh biasa, pasti si Atiqah lagi ngejar-ngejar Rayhan. Kamu belum tahu, Atiqah itu dari dulu suka ke Rayhan, tapi Rayhan nya nggak mau, udahlah jangan ngurusin orang". Jadi, Atiqah itu suka ke Rayhan, baru tahu aku.
"Baksonya dek" Bu Inah datang membawakan bakso kami.
"Din, kok Rayhan mau kesini sih"
Aku kaget mendengar ucapannya Wulan, "mau ngapain sih dia, ganggu deh".
"Denger ya A-TI-QAH gue itu nggak ada perasaan sedikitpun sama lo, dari dulu gue itu udah pacaran sama Dinda, jadi please jangan ganggu gue lagi".
Apa-apaan sih dia, semenjak kapan aku pacaran sama manusia aneh ini?
What? Aku kaget banget mendengar ucapannya.
"gue nggak percaya sama omongan Lo", dengan nada emosi dia menjawab pernyataan Rayhan.
"Ya, semenjak Mos dulu. Kita pacaran diam-diam lah, ngapain hubungan di umbar ke publik, toh nggak ada gunanya juga".
Aku masih bingung dengan ucapan nya, ini sebenarnya ada apa sih, apa aku hanya di jadikan tameng dia.
"Okay, awas aja Lo anak kecil", Atiqah tiba-tiba mendorongku sampai jatuh.
"Woy, jangan kasar dong, sini lawan gue kalok Lo berani, Kamu nggak kenapa-napa kan Din?".
Wulan membantu membangunkanku dari lantai.
"Ayo ikut aku", Rayhan tiba-tiba menarik tangan ku dari kerumunan siswa yang menonton debat masalah percintanya dengan Atiqah.
"Kamu mau bawa aku kemana?, lepasin".
"Jangan banyak ngomong, ikut aku aja".
Aku hanya bisa mengikuti jejaknya kamanapun dia mau.
🍂🌸🍂
