Rasa yang Muncul Kembali

100 9 3
                                    

Rayhan menarik ku sampai aku mau jatuh.

"Gua bilang lepas, denger nggak sih Lo dan semenjak kapan kita pacaran?". Dengan kasar ku lepaskan tangan ku dari genggamannya.

Semua orang melihat kami, mungkin karena suaraku begitu kerasnya sampai terdengar oleh semua orang.

"Bisa nggak ngmongnya pelan-pelan. Okay, gue minta maaf.
Tapi ijinin gue ngomong sesuatu sama Lo, tapi nggak di sini, ayo ikut gue".

"Gue nggak mau, Lo mau apa?"

"Tuhan, Lo itu budek apa gimana sih, gue bilang ada sesuatu hal penting yang mau gue omongin ke Lo".

Ini orang kenapa sih, emang aku siapanya dia se enaknya aja dia mau bicara penting sama aku. Ku ikuti saja maunya.

"Ayo". Ajak Rayhan padaku.

Tanpa balasan aku pun mengikuti gerak langkahnya yang sepertinya akan mengajakku ke halaman belakang sekolah. Hati ku berdebar tak karuan, ada perasaan takut menghatuiku.

"Udah berhenti, duduk disini". Aku pun berhenti dan duduk di bangku taman.

"Gini, gua itu nggak suka sama Atiqah, dia itu selalu ngikutin gue, selalu WA gue tiap hari, dia tuh nggak pernah ngerti kalok gue nggak pernah ada sedikit pun rasa sama dia".

"Hello, manusia aneh. Lo baru ngerasa nggak enak di intai tiap hari. Bukan nya Lo selalu ngikutin gue juga".

"Ya tapi kan beda, gue nggak sampek WA Lo tiap hari kan?".

"Terus?"

"Maaf kalok gue lancang ke Lo tadi, tapi dengan gue bilang ke Atiqah kalok gue udah punya pacar, dia pasti ngejahuin gue, please ya bantuin gue?" dengan muka melas dia memohon bantuan ku.

Aku ragu menjawab pertanyaannya.

"Kata guru agama, seseorang yang mau membantu orang lain dalam kesusahan dia akan mendapat pahala yang berlimpah, Lo nggak mau?" Dia membujuk rayu diriku.

Dipikir-pikir juga bener sih, tapi kenapa harus sama aku coba?

"Okay dengan terpaksa gue mau bantuin Lo, tapi awas jangan sampek macem-macem sama gue, kalok enggak tak laporin Abi" ancam ku padanya.

"Harus ikhlas dong dan siapa juga yang mau ngapa-ngapain Lo, gue juga tahu batasan kali".

"Ayo jalan berdua, jangan sampai ada yang curiga".

"Nggak mau gue".

"Gimana sih Lo, kan kita pacaran".

"Hey, kita cuma pura-pura ya. Emang harus ya pacaran itu jalan berdua berdampingan, kan bukan muhrim".

"Iya-iya deh".

Akhirnya aku berjalan di depan nya dan Rayhan berjalan di belakangku. Semua orang melihat kita berdua. Diriku sungguh malu dan jujur aku tak suka di perhatikan oleh orang-orang.

"Gue ke kelas dulu", ku buru-buru meninggalkannya sendiri di depan Lab.

"Hati-hati, gue tunggu Lo di gerbang nanti", ku masih bisa mendengar ucapan nya meskipun aku sudah jauh beberapa meter dari jarak dia berdiri.

Sesampainya di kelas banyak sekali yang melihatku dengan wajah yang menurutku ingin menampar ku saat itu juga.

"Ih, kok mau sih Rayhan ke dia. Dia kan biasa aja, cantikan juga gue, dan harusnya Rayhan tuh jadi pacar gue, iya kan de?"

"Iya Lin, bener Lo, mungkin si Rayhan di guna-guna sama dia".

Mereka melontarkan cacian kepadaku, semua ini gara-gara Dia. Ingin aku pergi dari tempat ini dan menampar Rayhan.

"Cieee pacaran nih, kok aku gak tahu sih Din, jahat Lu nggak cerita sama aku", tanya Wulan padaku, kemudian dia duduk di sebelahku.

"Apaan sih Lan, nggak gue itu sebenarnya, nanti aja deh gue cerita".

Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa sudah membereskan buku dan semua alat tulisnya.

"Kamu mau pulang sama siapa? aku nggak bisa bareng kamu, gimana dong, maaf ya Din soalnya mama ku minta jemput nih di toko, dia nggak bawa mobil".

"Iya nggak apa-apa kok, santai aja Lan, aku bisa minta jemput ke kak Diana nanti".

"Aku tunggu cerita yang tadi ya, ok", Wulan pun meluncur dengan sepedanya pergi meninggalkan ku.

Saat aku ingin menelfon kak Diana, tiba-tiba ada yang menyapaku dari belakang.

"Ayo gue anter, kan kita pacaran, sebagai pacar yang baik aku harus nganterin Lo", lalu dia menyodorkan helm nya padaku.

"Nggak usah, gue minta jemput kak Diana aja nanti".

"Alah, nanti juga kakak Lo sibuk, ayo sama aku aja, kayaknya ini juga mau hujan".

Memang mau hujan sih, dari pada kena hujan lebih baik aku nebeng aja sama Rayhan, aku pun menganggukkan kepala.
Ku ambil helm itu dan naik ke sepedanya. Saat di perjalanan, tiba-tiba dia mengerem mendadak dan otomatis aku bersentuhan dengannya dari belakang.

"Astaugfirullah, pelan-pelan dong". Kenapa hati ku berdebar kencang seperti ini, kenapa getaran ini datang lagi? Getaran yang selalu kurasakan dengan Dia dulu.

kok aku juga ikutan baper ya bacanya:)❤❤❤❤

Manusia Aneh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang